12; Luka yang kesekian kalinya

1.2K 122 5
                                    


Keesokan harinya Naka sudah berada di dapur padahal jam baru menunjukan pukul setengah lima pagi tapi dirinya sudah berkutat dengan beberapa bahan masakan yang sebelumnya ia beli di minimarket yang buka dua puluh empat jam. Naka tidak tidur sama sekali, dirinya mendapatkan pesan dari bundanya yang mengatakan ingin bertemu dengannya, setelah sekian lama untuk Naka menunggu bundanya ingin bertemu dengannya lagi, maka pagi ini dirinya begitu semangat dan kejadian semalam sedikit terlupakan oleh Naka setelah mendapatkan pesan dari bundanya.

"Loh? Na ini masih pagi lo mau kemana? udah masak gini." Rafan yang baru saja bangun merasa bingung dengan Naka karena sangat jarang sosok Naka dapat bangun sepagi ini.

"Gue buatin sarapan buat kalian, nanti dimakan ya. gue mau ketemu sama bunda dulu sebentar, nanti gue balik lagi. jangan telfon gue ya." Setelah mengatakan itu Naka pergi keluar rumah dan meninggalkan beberapa menu sarapan yang sudah ia buat sebelumnya untuk para saudaranya.

Rafan yang mendengar hal itu merasa tidak enak, karena bagaimana pun Naka tidak pernah mendapatkan hal yang ia inginkan dari bundanya dan anak itu selalu berakhir terluka. Rafan berjalan ke arah meja makan dan sudah tersedia seperti telur ceplok, roti panggang dan juga sedikit daging untuk mereka makan bahkan Naka tidak lupa memotong beberapa macam buah-buahan untuk yang lainnya.

Di dalam hatinya Rafan terus berdoa semoga Naka akan mendapatkan hal baik setelah bertemu dengan bundanya. meski hati kecil Rafan selalu menolak itu.

Naka sudah berdiri di sebuah halte yang dekat dengan kediaman kakeknya, Bundanya meminta dirinya bertemu di depan halte dekat dengan rumah kakeknya karena bundanya seperti bersembunyi dari keluarganya untuk bertemu dengannya.

Butuh waktu selama setengah jam Naka dapat melihat sosok bundanya yang telah lama ia rindukan.

"Bunda.."

Wajah tidak ramah itu dapat Naka lihat dari sorot mata bundanya, terlihat seperti marah, kesal dan juga kecewa. dan Naka tidak dapat mengira mengapa bundanya seperti ini. "Bunda aku buatkan sarap-..."

"Kamu bisa gak berhenti buat ulah? kamu mau buat saya malu? semalam mengapa kamu membuat masalah?"

Ucapan Naka terhenti ketika mendengar perkataan bundanya, tubuhnya menegang. "Bun.."

"Anak yang udah kamu pukul semalam itu adalah anak angkat bajingan yang sudah membuat saya gila dengan semuanya. dan kamu tahu apa yang semalam saya alami? bajingan itu kembali menghubungi saya setelah sekian lama dia menghilang hanya untuk mengatakan jika anaknya masuk rumah sakit karena kamu. kamu bisa kan urus hidup kamu sendiri? tidak usah lagi membawa nama saya untuk urusan tidak penting ini. saya bukan lagi bagian dari hidup kamu, ngerti?"

"Bun.."

"Sekarang kamu pergi dari hadapan saya, bajingan itu bilang dia akan menghubungi kamu untuk meminta tanggung jawab semuanya atas apa yang telah kamu lakukan kepada anaknya."

Setelah mengatakan itu Yumna pergi meninggalkan Naka yang masih berdiri mematung di sana dengan wajah yang tidak dapat Yumna sendiri artikan. Jauh dalam hatinya dirinya sedikit merasa bersalah karena telah mengatakan hal yang cukup kasar kepada anaknya.

Naka terus menatap punggung itu hingga menghilang dari hadapannya dan tersenyum miris. "Apa yang lo harapkan dari pertemuan ini Naka. lo bego."

Naka menatap makanan yang telah ia bawa di tangannya. dirinya terlalu mengharapkan hal yang dirinya sendiri sudah tahu tidak mungkin ia akan dapatkan setelah bundanya memintanya untuk pergi dari hadapannya pada hari itu.

Sementara itu di rumah lama Naka kini semua nya sudah bangun, termasuk Jevan yang memilih untuk ikut sarapan bersama saudaranya. "Naka kemana?" Tanya Maraka kepada adik-adiknya yang pagi ini tengah menikmati menu sarapan buatan Naka.

The Madness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang