Prolog.

2.5K 100 5
                                    

Suara kicauan burung terdengar sangat merdu, alunan jalanan yang di iringi suara kendaraan. Hyunsuk si laki laki mungil baru saja turun dari bus, ia menghalangi sinar matahari yang menusuk dengan tangannya yang kecil, lalu berjalan ke sebuah tempat pameran.

Pameran tersebut tidak terlalu ramai karena masih dini hari, ia melihat dan melihat banyak sekali karya seni yang terpampang di sana. Lalu kemudian fokusnya teralihkan oleh lukisan besar yang sangat abstrak, kepala tengkorak dengan bayang-bayang di belakangnya dan tangan-tangan yang menjulur ke arah tengkorak itu. Di sisi lukisan di penuhi dengan cat yang tidak beraturan dengan dominan warna Hitam dan Coklat.

Ketika ia sedang fokus melihat lukisan tersebut, ia tersentak ketika merasakan kehadiran seseorang di samping nya, lalu dengan refleks menoleh untuk melihat siapa itu. Hyunsuk mendongakkan kepalanya untuk melihat orang itu di karenakan orang tersebut jauh lebih tinggi darinya, badannya lumayan besar dengan otot di lengannya, orang itu memakai kacamata sehingga ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, hanya saja aura orang tersebut sangat kuat hingga sulit baginya untuk tidak memperhatikan.

Merasakan tatapan seseorang, laki-laki yang bernama Jihoon itu menoleh ke samping, namun sayangnya ia tidak melihat siapapun di sana, hingga netra matanya berpindah ke arah bawah dan...

"Pendek banget." celetuknya.

Hyunsuk terkejut, ia baru menyadari bahwa dirinya terlalu lama menatap orang lain. Tapi tunggu, apa katanya?

"....."

"Eh maaf, gue ga maksud gitu tapi lo emang pendek banget sih, masih smp ya dek?"

"....."

"Gapapa kesini sendirian? Orang tuanya mana?"

"Gue SMA."

Jihoon melebarkan matanya terkejut dengan senyum kecil di wajahnya, apa ia tidak salah dengar? Anak kecil sampingnya ini ternyata anak SMA sepertinya?

"Oh apa lo baru kelas 1 SMA? Jangan khawatir, kalo lo banyak minum susu gue yakin tinggi lo masih bisa berkembang."

"Gue kelas 3 SMA."

"....."

Jihoon menatap Hyunsuk dari bawah hingga atas, melupakan fakta yang baru saja dia dengar, pikirannya terus mengatakan bahwa orang di sampingnya adalah anak kecil.

Tidak mendapatkan respon dari pihak lain, Hyunsuk sedikit kesal dan menekankan sekali lagi.

"Gue kelas 3 SMA."

"....."

"Ekhem, kalo begitu lo seumuran sama gue haha." ujar Jihoon dengan canggung lalu mengalihkan perhatiannya lagi ke lukisan.

Di sisi lain, Hyunsuk sedikit terkejut dengan ucapan orang di sampingnya. Ia kira orang di sampingnya ini adalah anak kuliahan, tapi ternyata masih SMA sepertinya. Memang benar bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari luarnya saja.

Lalu sama seperti Jihoon, Hyunsuk juga ikut mengalihkan perhatiannya lagi ke arah lukisan.

.......

"Lo liat kata kata di lukisan ini?" tanya Jihoon tiba-tiba dengan mengarahkan telunjuknya ke arah bawah kiri lukisan.

Hyunsuk mengikuti arah telunjuknya, dan ia baru sadar bahwa ada sebuah tulisan di sana, tulisannya sangat berantakan namun masih bisa di lihat.

Too fast to life Too young to die.

"Lukisan ini di buat tahun 1993 di mana pelukisnya mengidap skizofrenia, dia ngelukis ini sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya." Jihoon menjelaskan secara tiba-tiba, membuat Hyunsuk mau tidak mau menoleh ke arahnya.

Jihoon menoleh, "Gimana menurut lo?"

"Apa?"

"Penulisnya menyedihkan kan? Kenapa di saat hari terakhirnya dia malah ngelukis? Apa karna dia tahu bahwa setelah dia meninggal lukisan ini akan menjadi terkenal? Dan bakal banyak orang yang mengenang namanya sebagai seorang pelukis yang sentimental?" jelasnya bertanya tanya.

Hyunsuk diam mendengarkan, namun tidak berniat untuk membalas perkataan dari orang tersebut.

"Jadi gimana menurut lo?"

"....."

"Apa lo pikir lukisan ini menyedihkan juga?"

"....."

"Kenapa banyak lukisan yang terkenal setelah pelukis nya meninggal?"

"....."

"Apa para pelukis sekarang memiliki tujuan buat meninggal agar lukisannya terkenal?"

"....."

"Menyedihkan."

Hyunsuk tidak tahan dan menatap tajam orang di sampingnya, ada apa dengannya? Bukankah yang sentimental sekarang adalah dirinya sendiri? Pikir Hyunsuk.

Jihoon tersenyum ke arahnya membuat Hyunsuk segera mengalihkan matanya lagi ke arah lukisan. Ia menghela nafasnya kasar lalu mengulurkan tangannya ke arah lukisan tersebut.

"Bener, lukisan ini pada dasarnya emang lukisan yang menyedihkan. Ketika seseorang mengetahui bagaimana terciptanya lukisan ini tentu aja bikin banyak orang yang jadi sentimental dan tertarik pada lukisan ini hingga lukisannya menjadi terkenal. Tapi bukan berarti mereka menganggap lukisan tersebut sepenuhnya menyedihkan, karna ada beberapa dari mereka yang sangat menghargai pelukisnya, pengidap skizofrenia bukanlah keadaan yang menyedihkan namun keadaan yang menyeramkan. Mereka tidak datang dalam waktu yang singkat tapi datang untuk waktu yang lama." Hyunsuk menjelaskannya dengan sangat tenang sembari melihat kepala tengkorak di lukisan itu.

Lalu dia merasa penjelasannya terdengar kurang, jadi dengan inisiatif ia menambahkan penjelasannya lagi.

"Namun sejauh mana dia bertahan sampai akhir hidupnya, dia tetap mengabdikan dirinya pada karyanya. Lukisan sendiri adalah bentuk penghormatan terhadap dirinya. Memangnya dia sendiri mau mengidap skizofrenia? Mau memiliki kehidupan yang menyedihkan? Karna semuanya sudah terjadi yang bisa ia lakukan untuk mengenang dirinya di dunia yang kejam ini adalah sebuah lukisan, yang mana mungkin sewaktu waktu melukis bisa membuatnya bernafas tenang sampai akhirnya ajal menjemputnya."

"Dan kemungkinan dia adalah manusia yang tidak di terima oleh dunia, itu sebabnya dia meninggalkan sebagian jiwanya pada lukisan ini." ucap Hyunsuk yang di akhiri dengan senyuman kecil di wajahnya.

Jihoon sangat terpana melihat senyuman kecil itu, bahkan suaranya, kata katanya, dan tatapan matanya entah kenapa sangat enak untuk di dengar, sangat mudah untuk di pahami, dan juga sangat indah untuk di lihat.

Hyunsuk kembali menatap Jihoon yang juga sedang menatap dirinya, mereka saling bertatapan di depan lukisan itu, tidak ada yang berbicara dari mereka dalam beberapa waktu, sampai akhirnya Jihoon terkekeh dan memperlihatkan senyumannya. Ia mengusap kepala Hyunsuk dengan lembut.

"Siapa nama lo?"

Hyunsuk menepis tangan Jihoon dengan pelan.

"Hyunsuk."

Jihoon tersenyum lagi, kali ini senyumannya sangat lebar.

"Ah Hyunsuk, gue pengen ngobrol sama lo lebih lama lagi, soalnya menyenangkan bisa ngobrol sama lo. Tapi sayangnya gue harus pergi sekarang."

"....."

"Dan kalo misalnya kita di takdirin buat ketemu lagi di masa depan, gue harap saat itu gue bisa ngobrol lebih lama lagi sama lo," Ujar Jihoon dengan mata berbinar, "Sampai jumpa lagi, Hyunsuk." Lanjutnya.

Kemudian setelah mengatakan itu, Jihoon benar-benar pergi meninggalkan pameran tersebut. Hyunsuk menatap kepergiannya hingga siluetnya menghilang dari pandangannya, dan hanya ada dua kata yang ia simpulkan untuk orang tersebut.

'orang aneh.'

Tapi tunggu, orang tadi siapa namanya? Hyunsuk lupa menanyakan hal ini dan akhirnya menghela nafasnya seolah ia sudah di rugikan secara sepihak.

.......

See you next time.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang