CH 28.

552 83 43
                                    

Tidak ada yang salah dengan penglihatannya, saat ini Jihoon benar-benar melihat orang yang sangat dikenalnya kini berada di atas tubuhnya, mencengkram kerahnya, dan menatapnya dengan sayu.

"K-kamu..."

Hyunsuk memiringkan kepalanya seraya tersenyum, "Lama gak jumpa, Jihoon."

Sesaat Jihoon merasa terpesona oleh senyumannya, ia berpikir bahwa ini bahkan sudah tujuh tahun lamanya, tapi orang di depannya ini justru masih memiliki paras yang sangat indah, tidak terlalu jauh berbeda dengan dirinya di masa lalu.

Hyunsuk terkekeh saat melihat tatapan Jihoon yang sama sekali tidak berkedip, "Apa setelah sekian lama ga ketemu, kamu jadi makin terpesona sama wajah aku?"

"!!!"

Jihoon tersentak ketika mendengar itu, ia pun segera mendorong tubuh Hyunsuk ke samping dan segera beranjak dari tempat tidur. Hyunsuk sendiri memilih untuk tidak menahannya dan hanya memperhatikan dirinya yang kini kembali mengancingkan kemejanya.

"Kamu pelayan yang sangat tidak sopan, aku akan memanggil kepala managermu untuk mendidikmu agar tahu apa itu sopan santun." Jihoon kembali menggunakan bahasa formalnya, membuat Hyunsuk yang mendengarnya hampir tertawa.

"Kamu pikir aku peduli sama hal itu? Lagipula dibanding itu, lebih baik sekarang kamu berhenti pura-pura gatau siapa aku."

Jihoon meliriknya dengan dingin, "Apa kita saling mengenal?"

"....."

Hyunsuk menatapnya sejenak, anehnya dia tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan itu. Mungkin karena orang di depannya ini adalah bajingan yang sudah tega meninggalkannya, jadi untuk berpura-pura seolah dia tidak mengenal dirinya tentu saja bukanlah hal yang sulit untuk dilakukannya.

"Kamu kira?"

"Aku tidak mengenalmu, dan aku juga tidak mempunyai urusan apapun denganmu. Jadi lebih baik sekarang kamu pergi dari sini dan renungkan saja kesalahanmu."

Hyunsuk tersenyum getir ketika mendengar jawabannya, "Kenapa aku harus pergi dari sini?"

"Karena tempat ini bukanlah tempat yang cocok untuk orang sepertimu berada."

"Haha Jihoon, kamu bilang kita ga saling kenal tapi disisi lain kamu juga bilang kalo aku ga cocok ada di tempat kaya gini? Apa sekarang kemampuan kamu buat nipu seseorang udah tumpul?" Hyunsuk bertanya dengan nada mengolok-olok.

Jihoon menatapnya dengan tajam dan memilih untuk tidak menanggapi perkataannya. Lalu setelah ia selesai mengancingkan kemejanya, dia pun berjalan ke arah pintu untuk keluar dari kamar. Namun sebelum ia membuka pintu, tubuhnya segera terhenti ketika mendengar suara Hyunsuk dari belakang.

"Mau kemana? Aku belum selesai ngomong sama aku."

"Bukan urusanmu."

"Kalau gitu coba aja keluar dari sini, karna setelah kamu keluar, aku pastiin saat itu juga kamu bakal jadi tersangka atas kasus pembunuhan."

Jihoon membelalakkan matanya ketika mendengar itu, ia menoleh kebelakang dan langsung terkejut ketika melihat Hyunsuk sedang memegang sebuah pisau yang sekarang sedang diarahkan ke lehernya.

"KAMU, APA YANG KAMU LAKUIN?!" teriak Jihoon dengan panik.

"Bunuh diri, apa kamu buta? Jadi coba aja kamu pergi dari sini, karna setelah itu kamu ga akan pernah bisa ngeliat aku lagi buat selamanya." ujar Hyunsuk dengan tenang.

Jihoon tidak tahu darimana Hyunsuk bisa mendapatkan pisau itu, namun ancaman yang barusan dilontarkan olehnya bukanlah hanya sekedar ancaman biasa. Karena saat ini Jihoon bisa melihat dengan jelas bahwa ujung lancip dari pisau yang dipegangnya telah sedikit menancap ke lehernya, membuat setetes darahnya pun mengalir keluar dari sana.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang