CH 31.

93 35 23
                                    

Setelah berbicara dengan Jihoon tadi malam, Hyunsuk merasa hatinya menjadi sedikit lega. Dia sendiri tidak berpikir bahwa pembicaraan mereka sepenuhnya berjalan dengan baik. Tapi setidaknya, mengurangi satu masalah di antara banyaknya masalah memang lebih baik daripada tidak sama sekali.

Hyunsuk beranjak dari tempat tidur sembari memijat pelipisnya dengan pelan. Hari ini dia memutuskan untuk tidak berangkat kerja, tentu saja alasannya karena Jihoon yang menyuruhnya.

Namun walaupun begitu, bagi Hyunsuk sendiri menjadi seorang dealer di kasino awalnya memang hanyalah sebuah loncatan untuk menemukan keberadaan Jihoon. Jadi karena sekarang dia sudah menemukan keberadaan Jihoon, itu artinya dia sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk bertahan di tempat itu.

Tetapi entah mengapa hal ini sedikit mengganggunya, walaupun dia membenci pekerjaannya, bukan berarti dia tidak terikat sama sekali. Apalagi akhir-akhir ini selain mencari informasi keberadaan Jihoon, dia juga telah mendengar sesuatu yang cukup mengejutkan dari para pelanggan V.I.P, dimana mereka mengatakan bahwa gedung tempat ia bekerja dulunya adalah sebuah lahan ganja, dan beredar rumor bahwa Juan ataupun Jihoon sebenarnya tidak pernah menaruh saham sepeserpun pada gedung itu.

Namun jika Jihoon memang tidak pernah menaruh saham sepeserpun pada gedung itu, lalu bagaimana bisa nama inggrisnya menjadi hak paten atas kepemilikan gedung?

Tentu saja hal ini sangat aneh dan mengundang banyak pertanyaan.

'apa itu cuman rumor gajelas?' pikir Hyunsuk seraya menghela nafasnya, 'walaupun gue tanya sama Jihoon sekarang pun gue yakin dia ga bakal jawab.'

Ketika Hyunsuk sedang memikirkan ini, perhatiannya tiba-tiba teralihkan di saat dia mendengar suara kamar mandi yang berderit. Ia menoleh dan melihat Jihoon keluar dari kamar mandi dengan mengenakkan handuk putih yang melilit bagian bawahnya, rambutnya terurai kebawah hingga beberapa tetesan air terjatuh kelantai.

Tanpa sadar netra Hyunsuk memperhatikan tubuh Jihoon dari bawah hingga atas, dan seketika itu juga wajahnya mulai memanas. Dia tahu bahwa dari dulu Jihoon memang memiliki tubuh yang lebih besar darinya, tapi kali ini tubuhnya itu menjadi dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya, di tambah ada beberapa potongan roti yang sangat menggoda di bagian perutnya, membuat dirinya terlihat seperti pria dewasa yang seksi.

Lalu Hyunsuk teringat pada ciuman bergairah yang mereka lakukan sebelumnya, dimana Jihoon menyentuh setiap jengkal tubuhnya seraya mencium bibirnya, memasukkan lidahnya, membelit lidahnya, dan melumat bibirnya secara agresif, seolah-olah itu adalah hasrat yang Jihoon pendam selama bertahun-tahun yang akhirnya terbebaskan.

Membayangkan kejadian kemarin, wajah Hyunsuk langsung memerah hingga ke ujung telinganya, ia memalingkan wajahnya dengan gugup. Di sisi lain Jihoon menatapnya dengan heran, tapi dia tidak berpikir terlalu jauh.

"Sayang, kemarin aku ga sempet beli baju buat kamu, dan karna sekarang kamu ga kerja, kamu mau keluar bareng aku hari ini?" tanya Jihoon sembari mengambil handuk kecil dan mengusaknya ke rambutnya yang basah.

Hyunsuk menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang dan mencoba membuat dirinya terlihat biasa saja. "Keluar? Buat beli baju?"

"Iya."

"Gamau, kenapa juga aku harus ikut keluar?"

Jihoon terkekeh, "Kan biar sekalian kencan."

"Huh?"

"Kenapa? Kamu gamau?"

"En bukan gitu, tapi apa kamu ga punya urusan hari ini?" tentu saja Hyunsuk sangat senang ketika Jihoon mengajaknya berkencan, tapi dia merasa sedikit aneh karena selama beberapa hari sebelumnya Jihoon selalu pergi untuk mengurus urusannya yang sangat sibuk itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang