dua puluh lima

22K 1.8K 93
                                    




Kaili yang sedang minum cola tiba-tiba terperanjat ketika mendengar suara bantingan di belakangnya. Saat ini, posisinya sedang berdiri membelakangi pintu dapur. Ketika berbalik, jantungnya seolah akan lepas saat melihat Gabriel berdiri dengan sorot mata penuh amarah. Bukankah pria itu kembali tiga hari lagi?

Keterkejutan yang dirasakan Kaili semakin bertambah ketika Gabriel melangkah mendekat lalu merampas gelas dari tangan Kaili dan melemparnya hingga menghasilkan bunyi pecahan kaca yang sangat nyaring. "Kau ingin membunuh anakku?!" Suara Gabriel terdengar memberat di akhir.

Kaili langsung membuang tatapannya ke sembarang arah dan terlihat jelas jika tubuhnya bergetar pelan.

"JAWAB AKU!"

Lelaki lebih muda refleks menutup mata seraya meremas kedua tangannya se-erat mungkin. Setelah keadaan mulai sedikit tenang, barulah dia menjawab. "Setengah gelas cola tidak akan membuatku keguguran." Yang sialnya, jawaban itu sukses membuat amarah Gabriel semakin menguar.

Dominan itu lantas mencengkeram dagu Kaili tetapi tidak sampai menyakiti. "Kaili, kau tahu bukan jika aku sangat mencintaimu...." Ucapan Gabriel terhenti seiring dengan tangannya mulai membelai punggung lelaki lebih muda dan perlahan menyusup masuk. Hampir saja Kaili terbuai dan ketika kesadarannya kembali, ia langsung menyentak tangan Gabriel lalu bergerak menjauh.

"Tidak. Aku tidak tahu, karena sikapmu selama ini tidak mencerminkan seseorang yang sedang jatuh cinta. Lagipula...." Kaili melipat tangannya di depan dada. "Memang orang sepertimu bisa merasakan cinta? Aku rasa mustahil." Kaili berjalan pergi dan ketika melewati Gabriel, ia berhenti lalu berbisik, "Apa yang kau rasakan padaku, itu bukan cinta melainkan obsesi. Jika kau memang benar mencintaiku, kau tidak akan memperlakukanku seperti ini." Setelahnya, Kaili melangkah cepat menuju kamarnya di lantai dua.

Gabriel meremas kedua tangannya dengan amarah yang belum juga berkurang. Kepalanya terasa semakin pening karena sejak kemarin, ia tidak istirahat sama sekali. Setelah menyelesaikan meeting semalam, dominan itu langsung berkemas untuk kembali pulang ke mansion. Apalagi saat mendengar laporan Keenan perihal apa yang dimakan Kaili kemarin, membuat perasaannya semakin tidak karuan.

"Sialan!" umpat dominan itu seraya menyugar rambutnya ke belakang. Sepertinya, dia harus menyalurkan amarahnya malam ini.

****

"Daddyyyy!"

Dari kejauhan, Kaili melihat bagaimana bocah gembul itu berlari dengan langkah tertatih-tatih menuju Gabriel yang baru memasuki mansion. Gabriel tampak berjongkok seraya membuka tangannya selebar mungkin dan ketika bocah itu semakin mendekat, dia langsung mendekapnya hingga keduanya terjatuh dengan posisi si bocah menimpa dada Gabriel.

Kaili merasa dadanya menghangat saat melihat pemandangan manis itu dan saat ia akan berjalan mendekat, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia merasa seolah ada sekat tak kasat mata yang terbentang menghalangi. Dia berusaha memutar arah dan tetap saja, dirinya tidak bisa menembusnya.

Dengan perasaan bingung, Kaili kembali mendongak dan detik itu juga rasa panik seketika menderanya ketika melihat Gabriel dan bocah kecil itu berjalan pergi. Setelah mereka keluar, mansion yang awalnya terasa hangat mendadak berubah dingin. Kaili juga melihat cat di dinding bangunan perlahan mengelupas begitupun dengan suasana di sekitarnya yang berubah sunyi serta mulai menggelap. Perlahan, Kaili merasa matanya mulai memberat dan tak berselang lama, ia jatuh tak sadarkan diri.

Kaili terbangun dengan napas tersengal. Ia refleks menatap sekeliling kamar yang gelap seraya tangannya mencengkeram erat sisi selimut. Rasa takut perlahan datang yang membuat tubuhnya seketika menggigil.

Crazy Obsession [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang