"Kita pernah bertemu."- Revel
_________________
Sepulang kerja paruh waktu di toko buku, aku melihat seseorang yang tak asing sedang berdiri memandangi sebuah gedung yang sudah terbakar. Puing-puing gedung itu masih dibiarkan tanpa ada rencana penggusuran. Wajah cowok itu terlihat marah, ekspresinya tak seperti biasa. Aku jadi penasaran dan mencoba menghampirinya.
"Hei, lagi apa disini?" Sapaku. Sebetulnya sampai sekarang aku belum mengetahui namanya walaupun kita satu sekolah.
"Lagi liatin kantor lama Papa, nostalgia." Seketika ekspresinya berubah seratus delapan puluh derajat, dia berusaha ceria.
Ternyata gedung itu milik keluarganya. Dia bilang Ayahnya bangkrut, gedung perusahaan tiba-tiba terbakar seperti sengaja disabotase oleh kompetitor. Ayahnya mengalami serangan jantung dan meninggal dunia. Kini dia sebatang kara, pindah sekolah ke sekolah negeri dan kini tinggal di kos-kosan dan berusaha menghidupi dirinya sendiri. Itulah alasan di bekerja jadi laboran sekolah yaitu untuk mendapat beasiswa dan uang saku tambahan.
"Oh ya, gue lupa nanya, nama lo siapa ya?" Tanyaku.
"Wah parah banget, selama ini lo gak tahu nama gue? Padahal gue lumayan populer di sekolah. Gue juga sering ke toko buku." Protesnya.
"Aduh, sorry. Gue sibuk, boro-boro ngapalin nama-nama murid satu sekolah." Belaku dan memang kenyataannya seperti itu.
"Nama gue Rui. Nama lengkap gue Herjuno Rui." Jawabnya memberitahu nama.
Deg. Nama itu sangat familiar. Nama yang sering Sayu ceritakan. Dialah salah satu orang yang aku cari-cari selama ini. Dia sahabat Sayu yang tertulis di dalam buku. Tanpa aku mencarinya, ternyata dia satu sekolah denganku. Aku tak menyadarinya sama sekali. Di dalam buku, Rui sangat menyukai Sayu. Sayu juga cerita Rui pernah menyatakan cinta padanya. Namun Sayu menolaknya karena terjebak pada pusaran friendzone.
Kruyuk kruyuk kruyuk
Suara keroncongan bersumber dari perut Rui. Dia yang malu cuma bisa cengengesan. Aku jadi dibuat tertawa. Aku mencoba menghibur Rui lalu berniat mentraktirnya makan nasi padang. Aku berhutang budi saat dia membelaku dari amukan Tika dan memberiku plester untuk dua benjolku.
Saat makan kami pun sambil mengobrol. Ternyata aku dan dia memiliki beberapa kecocokan. Dia suka baca buku dan ada beberapa buku yang sudah sama-sama kita baca, kami pun membahasnya bersama. Aku senang berhasil membuat mood Rui membaik. Kalau tidak salah ingat, Sayu pernah bercerita kalau Rui ini memang mudah berubah-ubah emosinya.
Setelah kami beres makan, ternyata Rui bekerja di rumah makan padang ini. Pantas saja dia sengaja pilih rumah nasi padangnya sendiri dan Ibu yang melayani tadi senyum-senyum aneh. Ternyata barusan aku di prank. Ibu itu pun kembali bercanda dengan mengatakan aku tak perlu membayar makanannya, dia akan memotong langsung dari upah Rui.
"Lah masa gitu sih, Bu." Protes Rui, prank-nya senjata makan tuan.
"Ya sekali-kali traktir teman. Pantesan kamu gak ada teman, pelit sih." Kata Ibu itu lagi sambil bercanda, aku juga iku tertawa. Tetaapi akhirnya Ibu itu memberikan kami makan gratis, dia senang melihat Rui punya teman. Lalu aku pun pamit karena harus mengajar di sekolah jalanan, sedangkan Rui melanjutnya pekerjaannya di rumah makan padang.
Saat di perjalanan menuju tempat mengajar sekolah jalanan, aku mendapat telepon dari manager aktor kembar Kei-Kai. Postinganku mendapat feedback positif dari fans-fans mereka. Capaian target engagement, reach dan impressions tiap konten dinilai sangat memuaskan serta mendapat banyak pujian dari rekan-rekan kerja di kantor agensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]
RomanceDalam perjalanan pulang Rafin memergoki seorang gadis yang berencana bunuh diri. Pertemuan mereka yang tidak disengaja itu membuat mereka bersahabat. Gadis itu bernama Liliana Sayu. Sayu mengenal Rafin sebagai anak laki-laki. Tanpa ia tahu sebenarny...