CH 7.

1K 81 3
                                    

"Hei Harsa, menurutmu akan di apakan dia?"

"Entahlah."

Saat ini Gabriel dan Haruto sedang berada di ruang bawah tanah, dimana tempat biasa mereka sedang menyiksa atau sedang mengeksekusi seseorang. Di depan keduanya ada seseorang yang sedang di ikat di kursi dengan mulut terselotip dan mata yang di tutup dengan kain.

Gabriel menoleh ke arahnya, Harsa adalah bawahan dari kakek tuan nya tapi dia justru adalah orang yang paling dekat tuan nya, hingga membuat dirinya sedikit iri.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari belakang, Haruto dan Gabriel pun segera membelah dua seolah memberi jalan. Dengan satu tangan yang dimasukin ke saku celana dan mulut yang mengemut permen gagang, Jihoon berjalan dengan santai ke arah seseorang yang sedang di ikat di kursi.

"Tuan." sapa Gabriel.

Jihoon meliriknya sejenak, lalu tanpa aba-aba ia menendang perut Gabriel hingga tersungkur.

"Eugh.."

Jihoon meletakkan satu kakinya di perut Gabriel, matanya sangat tajam dan gelap.

"Kau tahu dimana letak kesalahan mu?"

Walaupun tubuhnya kesakitan, Gabriel tetap bersikap sangat tenang. Ia menundukkan tatapan nya kebawah.

"Maafkan saya, tuan."

"Aku bertanya apa kau tahu dimana letak kesalahan mu?"

"Ya, saya telah lalai sebelumnya hingga ada seseorang yang memata matai anda di luar dari pekerjaan."

Jihoon mendengus dan mengabaikannya, ia berjalan ke arah seseorang yang sedang di ikat di kursi, lalu berjongkok dan melepas penutup mata orang tersebut.

Orang itu adalah mata-mata yang mengikuti Jihoon tadi pagi, kini ia telah berhasil di tangkap dan di sekap di ruangan ini.

"Hei, siapa pengirim mu?" tanya Jihoon sembari memainkan gagang permen.

"....."

"Kau tidak ingin menjawab?"

"....."

Jihoon segera menunjukkan seringai kecilnya, ia berdiri dan mengambil tongkat yang berada di ujung ruangan. Lalu tanpa segan ia mulai memukul kepala orang itu dengan tongkat beberapa kali hingga wajah orang tersebut perlahan tertutupi dengan darah.

Mata Jihoon menyala ketika melihat pemandangan di depannya, ia tampak bersemangat. Kemudian ia tersenyum sangat lebar dan memukul orang itu lagi dengan kencang hingga kursi yang di duduki terbalik ke samping.

"Hm~~"

Jihoon bersenandung dengan suara yang lembut, ia menghampiri orang itu dan melepas selotip di mulutnya.

Sebenarnya orang itu tidak menjawab pertanyaan Jihoon bukan karena murni menutup mulutnya. Ia tidak menjawab karena ada selotip yang menghalangi mulutnya hingga ia tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun.

Bagaimana pun Jihoon adalah orang yang gila, dia melakukan apapun yang dia mau dan tidak ada satupun orang yang berada di ruangan itu berkomentar.

Karna mereka tahu bahwa saat ini tuan nya itu benar-benar sangat marah. Namun ada satu hal yang membuat mereka sedikit heran, yaitu kenapa tuan nya yang selalu santai terhadap hal seperti ini dan tidak pernah mengotori tangannya sendiri malah ingin mengotori tangannya?

"Kau, katakan siapa yang menyuruhmu?"

"Arghh...b-bunuh a-ak-u..."

"Ha..."

Jihoon merasa ingin tertawa, matanya semakin menyala saat ini. Lalu dengan ekspresi yang riang ia mengangkat tongkatnya lagi dan memukuli orang tersebut hingga suara-suara jeritan terdengar memenuhi seisi ruangan.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang