"Setelah badai usai, langit menghadiahkan keindahan pelangi." - Rafin
***
Ayah Revel muncul ke publik menanggapi kasus prostitusi di bawah umur yang menyeret aktor muda Kei dan Kai. Pengaruh Ayah Revel ini sangat luar biasa. Dia menjadi pahlawan karir mereka. Kai dan Kei bersama agensi juga melakukan langkah pers conference untuk melakukan klarifikasi bahwa apa yang dilakukan mereka adalah bentuk penyelamatan kepada seorang teman yaitu aku.
Dari media yang aku tonton di rumah sakit, Ayah Revel juga membantu usaha pelaporan prostitusi ilegal yang menyeret anak di bawah umur milik Tante Lona. Tante Lona pasti sedang berusaha melawan Ayah Revel karena sebetulnya Ayah Revel merupakan salah satu pelanggannya.
Namun dengan kecerdikan Ayah Revel yang manipulatif dapat membalikkan fakta dan memberatkan tuduhan kepada Tante Lona. Akhirnya Karir Kei dan Kai pun bisa terselamatkan dan komentar pembenci mulai berkurang dan berbalik mendukung si kembar.
Penyelidikan atas dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan Tante Lona sudah dalam proses. Bareskrim melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada sindikat penyalur anak di bawah umur, dimana dalang utamanya adalah tanteku. Menurut Polisi Penangkapan ini merupakan hasil giat patroli tim intel kepolisian yang sudah mengamati pergerakan tempat lokalisasi Tante Lona dan dikuatkan dengan bukti-bukti yang diserahkan oleh Ayah Revel.
Saat dilakukan penggerebekan, personel Bareskrim menangkap Tante Lona di rumahnya dan dia sedang melakukan transaksi dengan oknum orang tua yang akan memperkerjakan anaknya di rumah lokalisasi itu. Ternyata tante juga melancarkan bisnis prostitusinya melalui media sosial seperti Facebook.
Beberapa hari lalu, polisi sudah melakukan visum terhadapku. Dari hasil visum itu menjadi bukti tambahan bahwa tanteku benar telah melakukan penganiyaan dan perdagangan orang.
Penyidik menjerat Tante Lona dengan pasal berlapis terkait Undang-Undang Informatika dan Transaksi Eletronik (UU ITE), UU Pornografi dan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) serta penganiyaan dan terancam hukuman 20 tahun penjara sampai hukuman seumur hidup. Terbuka juga fakta bahwa tante memperdagangkan narkotika jenis sabu di rumah lokalisasi.
Aku memberikan saksi bahwa di tempat tanteku ada sekitar 10 anak di bawah umur yang menjadi korban dalam menjalankan bisnis prostitusinya. Rata-rata berumur 15 tahun. Kudengar mereka sudah diserahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Bareskrim Polri. Mereka mendapat penanganan pertama yaitu dengan pemeriksaan medis. Sedangkan pemulihannya akan ditangani oleh Kemensos dan KPAI. Aku diminta datang sebagai saksi saat di persidangan dan dijamin untuk mendapat perlindungan.
Status perwalian tanteku pun dicabut. Aku menjadi tanggung jawab negara dan akan tinggal di panti asuhan hingga usiaku legal. Identitasku pun dibersihkan dan aku bisa hidup sebagai anak perempuan normal. Aku pun akhirnya mendapatkan KTPku sendiri karena bertepatan usiaku menginjak 17 tahun.
***
Rui sudah siuman. Luka-lukanya masih tertutup perban. Dia sangat kuat, bahkan pukulan sebanyak itu, dia masih bisa bertahan. Aku bersyukur Rui masih mengingat dirinya sendiri. Karena sebelumnya dokter berkata bahwa Rui mengalami cedera otak dan bisa saja hilang ingatan. Penanganan rumah sakit sangat tanggap dan mampu menyelamatkan Rui.
Jika kuingat lagi, sudah banyak pengorbanannya untuk membelaku. Dia kawan yang baik dan selalu mendukungku. Walaupun dia sempat kecewa aku telah menipunya, dia tetap berada dipihakku saat aku terpuruk. Dia lelaki yang tulus. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengirimkannya padaku melalui Sayu.
"Raf, lo gapapa?" Tanya Rui.
"Gue yang harusnya nanya gitu, Ru. Liat badan lo babak belur gitu." Kataku sambil menyeka air mata yang hampir keluar. Aku tak boleh menangis di hadapannya.
"Haha, ini mah luka biasa. Bentar lagi juga sembuh." Guraunya.
