06; Lukanya Kembali

1.6K 144 3
                                    


Acara di rumah mewah itu selesai pukul sebelas malam dan kini hanya tersisa keluarga saja. beberapa kerabat sudah pergi. kini semua saudara Yumna sudah berkumpul di sebuah aula yang cukup besar termasuk Naka pun berada disana. berdiri disamping bundanya dengan perasaan yang tidak karuan. dirinya merasa sangat gelisah, sesekali dirinya melihat wajah-wajah yang tidak terlalu ia kenal. Jevan, Haikal dan Maraka masih berada disana ikut berkumpul bersama anggota keluarga yang lain.

David-Ayah Yumna- berdeham untuk membuka pembicaraan, pria paruh baya itu tidak sekalipun pergi dari samping putrinya yang sudah lama tidak ia temui. "Ayah sangat bahagia kamu bisa kembali kesini."

Yumna pun sama dirinya tersenyum. sungguh dirinya merasa sangat lega karena ternyata dirinya masih diterima di keluarganya sendiri. karena selama ini hampir semua anggota keluarganya membencinya karena dulu dirinya tidak menuruti semua perkataan ayah dan ibunya.

"Dia siapa?" Tanya Alika-ibu Yumna- kepada Yumna yang saat ini masih merasa sangat bahagia.

Yumna mengalihkan pandangannya ke arah Naka yang sedari tadi menundukan kepalanya. "Dia anak aku bu. Naka."

Alika hanya tersenyum remeh. "Kamu tidak mendengarkan perkataan ibu dan ayahmu dulu? kamu sekarang kami terima kembali disini, tetapi tidak dengan dia. ibu tidak perduli dia anakmu dengan bajingan itu atau siapapun. yang pasti dia tidak pantas untuk masuk kedalam keluarga kami Yumna kamu tahu itu."

Naka yang sedari tadi diam mulai merasa takut karena perkataan wanita paruh baya yang telah ia ketahui ternyata nenek nya.

"Bu, aku saat itu bingung apa yang harus aku lakukan. aku tidak mungkin untuk menggugurkan bayi yang ada di dalam  kandunganku. maafkan aku, aku sudah membuat ibu dan ayah malu karena sikapku dulu dan sekarang."

David berjalan ke hadapan Naka yang sedari tadi menundukan kepalanya. "Naka? itu nama kamu? siswa beasiswa yang baru saja membuat keributan di sekolah hari ini? kamu juga dekat dengan Jevan, Maraka, Chandra, Juan, Haikal dan juga Rafan. saya tidak menyangka jika dunia itu sempit sekali bukan? saya sering melihat kamu di sekolah. jadi kamu ternyata cucu saya? tapi kamu jangan berharap kalo saya akan menganggap kamu cucu saya. karena kamu enggak pantas untuk menjadi cucu saya."

Naka menelan ludahnya dengan kasar, kini kedua tangannya bergetar dan juga dadanya terasa sesak. "Ma..maaf.."

Yumna bahkan tidak berniat untuk menenangkan anaknya yang terlihat sangat tersiksa dengan perkataan ayahnya.

"Kamu sudah membuat hidup anak perempuan saya hancur. kamu seharusnya tidak hadir di hidup keluarga saya, kamu bukan cucu saya. saya tidak akan sudi untuk menganggap kamu cucu saya. kamu pikir bunda kamu menginginkan anak haram seperti kamu? apa kamu pernah mendengar kata 'sayang' yang keluar dari mulut bunda kamu?"

Naka terdiam dirinya baru saja menyadari jika semua perkataan yang keluar dari mulut kakeknya itu telah menyakitinya. yang membuat luka yang telah ia coba untuk sembuh kini kembali terluka.

Suasana menjadi semakin tegang ketika David semakin mendekati Naka yang sudah gelisah. "Kamu harus sadar diri, mulai hari ini Yumna akan tinggal disini dan kamu tidak berhak untuk tinggal disini. saya tidak peduli kamu akan tinggal dimana, yang terpenting jangan pernah sekalipun kamu membiarkan orang lain tahu jika kamu adalah cucu saya. karena saya yakin kamu tidak sehebat Maraka, Jevan, Rafan, Haikal, Chandra dan juga Juan. dengarkan itu."

Naka hanya dapat mengangguk. lalu dirinya memberanikan diri untuk melihat ke arah bundanya meminta agar bundanya menahannya dan meminta dirinya tinggal bersama. namun sepertinya keinginan Naka terlalu sulit untuk dikabulkan. buktinya kini Yumna mengalihkan pandangannya tidak ingin menatap wajah Naka.

Maraka, Jevan dan juga Haikal yang sedari tadi diam tidak dapat berbuat apapun hingga pukul dua pagi semua anggota keluarga David memilih untuk menginap. Haikal melangkahkan kedua kakinya untuk mendekati Naka yang masih menunduk dalam. "Na?"

Naka mendonggakan kepalanya dan tersenyum ke arah Haikal. "Hai, lo disini juga? ternyata dunia sempit ya Kal? ternyata kita saudaraan. kita semua saudaraan."

Haikal mengangguk. "Iya Na, lo sepupu gue."

Naka mengangguk lalu menggeleng. "Enggak Kal, gue bukan sepupu lo. gue cuma temen lo deh. kita bukan saudara. Kal gue mau balik ya, tapi gue harus ketemu bunda dulu. bye Kal. gue duluan."

Haikal tahu dari senyum yang dipaksakan oleh Naka, jika teman sekaligus saudaranya itu tidak baik-baik saja. "Mah, aku ijin buat nyusul Naka ya." Pamit Haikal kepada ibunya yang dibalas anggukan.

Naka menemui bundanya yang kini tengah bersiap untuk tidur di kamar nya dahulu di rumah mewah itu. 

Tok

Tok 

Tok

"Bunda.."

Yumna membuka pintu kamarnya. "Kenapa?"

Naka tersenyum. "Aku mau pulang ya bun, berarti mulai hari ini bunda tinggal disini ya? semoga bunda betah disini ya bun, maaf kalo aku belum bisa buat bunda bahagia. aku selalu nyusahin bunda. kemarin aku bilang kalo aku mau ketemu sama kakek tapi hari in bunda udah ngabulin keinginan aku. makasih ya bun, bunda nanti kalo aku kangen sama bunda aku bolehkan kesini? tapi kalo gak boleh gak apa-apa. maaf ya bunda udah buat bunda susah, Naka emang gak tahu diri banget ya? bunda sehat-sehat ya disini. aku juga enggak akan ganggu bunda lagi. tapi aku akan selalu sayang bunda. selamat malam bunda, aku pulang ya."

Setelah mengatakan kalimat panjang itu Naka pergi dari hadapan Yumna yang menatap sendu punggung anaknya yang terlihat bergetar itu. Yumna menutup pintu kamarnya dan menangis terisak ketika menyadari sikapnya yang begitu kejam kepada putranya. "Maafin bunda Naka, bunda juga mau bahagia."

Naka berjalan keluar dari rumah mewah itu dan berjalan di sepinya malam, air matanya tidak ingin berhenti hingga akhirnya dirinya menyerah memilih untuk berjongkok di pinggir jalan menenggelamkan wajahnya di antara lututnya dan menangis dengan kencang. hatinya sudah sangat sakit, luka yang dulu sempat ia sembuhkan sendiri kini kembali terbuka. luka yang ditorehkan oleh orang yang sama.

"Bunda..hiks..hiks..hiks.."

Haikal yang sedari tadi mengikuti kemana Naka pergi itu langsung berlari dan memeluk tubuh rapuh itu, ia biarkan Naka menangis di dalam pelukannya. "Nangis aja Na, enggak usah ditahan. ada gue disini."

"Kal gue juga enggak mau dilahirin kalo akhirnya kayak gini, gue harus gimana Kal, gue sendiri sekarang."

Haikal menggeleng. "Lo enggak sendiri, ada gue disini ada anak-anak yang lain. lo enggak sendiri."

"Gue tahu Kal. gue anak haram, tapi apa anak haram kayak gue enggak pantas buat bahagia? kenapa selama gue hidup gue selalu dapat luka kayak gini. gue seharusnya udah biasa ditinggalkan, dibuang tapi gue gak bisa. Kal gue capek.."

Haikal tidak dapat menjawab semua perkataan Naka, dirinya hanya mengusap punggung Naka dengan pelan.

"Kal gue dibuang lagi.."




30 Agustus 2023

The Madness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang