16 - Mendaki

26 15 10
                                    

"Bersama teman menghabiskan momen berharga, membuat semangat hidupku terisi kembali." - Rafin

***

Aku ada janji dengan Mba Asha untuk laporan rutin hasil kerjaku. Mba Asha memberikan beberapa saran dan juga mengapresiasi progres kerjaku selama ini. Di sela-sela obrolan kami, Kai muncul. Dia ikut nimbrung dan bilang ada perlu denganku. Mba Asha menyuruh Kai menunggu, karena dia masih perlu diskusi bersamaku.

Setelah urusanku selesai dengan Mba Asha, aku pergi menemui Kai yang sedang menunggu di ruang VIP. Terlihat Kai sibuk scroll ponselnya. Aku menyapanya dan bertanya ada keperluan apa.

"Ini loh Raf, gue lagi pilih beberapa opsi buat lokasi hiking. Gue mau minta saran lo." Katanya sembari memberi gestur untuk melihat ponselnya.

"Mana sini gue liat."

Kai memperlihatkan beberapa foto yang dia dapatkan dari internet. Kulihat opsi-opsi yang dia tawarkan adalah hutan pinus Gunung Pancar, Gunung Batu, Gunung Munara dan Bukit Alesano. Dia menambahkan, sengaja memilih lokasi treking yang dekat dari Jakarta agar tak memakan waktu lama di perjalanan. Dia juga ingin mengantisipasi jika dia mendadak harus segera balik ke Jakarta bersama Kei.

"Gimana kalau ke Gunung Pancar aja? Pemandangan hutan pinusnya bagus. Suasananya hening, udaranya juga sejuk." Saranku soal opsi Gunung Pancar. Aku sebetulnya belum pernah kesana, hanya mendengarnya dari temanku saat SMP dulu.

"Kita sepemikiran! Kayanya bagus sih tempatnya. Ok deh kalau gitu, fix kita pilih Gunung Pancar." Ujar Kai antusias.

"Gak tanya ke yang lain juga?" Tanyaku.

"Gak usahlah, dari dulu kalau kita ada rencana jalan bareng, mereka udah terima beres. Yang nyiapin gue sama Sayu." Kai mengenang masa lalu.

"Haha, ok deh kalau gitu. Gue bantu nyiapin apa nih?" Sambungku.

"Gak usah, pendapat dari lo aja udah cukup. Nanti semua fasilitas dari gue. Oh ya, lo bisa sambil bikinin konten buat sosmed kita aja atau game buat pas api unggun." Ucap Kai terpikirkan tugas yang sesuai denganku.

"Siap bos!" Sahutku penuh semangat. Lalu kami tertawa bersama karena tingkah lucuku.

***
Dua minggu kemudian.

Liburan Semester tlah tiba. Sesuai rencana, kami berlima pergi hiking dan camping ke Gunung Pancar. Kami pergi bersama dengan dua mobil. Aku dan Rui di mobil Revel, sedangkan Kei dan Kai membawa mobil sendiri. Si kembar menolak ketika ditemani oleh manager. Dan meminta agensi tidak menganggunya di hari libur mereka.

"Udah siap semuanya?" Tanya Revel kepada kami berempat.

"Aman." Jawab Kei yang siap menyetir.

Wajah Rui masih masam. Suasana di dalam mobil Revel sudah bisa dibilang mirip dengan kuburan. Sunyi dan canggung. Aku jadi bingung ingin membuka obrolan apa kepada dua orang yang masih perang dingin ini.

"Kalian sering pergi bareng-bareng gini kalau liburan?" Tanyaku pada mereka, mencoba memecah kesunyian.

"Gak." Ucap Rui.

"Sering." Ucap Revel.

Mereka berucap bersamaan namun berbeda jawaban. Sudah dipastikan Rui yang berbohong. Karena menurut buku diary Sayu, mereka sering melakukan piknik di pengunungan saat liburan sekolah. Suasana di mobil kembali sunyi. Revel berfokus menyetir, Rui fokus membaca buku. Aku cuma bisa bengong dan melihat jalanan.

Dua jam sudah terlewati. Kami sampai di lokasi. Gunung Pancar terletak di tengah hutan pinus yang menjulang tinggi. Taman Wisata Gunung Pancar ini seakan menjadi surga kecil bagi orang yang mencari pelarian dari kehidupan sehari-hari. Suasana yang hening, udara segar, dan pemandangan alam luar biasa asri.

She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang