CH 29.

594 74 39
                                    

Walaupun hari sudah larut tengah malam, Jihoon tetap menepati janjinya untuk pulang malam hari. Ia menghela nafasnya sejenak ketika berada di depan pintu, lalu setelah ia membuka pintunya, dia langsung dikejutkan oleh Hyunsuk yang berdiri di depan pintu dengan mengenakkan baju tipis serta tidak memakai alas kaki.

"Kenapa kamu disini? Bukannya aku udah nyuruh kamu tidur?"

Hyunsuk menggeleng pelan. "Aku ga bisa tidur, jadi aku mutusin buat nunggu kamu sekaligus mastiin kalo kamu bakal nepatin janji kamu." ujarnya dengan wajah yang gelisah.

Jihoon tersenyum tipis, dia merasa perasaan lelah yang sebelumnya ia rasakan langsung menghilang setelah mendengar ucapan Hyunsuk. Dia pun segera membawa Hyunsuk kedalam pelukannya. "Sekarang aku udah nepatin janji aku kan? Kalo gitu kamu harus tidur sekarang."

"....."

Hyunsuk memeluk balik tubuh Jihoon dan tidak berniat untuk menjawab ucapannya, Jihoon yang merasa bahwa Hyunsuk masih gelisah secara inisiatif menggendong tubuhnya seperti koala, membuat si empunya memekik terkejut.

"Jihoon, apa yang kamu lakuin?!" serunya mencoba memberontak.

"Aku gatau kamu ini bodoh atau apa, tapi kenapa kamu pake baju tipis di musim dingin kaya gini? Dan itupun ga pake sendal apapun, apa kamu ga denger ucapan dokter?" Jihoon berkata sembari mengeratkan gendongannya.

Hyunsuk menyerah untuk memberontak, ia melingkarkan tangannya di pundak Jihoon dan menyenderkan kepalanya di bahu si empunya. "Aku ga punya baju, dan semua baju di lemari kamu kegedean di badan aku."

Jihoon tersenyum, "Apa kamu juga ngejual semua baju kamu?"

"Iya, aku ngejualnya harga murah. Jadinya sekarang aku miskin, ini salah kamu."

Jihoon terkekeh merasa lucu, "Kalo gitu besok aku bakal beliin kamu baju, tapi buat sekarang kamu harus pake baju aku dulu." Jihoon melepaskan gendongannya dan mendudukkan Hyunsuk di ranjang, lalu berjalan ke lemari untuk mencari Hoodie miliknya.

Dan setelah menemukannya, ia pun memakaikan Hoodie itu ke tubuh Hyunsuk, dan Hyunsuk yang diperlakukan seperti itu pun hanya menurut dan merentangkan kedua tangannya ketika Jihoon memasukan Hoodienya.

"Sekarang waktunya tidur."

"Aku mau tidur sama kamu."

Jihoon terkekeh, "Oke, tapi aku mau mandi sama ganti baju dulu."

Hyunsuk menganggukkan kepalanya, dan Jihoon pun segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hyunsuk yang melihatnya masuk ke dalam kamar mandi langsung merubah ekspresinya secepat mungkin.

Hal itu dikarenakan saat dia memeluk tubuh Jihoon tadi, dia bisa mencium bau darah yang sangat menyengat darinya. Tapi ketika ia melihat wajah Jihoon baik-baik saja, dia menebak bahwa darah tersebut bukanlah berasal darinya. Lalu berasal dari siapa? Apa Jihoon baru saja berkelahi dengan seseorang? Atau apakah dia baru saja membunuh seseorang? Hyunsuk tidak yakin, tapi dia menjadi sedikit frustasi ketika memikirkan itu.

Karena mau dulu ataupun sekarang, nyatanya dia masih tidak mengetahui apapun tentang Jihoon.

Beberapa saat kemudian, Jihoon telah selesai mandi dan berganti dengan pakaian kasual, membuat auranya terlihat sangat berbeda karena sebelumnya memakai pakaian formal.

"Apa leher kamu ga nyaman?" Jihoon bertanya sembari mematikan lampu dan naik ke ranjang.

"Sedikit..."

"Kamu udah minum obat yang dikasih dokter?"

"Udah, obatnya pait."

Jihoon terkekeh, "Tentu aja, yang manis cuman kamu soalnya."

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang