15 - Embun Malam

35 16 3
                                    

"Seiring berjalannya waktu, sebuah kesalahpahaman akhirnya terjawab." - Revel

***

"Sebuah keajaiban telah datang pada Mama-mu." Ujar dokter yang menangani Mama Revel. Mereka terlihat akrab, aku menduga mereka masih kerabat. Revel menoleh padaku, membagi perasaan syukurnya melalui senyum dan tatapan matanya yang sudah merah berair. Dia berhak menangis bahagia. Aku menyuruhnya masuk ke kamar sendirian. Revel mengajakku, namun aku perlu membiarkan Revel hanya berdua saja dengan Mamanya.

Sembari menunggu Revel, aku berkeliling rumah sakit. Rumah sakit ini begitu luas, aku mencoba mengingat arah kembali ke paviliun VIP agar tak tersesat.

Beberapa spot sudah kulewati dan padanganku menangkap sesuatu yang tak terduga. Aku melihat Rui ada di rumah sakit ini sedang berbincang dengan seseorang yang menggunakan jas putih, sepertinya dia seorang dokter. Aku reflek berbalik arah dan segera mengenakan masker yang ada di dalam sakuku. Tetap berusaha berjalan tenang, namun sepertinya Rui menyadari keberadaanku. Terdengar Rui meminta maaf pada lawan bicaranya dan langkahnya mulai mengejarku.

Rui dengan cepat mencegatku yang mengakibatkan langkahku terpaksa terhenti. Kami bertatapan sejenak. Aku begitu hawatir Rui mengenaliku. Selang beberapa saat, Rui hanya mengatakan kata maaf karena telah mengiraku orang lain. Aku buru-buru meninggalkannya dan kembali ke paviliun VIP untuk menyusul Revel. Sesampainya di paviliun, Revel sudah di depan kamar seperti gelisah karena aku tiba-tiba menghilang.

"Raf, kamu dari mana aja?"

"Maaf, Vel. Tadi aku ke toilet." Jawabku asal.

Revel mengajakku masuk ke dalam kamar dan menyapa mamanya. Mama Revel tersenyum dan meraih tanganku. Revel memperkenalkan aku sebagai temannya. Namun tak tau mengapa Mama Revel  memanggilku Sayu. Aku menoleh ke arah Revel, namun dia hanya menimpaliku dengan senyum sebagai arti 'tolong maklumi mamaku'. Aku dan Revel menemani mamanya sampai tertidur. Sebelumnya Revel juga membantu mamanya makan dan minum obat.

Aku meminta izin pada Revel untuk mengganti pakaianku. Mengenakan pakaian Sayu membuat banyak orang salah paham. Lalu Revel mengambil pakaianku di mobilnya. Ternyata masih sedikit basah, untungnya di rumah sakit tersedia fasilitas mesin pengering tangan, jadi kugunakan untuk mengeringkan pakaianku. 

Setelah bertemu Rui tadi, aku memiliki ide untuk mengajak Rui menjenguk Mama Revel. Aku ingin membuat mereka memiliki banyak interaksi agar hubungan mereka makin membaik. Aku mulai mencari-cari Rui ke penjuru rumah sakit dan berharap Rui belum pulang.

Aku masih tak menemukan Rui, aku hampir menyerah karena tak kunjung melihat batang hidungnya. Apa iya dia sudah pulang? Saa hendak berbalik arah menuju paviliun, Rui yang menemukanku. Dia menyapaku dari belakang. Aku berbasa-basi, bertanya Rui sedang apa di rumah sakit. Rui menjawab dia menerima undangan teman ayahnya yang merupakan seorang dokter senior di rumah sakit ini. 

"Lo sendiri lagi apa disini?" Tanya Rui.

Kemudian aku pun mengajaknya ke kamar Mama Revel. "Mama Revel koma udah setahun, Ru. Revel dapat kabar mamanya siuman pas kita masih di Bogor tadi siang." Kataku.

"Mamanya selama ini koma?" Gumam Rui lalu termenung. Aku pun lekas menuntun tangan Rui untuk berjalan agar bisa mengakhiri lamunannya.

Rui melihat sendiri bagaimana kondisi mama sahabatnya yang terkulai lemas di bangsal. Revel menyapa kedatangan Rui, sedangkan Rui masih mengabaikan Revel dan langsung mendekati Mama Revel. Revel meminta penjelasan dari Rafin melalui tatapan mata mengapa bisa mangajak Rui. Aku berbisik dan bilang bahwa tak sengaja bertemu Rui di lobi lalu mengajaknya kemari.

Aku meninggalkan Rui bersama Revel di kamar. Aku ingin mengabari Kei dan Kai untuk bergabung juga. Mereka pun sama terkejutnya dengan Rui. Mereka mengabari akan bergegas ke rumah sakit. Keempat sahabat pun bertemu.

She's Like a Eucalyptus [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang