16; Apa ini yang disebut keadilan?

958 104 6
                                    


Keesokan harinya Naka sudah duduk di antara lima orang guru dan disana terdapat kakeknya dan tentu saja ada Yumna disana. dan jangan lupakan kakak kelas yang bernama Ello itu yang memulai semuanya.

"Kemana wali kamu Kanaka?" Tanya seorang guru yang ia tahu adalah kepala sekolah disekolah ini, termasuk orang kepercayaan David-kakeknya.

"Saya yatim piatu pak."

Tubuh Yumna menegang ketika mendengar jawaban anak di hadapannya, sementara kedua matanya tidak teralihkan dari tubuh kurus itu.

"Kamu itu memang anak berandalan ya? saya tahu kamu berbohong. beberapa bulan yang lalu kamu mengambil rapot nilai kamu dengan seorang pria, dia ayah kamu bukan?"

Naka menggeleng. "Bukan, dia ayah Jevan."

Lelaki yang berstatus sebagai kepala sekolah itu terkekeh kecil. "Memang kamu sudah handal sekali berbohong."

"Saya akan menghubungi orang tua kamu jika seperti itu."

Naka mengangguk. "Silahkan pak, saya tidak pernah mencatumkan nama dan nomor ponsel orang tua saya. karena saya tidak diberi ijin oleh ibu saya untuk menyantumkan datanya."

David yang sedari tadi diam hanya menghela nafasnya jengah. "Berhenti pak, kita mulai saja. urusan dia masih memiliki wali atau tidak itu nanti saja, sekarang saya ingin tahu sebenarnya apa yang telah anak itu lakukan kepada Ello?"

Kepala sekolah itu hanya mengangguk. "Menurut informasi, Naka sudah memukul Ello hingga dia sempat dilarikan ke rumah sakit kemarin."

David berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Naka yang menatap wajah lelaki paruh baya yang bolehkah ia panggil kakek?

"Nak Ello, kamu bisa ceritakan mengapa anak ini memukul kamu?"

Ello mengangguk. anak itu meringis ketika dirasa lukanya sedikit perih. "Saya juga tidak tahu pak. Naka tiba-tiba memukul saya di kantin saat saya tengah mengobrol bersama teman saya siang kemarin."

David mengangguk. "Sudah cukup, terima kasih nak."

Naka terkekeh kecil ketika mendengar penjelasan kakak kelasnya itu, cerita itu sama sekali tidak benar. "Dia bohong pak."

David menolehkan kepalanya ke arah Naka. "Saya belum mengijinkan kamu berbicara."

Naka menghembuskan nafasnya berat, dadanya terasa sangat sesak dan juga kedua tangannya sudah berkeringat sedari tadi. 

"Nak Ello, maafkan kelakuan Naka ya? dia mungkin memang seorang anak yatim piatu jadi tidak ada yang mengajari tentang sopan santun kepadanya, maka dari itu saya selaku pemilik sekolah ini meminta maaf kepada kamu ya nak, maafkan kelakuan Naka." Ucap David kepada Ello dan juga kedua orang tuanya.

Ello mengangguk. "Bapak bisa menghukum Naka kan? saya tidak mau ada korban selanjutnya yang seperti saya."

David mengangguk. "Kami pasti akan menghukum Naka dengan seadil adilnya."

"Terima kas-.."

"Kenapa bapak cuma mutusin denger satu penjelasan? kenapa bapak enggak mau denger penjelasan dari saya?"

"Saya tidak memerlukan penjelasan dari kamu, karena saya tahu jika kamu memang anak berandalan. mengapa dulu sekolah ini dapat menerima kamu untuk sekolah disini?"

Naka kembali terkekeh namun kini kedua matanya berkaca-kaca, dirinya melirik ke arah Yumna yang sedari tadi hanya diam dan setelah itu dirinya bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Ello. "Lo yakin kalo gue tiba-tiba mukul lo? lo bener ngerasa kayak gitu?"

The Madness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang