10; Surat dari Bunda

1.2K 124 13
                                    


Kanaka..
Saya sudah tidak ingin melihat kamu lagi dari hadapan saya, saya harap kamu tidak akan
mengganggu saya dalam waktu yang lama. sudah cukup saya hidup dalam penderitaan selama ini. sudah cukup saya membesarkanmu dengan rasa sakit.
rasa sayang yang saya berikan kepada kamu hanya semata-semata untuk menyamarkan rasa sakit saya setelah saya di usir dan tidak diterima oleh keluarga saya sendiri. Saya harap kamu bisa mengerti keadaan saya disini. selama enam belas tahun saya hidup bersama kamu saya tidak pernah mendapatkan kebahagiaan saya.

Naka, saya tidak akan mengambil rumah yang pernah kita tinggali dulu, itu rumah sudah menjadi milik kamu. dengan harapan kamu tidak akan pernah hadir dalam hdiup saya lagi. Saya memberikan foto bajingan yang sudah membuat kamu hadir dan menghancurkan hidup saya. Cari dia dan tinggalah dengan bajingan itu. Itu keinginan saya selain tidak ingin melihat kamu saya ingin kamu pergi yang jauh dari saya. jangan pernah bertemu dengan saya lagi.


Juan membaca surat tersebut dan merasa marah dengan semua yang dituliskan oleh Yumna di dalam kertas itu, dirinya mengusap air mata yang menetes dari kedua matanya. ternyata ini alasan abangnya yang memilih untuk menakhiri hidupnya tadi. Maraka yang melihat Juan terlihat menangis dirinya langsung berjalan ke arah Juan dan mengambil kertas tersebut. membacanya dengan seksama.

"Bajingan."

Haikal yang masih menatap kosong lantai rumah sakit tertarik dan mendekat ke arah Maraka membaca surat itu. "Bang gue pengen ketemu tante Yumna sekarang."

Maraka mengangguk. "Kalian bertiga gue titip Naka ya, kalo ada apa-apa kabarin gue."

Maraka dan Haikal pergi menuju kediaman kakeknya untuk bertemu dengan Yumna.

Selama perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti mereka, Haikal mengepalkan tangannya merasa kesal setelah membaca surat yang ditunjukan Yumna kepada Naka, jika dirinya menjadi Naka mungkin saja dirinya akan melakukan hal yang sama seperti apa yang Naka lakukan tadi malam, memilih untuk menghilang selama-lamanya adalah hal yang terbaik. Dan sejauh ini Haikal merasa beruntung dapat bertemu dengan Naka di dunia yang kejam ini, Haikal dapat menjaga Naka yang menurutnya seperti bongkahan batu permata yang sangat ingin ia jaga.

Maraka pun sama, baginya adalah seorang adik yang sangat baik bahkan Naka tidak segan untuk menyayangi dirinya sebagai seorang kakak. Maraka merasa sangat dihargai oleh Naka. tetapi anak itu sangat misterius menurutnya. disaat saudaranya yang lain membicarakan bagaimana beratnya menjalani hidup, bagaimana masalah yang selalu mereka hadapi dan juga sering berkeluh kesah tapi itu semua tidak pernah Maraka dengar dari mulut Naka yang sudah bersamanya sejak lama. Naka bukannya tidak pernah mengeluh, dia suka mengeluh tapi hanya sebatas tugas sekolah dan teman sesama geng nya. selain itu Maraka tidak pernah mendengar Naka mengeluhkan tentang keluarganya. Dan dapat dibayangkan bagaimana terkejutnya ia ketika mendapati kenyataan jika Naka ternyata adalah saudaranya, satu kakek. dan ibunda Naka adalah adik dari ayahnya.

Maraka menghembuskan nafasnya berat. ini bukan yang ia inginkan, melihat Naka terpuruk seperti ini. Dirinya tidak bisa mendengar suara akan putus asa Naka yang tadi ia dengar, Maraka ingin sekali menyalahkan Yumna dan memukul wajahnya tapi dirinya masih mempunyai rasa sopan.

"Kal, gue pengen liat Naka yang ekspresif tapi bukan kayak gini juga. gue gak bisa lihat Naka kayak gini. gue harus gimana Kal.."

Haikal menggeleng. bayangan Naka yang hampir menenggelamkan dirinya itu membuat Haikal kembali menangis. Selama perjalanan Haikal dan Maraka diam dengan pikiran mereka masing-masing, butuh waktu selama setengah jam kini mobil milik Chandra sudah tiba di kediaman David-kakek mereka.

"Loh? kalian berdua ada apa kesini malem-malem gini?" Tanya David yang baru saja akan masuk ke dalam rumah, sepertinya David baru saja tiba dari kantor.

"Kita mau ketemu tante Yumna, Kek.."

David mengangguk dan tersenyum menyuruh kedua cucunya untuk masuk, kini keduanya sudah berada di ruang keluarga rumah mewah itu. tidak membutuhkan waktu lama, kini Yumna sudah berada di hadapan Maraka dan juga Haikal.

"Ada apa kalian mencari tante? ada yang harus di bicarakan?"

Haikal terkekeh kecil tetapi kedua matanya menatap tajam ke arah Yumna. "Apa tante sekarang udah lega?"

Alis Yumna menyerit bingung. "Maksud kamu apa Haikal?"

"Tante gak usah pura-pura gak tahu, dan jangan berpura-pura kalo tante disini adalah korban."

"Tante bener-bener enggak paham kamu berbicara apa."

"Ini surat dari tante kan? tante bilang ke Naka untuk pergi jauh dari tante? tante bilang ke kakek kalo Naka anak dari bajingan yang dulu pernah ngehamilin tante? tante bilang ke Naka kalo Naka disurum mencari ayahnya yang tidak tahu apa akan menerimanya dengan baik. Tante, apa tante enggak berpikir gimana perasaan Naka?"

Yumna diam membeku mendengar perkataan Haikal. Kedua tangannya terkepal menahan kesal dan juga kedua matanya yang memerah karena menahan tangis. "Tahu apa kamu tentang kehidupan tante? kamu hanya anak kecil yang bisanya cuma ngomong aja. apa anak itu ngadu ke kalian?"

Haikal menggeleng. "Bahkan kayaknya dipikiran tante itu Naka enggak ada baiknya sama sekali ya? kenapa tante bisa kepikiran kalo Naka ngadu ke kita? bahkan kita baru tahu kemarin malem kalo ternyata Naka cucu kakek. apa tante pernah berpikir kalo Naka suka nyakitin dirinya sendiri? apa tante tahu kalo Naka selalu pengen mati? tante tahu gak? hari ini Naka milih buat akhirin hidupnya kayak permintaan tante yang tertulis di surat itu. tante pengen Naka pergi kan ya? dia udah ngelakuin itu tadi, tapi apa tante enggak ada rasa kasihan sama Naka?"

"CUKUP! Kalo kalian mau menghakimi tante pergi dari sini sekarang. tante enggak mau denger semuanya, tante yang paling terluka disini. kalian enggak pantas buat menghakimi tante sendiri. yang salah disini adalah bajingan itu yang sudah membuat hadirnya Naka ke dunia ini. kalian berdua tidak tahu apapun, jadi lebih baik kalian pergi dari sini." Yumna pergi meninggalkan Haikal dan Maraka menuju ke dalam kamarnya.

"Bahkan Naka enggak minta buat lahir dari rahim tante!" Maraka berterak ke arah Yumna yang baru saja menaiki tangga.

David keluar bersama sang istri dan menatap tajam Maraka. "Kamu tidak sopan sekali berteriak kepada orang dewasa."

Maraka tidak menghiraukan perkataan David dan memilih untuk pergi menyeret Haikal dari rumah mewah itu. David langsung menyusul anak perempuannya ke dalam kamar, dan mendengar suara tangisan yang membuat hati David tersayat. tanpa mengetuk pintu David masuk ke dalam kamar anak perempuannya dan memeluk tubuh kurus itu. "Kamu enggak salah, anak itu yang salah karena sudah memilih untuk hadir di dunia ini."





02 September 2023

The Madness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang