"Kenangan adalah hadiah indah yang ditinggalkan oleh mereka yang pergi." - Revel
***
Dua minggu kemudian
Sea dan Salt, kucing peliharaan di panti asuhanku datang ke kamar untuk membangunkanku. Ternyata mereka jauh lebih rajin daripada aku yang manusia. Melihat mereka begitu bersemangat, membuatku senang menyambut hari.
"Iya iya, liat kan aku udah bangun." Kataku seraya menanggapi suara mereka.
Aku menggendong mereka untuk memberi mereka sarapan. Setelah mereka puas dengan sarapan pagi kuberikan, aku berjalan ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk semua penghuni panti.
Aku anak asuhan tertua disini, aku hidup bersama anak-anak lucu yang rata-rata usianya delapan tahun. Selain memasak, aku juga membantu anak-anak ini belajar.
"Dibangunin Sea dan Salt lagi?" Goda Bunda Sofi. Beliau adalah pengurus panti asuhan. Usianya sudah kepala lima, aura happy vibe sangat lekat dengannya. Anak-anak disini mendapat perawatan yang sangat baik oleh beliau.
"Hehe, iya Bun. Mereka masuk ke kamar lagi." Jawabku ketauhan bangun siang di hari libur.
"Oh ya, katanya kamu ada janji sama teman-teman kamu kan?" Bunda mengingatkan janjiku dengan Geng Antartika. Kita ada janji piknik.
"Untung Bunda ingetin. Sekarang udah jam enam ya. Abis beres masak sarapan buat anak-anak, aku izin pakai dapur buat bikin bekal piknik ya, Bun."
"Ya boleh dong. Jangan lupa dandan yang cantik juga." Goda Bunda lagi yang menyadari bahwa aku menyukai satu diantara Geng Antartika.
"Ih Bunda, godain aku terus."
***
Geng Antartika tiba di panti asuhan. Aku merasa senang dikunjungi sahabat-sahabatku. Kami mengadakan piknik di hamparan rumput dekat danau di area panti. Di momen ini aku ingin mengungkapkan rasa terima kasihku pada mereka semua. Rasa terima kasih sudah melindungiku.
"Aku gatau lagi harus gimana nebus jasa kalian semua." Ucapku.
"Anterin tahu kukus ke gue tiap hari." Sela Kei.
"Haha, boleh sih. Tapi apartemen lo jauh banget dari sini, lo gak kasian sama gue?" Tanyaku memancing simpatinya.
"Nanti aja kalau gitu, pas lo udah kuliah di kota." Sambung Kei tak mau kalah.
Geng Antartika juga bergantian mengucapkan terima kasih telah mewujudkan wasiat Sayu yaitu menyatukan hubungan persahabatan mereka seperti yang diinginkannya. Rui mengeluarkan buku harian milik Sayu dan mengembalikannya kepadaku.
"Kayanya lebih aman lo yang pegang." Kata Rui sembari menyerahkan buku berwarna merah muda itu.
Aku meraihnya. Membukanya sekali lagi, mengingat kenangan-kenangan yang sudah terlewati. Aku membuka halaman akhir yang masih bersih seperti sengaja Sayu sisakan untuk kutulis momen yang bahagia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]
Storie d'amoreDalam perjalanan pulang Rafin memergoki seorang gadis yang berencana bunuh diri. Pertemuan mereka yang tidak disengaja itu membuat mereka bersahabat. Gadis itu bernama Liliana Sayu. Sayu mengenal Rafin sebagai anak laki-laki. Tanpa ia tahu sebenarny...