8 - Terbukalah kotak Pandora

51 28 8
                                    

"Apa lebih baik kamu tinggal di rumahku?" - Revel

______________

"Jadi kamu sebenarnya perempuan?" Tanya Revel.

Aku masih diam saja. Aku bingung harus menceritakan hal yang sebenarnya atau mencari kebohongan lain untuk menutupi identitasku yang sebenarnya. Namun sekarang otakku kosong dan tak bisa berpikir jernih.

Revel mendekatiku. Duduk disampingku. Lalu dia membalikan tubuhku agar berhadapan dengannya. Aku tak berani menatap mata Revel. Aku terus menunduk. Sedangkan Revel meraih daguku dan mengangkatnya. Kami bertatapan. Tatapan Revel teduh seperti biasa. Aku pun akhirnya menangis sejadinya. Aku merasakan Revel seperti mengirim pesan aku boleh menangis dan mengeluarkan semua peluhku padanya.

Revel memelukku. Dekapannya membuatku makin tenang. Kini aku pun memahami mengapa Sayu sangat menyukainya. Lelaki ini sangat hangat dan baik hati. Dia memberiku ruang untuk melepas semua bebanku, dia tidak menginterogasiku karena telah membohongi semua orang.

"Jika sudah lebih baik, kamu boleh cerita." Katanya sembari mengelus rambutku, aku pun mengangguk.

"Aku berbohong menjadi laki-laki karena untuk melindungi diri dari tanteku. Sebelum ibuku wafat, aku diminta berpura-pura menjadi anak laki-laki agar tanteku tak menjadikanku pelacur. Aku datang dari desa menemui tanteku, karena dia satu-satunya wali sahku." Aku menceritakan tentang siapa diriku.

Revel mencerna perkataanku. Dia mencoba memahami apa yang sedang kuhadapi. Lalu jemarinya mengarah pada pipiku untuk menghapus air mataku yang keluar banyak sekali.

"Kamu sudah sangat hebat dalam melindungi dirimu." Kata Revel.

"Terima kasih." Kataku dengan suara pelan.

"Apakah perlu aku membantumu pergi dari sana?" Tanyanya kemudian.

"..." Aku sedikit tertarik dengan tawarannya. Namun aku teringat cerita Sayu bahwa kehidupan Revel sendiri sangat rumit dan dia juga sering bertengkar dengan ayahnya. Malam ini pun aku mengerti sampai dia mencari ayahnya yang dicurigai sering main serong dengan wanita nakal.

"Aku tidak bisa. Aku masih di bawah umur. Aku masih harus hidup dengan tanteku. Namun saat usiaku 18 tahun dan lulus SMA, aku akan pergi dari sini. Aku sedang berusaha." Kataku optimis dan menolak tawaran baiknya.

"Kamu serius? Apakah rahasiamu masih bisa disembunyikan hingga saat itu?" Revel ragu dan hawatir suatu saat tanteku mengetahui bahwa aku perempuan.

"Aku pasti bisa." Aku berusaha meyakinkan Revel.

"Kamu bisa hubungi aku kapan saja." Kata Revel. Dia siap membantuku. 

Aku jauh lebih baik. Revel menemaniku semalaman di tepi sungai. Dia juga penasaran dengan tempat tinggalku di desa. Jadi aku pun menceritakaan padanya yang tentu saja tak terpisahkan dari kenangan masa kecilku.

Dia sangat mirip dengan Sayu. Caranya yang selalu antusias mendengarkan cerita orang lain, aku juga suka reaksinya saat mendengarkanku bercerita. Aku yakin dia teman mengobrol yang sangat menyenangkan. Harusnya walaupun tanpa Sayu, Kai yang senang sekali bercerita bisa membaginya juga pada Revel.

Malam makin larut, Revel memeriksa sekarang sudah jam satu dini hari. Aku lalu diantar pulang olehnya. Aku mengajaknya ke pintu belakang rumah agar tak ketahuan tanteku. Aku berpamitan pada Revel sebelum masuk ke rumah.

"Sampai nanti." Kataku.

Aku menyelinap masuk. Syukurlah di depan sedang ramai jadi semua orang sedang berada di sana untuk berpesta. Situasi aman dan aku berhasil masuk ke kamarku. Aku segera mengunci pintu dan lekas tidur.

She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang