28; Selesai

1.7K 140 21
                                    


Yumna kini berdiri di samping ranjang dimana Naka terbaring. tangan lentiknya mengusap pelan pipi, lalu ke mata Naka yang sudah tertutup rapat dan tidak akan terbuka lagi. terus memperhatikan wajah tampan Naka yang sudah tidak bernyawa.

"Naka sayang..kamu marah sama bunda ya? kamu kenapa pergi sayang? bunda tahu, bunda salah. Naka sayang.. jangan tinggalin bunda... bunda bodoh ya? ninggalin kamu sendiri. kamu berjuan sendiri, bunda sayang sama Naka.. sayang banget...tapi bunda udah buat Naka pergi.. Naka anak bunda, anak kecil bunda...anak kesayangan bunda.. maafin bunda yang enggak bisa kasih kamu kebahagiaan dihidup kamu, bunda ini enggak pantas disebut sebagai ibu kamu kan? kamu boleh marah sama bunda..tapi enggak dengan ninggalin bunda sayang.." Pelukan Yumna semakin erat kepada tubuh kaku anaknya. air matanya tidak berhenti mengalir bahkan matanya tidak teralihkan sama sekali ketika pintu ruangan terbuka. 

Baskara masuk ke dalam. kini di dalam ruangan itu hanya ada Yumna dan juga Baskara.

"Yumna.."

Baskara mengusap pelan wajah Naka. ini pertama kalinya Baskara mengusap wajah itu dengan lembut. "Nak..anak ayah.."

Yumna menangis semakin kencang ketika mendengar suara Baskara yang memanggil Naka dengan sebutan ayah. "Naka anak bunda.."

Baskara tidak dapat berkata-kata lagi, dirinya terlalu menyesal sangat banyak kepada Naka. anak itu bahkan tidak bersalah sama sekali tapi entah mengapa Naka yang menjadi korban dari sikap mereka dahulu. "Ayah minta maaf.. kamu boleh panggil saya ayah. ayah enggak akan larang kamu lagi. Naka sayang."

Baskara mengecup kening anaknya dengan lembut dan mengusapnya. "Maafin ayah nak, hati-hati ya? sampai bertemu lagi. ayah berharap dikehidupan selanjutnya Naka jadi anak ayah ya? kita harus hidup bahagia ya? ayah sangat sayang Naka."

Keduanya menangis menyesali perbuatan mereka yang sudah menyakiti Naka selama hidupnya. hingga esok pagi Naka sudah siap di kebumikan. banyak orang yang datang. dan Yumna sendiri tidak menyangka ternyata sebanyak ini orang yang datang dan mengenal anaknya selama hidupnya.

Jenazah Naka sudah selesai di kebumikan dan kini rumah yang sebelumnya telah ditinggalkan oleh Yumna kini kembali ia tempati. langkahnya ia bawa ke dalam kamar anaknya yang terlihat sedikit berdebu karena memang rumah ini sudah lama tidak Naka tinggali, Yumna sendiri mengetahui jika selama ini Naka tinggal di rumah Vania dan juga Arion bersama yang lainnya.

Pandangannya teralihkan kepada begitu banyak foto polaroid yang terpasang di dinding kamar anaknya, begitu banyak foto dirinya, Maraka, Haikal, Jevan, Rafan, Juan dan juga Chandra. namun foto Naka sendiri sangatlah sedikit. Yumna mengambil salah satu foto polaroid itu. terdapat Naka yang berfoto bersama Yumna saat kelulusan anak itu saat sekolah dasar. bahkan di foto itu wajah Naka terlihat sangat bahagia dengan sebuah piala ditangannya, tapi tidak dengan dirinya, difoto itu dirinya terlihat seperti terpaksa untuk berfoto bersama anak kandungnya sendiri.

Jari itu mengusap wajah anaknya dengan lembut. "Naka..maafkan bunda nak.."

Sore itu Yumna menangis lagi, menyesali sikapnya dan perkataannya yang sudah membuat Naka kesakitan sendiri dan memilih untuk menyerah.

Lalu bagaimana dengan Maraka, Haikal, Jevan, Juan, Rafan dan Chandra? Keenamnya sangat terpukul karena kepergian Naka apalagi Maraka dan juga Haikal. keduanya yang merasa sangat menyesal karena tidak dapat membawa Naka ke rumah sakit terlebih dahulu. bahkan sudah tiga hari ini Haikal selalu tidur di kamar Naka, hanya untuk menghilangkan rasa rindu kepada Naka. Bahkan terkadang Haikal selalu tertawa sendiri ketika membayangkan bagaimana wajah kesal Naka yang lucu.

Maraka lebih memilih untuk menyibukan dirinya dengan berbagai kegiatan sekolah bersama dengan Rafan yang mencoba untuk mencari pengalihan agar tidak berlarut dalam kesedihan.

The Madness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang