Kaili menatap iklan di televisi seraya meneguk ludah beberapa kali. Tayangan tentang restoran terkenal yang sedang mempromosikan menu steak terbaru mereka, sukses membuat lelaki itu memasang raut wajah penuh minat. Bahkan tanpa sadar, Kaili bergerak maju sampai akhirnya duduk di ujung ranjang dengan tatapan terus menyorot ke depan.
"Lezat sekali." Kaili bergumam sambil membasahi bibir bawahnya yang tiba-tiba kering. Dan di akhir iklan, terdapat sebaris nomor telepon khusus layanan delivery. Melihat itu, Kaili langsung meraih ponsel dan baru memasukkan dua angka terdepan, tayangan iklan langsung berganti. Dengan rasa kesal, dia langsung melempar ponselnya ke ranjang. "Sialan!"
Lelaki itu kembali ke atas ranjang dan melempar tubuhnya untuk berbaring. Dalam keheningan, Kaili menatap langit-langit kamar dalam diam. Perlahan, tangannya terulur untuk mengusap perutnya yang kian hari semakin membuncit. Ingatan demi ingatan kejadian yang terjadi di hari-hari sebelumnya, tanpa sadar membuatnya tersenyum kecil. Apalagi ketika teringat jika hubungannya dengan Gabriel makin membaik.
Dan salah satu poin utama yang terpenting adalah Kaili tidak lagi mendapat mimpi buruk. Pada akhirnya, dia bisa tidur dengan tenang.
Tak berselang lama, Kaili kembali bangkit saat dirasa perutnya kembali lapar. Padahal, dia baru saja menyelesaikan sarapan sekitar dua jam yang lalu. Dengan perasaan malas, Kaili berjalan keluar kamar menuju dapur. Setelah insiden dirinya hampir pingsan karena menaiki anak tangga, Kaili yang merasa trauma memilih kembali ke kebiasaan semula yaitu selalu menggunakan lift jika ingin naik ataupun turun.
"Tuan Kaili butuh sesuatu?" Kepala pelayan yang baru saja kembali dari ruang tengah langsung bertanya ketika berpapasan dengan Kaili di ruang makan.
Kaili mengangguk seraya berpikir sebentar. "Aku ingin makan semangka."
Kepala pelayan langsung memerintahkan salah satu bawahannya untuk menyiapkan keinginan si tuan muda. Sembari menunggu, Kaili memilih duduk di salah satu kursi dan meminta kepala pelayan untuk menemaninya. Mendadak, dia merasa penasaran tentang beberapa hal di mansion ini.
"Aku ingin bertanya...." Sorot mata lelaki itu memancarkan sedikit keraguan. "Sebelum kedatanganku kemari, apa Gabriel hanya tinggal bersama para pelayan dan bodyguard?"
Kepala pelayan mengangguk mantap.
"Apa ada orang asing yang pernah kemari?"
Wanita berusia 50-an itu paham maksud dari kata 'orang asing' yang diucapkan Kaili. Tiba-tiba, raut wajahnya berubah ragu. Pada akhirnya, dia memilih berbohong. "Tidak. Tuan Gabriel tidak pernah membawa orang asing kemari. Sebelumnya, hanya Tuan Keenan dan Nona Katherine yang sering datang."
Kaili bukannya tidak menyadari keanehan di wajah si kepala pelayan. Ia sadar. Hanya saja, dia memilih pura-pura tidak peka dengan menganggukkan kepala seolah paham. Tak berselang lama, seorang pelayan datang sambil membawa mangkuk kaca berisi potongan semangka yang terlihat sangat menggiurkan. Melihatnya saja membuat Kaili meneguk ludah tanpa sadar.
"Terima kasih." Kaili langsung merebut garpu buah dari tangan pelayan itu dan mulai menikmati camilannya. Matanya yang sipit semakin tenggelam ketika lidahnya mengecap rasa manis dan berair dari buah berkulit hijau itu.
Para pelayan—termasuk kepala pelayan, merasa lega dan ikut bahagia dengan perubahan sikap Kaili. Meskipun mereka tahu jika Kaili datang dengan cara 'tidak baik' tetapi hampir semua berharap jika lelaki itu bisa bertahan selamanya di sana. Mereka yang bekerja cukup lama untuk Gabriel, tahu dan menyadari jika bos arrogant itu sedikit mulai berubah tidak lama setelah Kaili datang.
"Ah, Tuan Kaili, bisakah kepala pelayan ini meminta bantuan anda?"
Kunyahan Kaili terhenti disusul kepalanya mendongak menatap wanita di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsession [✓]
Romance[BL] [MPREG] [Tersedia versi ebook] "To-tolong aku!" "Ada apa? Kau kenapa?" "Pria sialan itu menculikku lalu menjadikan aku sebagai tawanan. Dia memborgolku dan--" Kaili langsung terdiam seraya memejamkan mata ketika cipratan darah mengenai wajahn...