"Lain kali jangan nekat kaya gitu. Setiap ada masalah kita selesain sama-sama." Pesanku mengingat dia pergi sendirian ke rumah Tante Lona.
"Siap bos!" Tutupnya sambil mengacak-ngacak rambutku.
Aku menyiapkan makanan Rui dan hendak membantu menyuapinya. Dia menurut dan melahap makanan yang kusediakan. Ditengah aktifitas makan, Rui berkata sesuatu.
"Raf, gue mimpi Sayu dateng. Dia senyum ke gue terus pergi."
"Serius? Terus kalian gak ada ngobrol?" Tanyaku.
"Gak, dia dateng aja gak ngelakuin apa-apa. Tapi pas bangun, gue tiba-tiba plong dan lega. Gue udah gak nyalahin siapapun lagi termasuk diri gue sendiri. Gue sadar, yang bikin gue marah adalah rasa penyesalan gue yang belum liat Sayu berpamitan ke kita sekadar ucapan selamat tinggal. Karena pas Sayu pergi, kita semua gak ada di samping dia." Jelas Rui.
"Syukurlah Ru, sekarang lo udah bisa relain Sayu."
"Iya Raf, dengan cara lo ini walaupun awalnya gue marah besar karena lo lancang mepertemukan kita berempat, sekarang gue baru sadar kalau ikatan gue sama Revel, Kei, Kai dan Sayu kuat banget kaya saudara yang gak bisa dipisahin." Tambahnya.
"Lo harusnya ngomong ini di depan mereka. Biar gak salah paham lagi." Godaku memancing reaksi egonya.
"Ngapain." Katanya terlihat salah tingkah yang berhasil membuatku terkekeh.
***
Persidangan kasus prostitusi club malam dan panti pijat di milik Tante Lona memasuki babak akhir. Kasus ini sampai pada proses persidangan terakhir di Pengadilan Negeri Kota Jakarta Barat.
Jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan tuntutan pidana penjara selama seumur hidup.
"Menyatakan terdakwa Lona Sahila alias Madam Lona telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan pasal berlapis terkait Undang-Undang Informatika dan Transaksi Eletronik (UU ITE), UU Pornografi dan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), penganiyaan serta pengedaran narkoba jenis sabu seberat satu kilogram," isi tuntutan itu dikutip.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara seumur hidup," sambungnya.
Pengacara Tante Lona melontarkan keberatan atas tuntutan tersebut. Namun menilik bukti-bukti terlampir dan hasil visum para korban, hakim menolak keberatan dari pihak terdakwa dan hakim juga memerintahkan agar persidangan itu tetap dilanjutkan hingga putusan akhir.
Persidangan akhir ini berjalan lima jam lamanya. Ada sedikit kericuhan yang disebabkan oleh Tante Lona yang mengamuk. Dia dengan berani menerobos pengamanan untuk menghampiriku dan langsung mencekik leherku.
"Dasar anak pembawa sial!" Teriaknya memenuhi ruangan sidang.
Hakim dengan cepat mengetuk-ngetuk palunya untuk menertibkan kericuhan. Bagian keamanan menarik mundur tante. Raut wajahnya sungguh menyeramkan. Aku tak mau melihatnya lagi. Saking shocknya, Rui langsung mendekapku dan melindungiku.
"Sudah aman. Dia sudah dibawa pergi." Kata Rui menenangkanku.
Persidangan ditutup dengan dikabulkannya tuntutan dari jaksa penuntut umum. Tante Lona akan tinggal di penjara selama sisa hidupnya. Pihak terdakwa juga berkewajiban memberikan kompensasi terhadap korban yang telah dirugikan.
Perjuanganku selama ini berbuah manis. Berkat kerja sama dengan Revel, Rui, Kei dan Kai, akhirnya tempat haram ini dihancurkan. Aku juga bisa memperjuangan hakku atas kehidupan yang bebas sebagai individu yang merdeka. Aku tak perlu lagi berpura-pura sebagai anak laki-laki.
***
TBC
Halo readers!
Jangan lupa kasih feedback ya biar aku makin semangat. Makasih banyak udah mampir ^^
Yuk saling terkoneksi di sosmed
IG : triinfp_
Tiktok : triinfp
email : triafarizah@gmail.com
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]
RomanceDalam perjalanan pulang Rafin memergoki seorang gadis yang berencana bunuh diri. Pertemuan mereka yang tidak disengaja itu membuat mereka bersahabat. Gadis itu bernama Liliana Sayu. Sayu mengenal Rafin sebagai anak laki-laki. Tanpa ia tahu sebenarny...