CH 25.

996 90 35
                                    

Hyunsuk sedang berbaring di ranjangnya sekarang, ia menatap langit-langit kamarnya sembari memikirkan pembicaraannya dengan Jihoon hari ini.

Dia pun mulai mengingat apa saja yang telah ia lalui dengan Jihoon sebelumnya. Dan potongan demi potongan langsung terlintas dalam ingatannya saat ini. Seperti saat dimana ia akan selalu kehilangan kata-katanya karena Jihoon terus mengatakan omong kosong, saat dimana Jihoon akan selalu menggodanya terus-menerus dengan kata-kata yang sangat mesum, saat dimana Jihoon akan memanggilnya 'sayang' dengan riang seolah-olah hanya ada dirinya dimatanya, dan ada juga saat dimana Jihoon akan selalu datang disaat dirinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan ia juga akan segera memeluknya dan menghiburnya dengan kata-kata yang konyol namun terdengar sangat tulus.

Sesaat Hyunsuk tersadar, bahwa dia telah menjadikan Jihoon sebagai rumahnya untuk bersandar, menjadikannya sebagai orang pertama yang selalu ia cari disaat dirinya tenggelam dalam masa lalunya, dan menjadikannya orang pertama yang ia pedulikan tentang bagaimana sikapnya disaat semua orang menatap jijik padanya.

Memikirkan ini Hyunsuk sedikit terkekeh, dia bertanya-tanya sejak kapan dirinya menjadi sangat terikat dengan Jihoon?

Jika dirinya saja menjadikan Jihoon sebagai rumahnya, lalu bagaimana dengan Jihoon? Dimana dia akan berkeluh kesah saat dirinya sedang tidak baik-baik saja? Dimana dia akan menceritakan semua kesedihannya? Dan apa selama ini dia pernah menjadikan dirinya sebagai rumah untuk Jihoon bersandar?

Hyunsuk menjadi teringat perkataan Jihoon sebelumnya.

'dalam hidup aku, ga ada satupun yang nanya apa makanan yang aku suka dan apa makanan yang ga aku suka,'

Apa dirinya juga pernah menanyakan hal itu? Karena dalam ingatannya, Jihoon akan selalu memakan apapun yang ia makan tanpa protes sedikitpun.

'dibanding ngasih anak kecil sebuah mainan, mereka semua malah ngasih tau aku gimana cara ngebunuh seseorang."

Apa itu artinya saat Jihoon masih kecil ia tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya didapatkan oleh anak kecil pada umumnya? Lalu jika benar begitu, seberapa kejam kehidupan yang telah ia jalani?

Tidak seperti Jihoon yang mengetahui semua hal tentangnya, dia justru sama sekali tidak tahu semua hal tentang Jihoon.

Hyunsuk mengangkat tangannya keatas, dia memperhatikan tangan itu sejenak.

Bahkan dalam semua ingatannya saat ini, tidak ada satupun adegan dimana Jihoon telah menyakitinya. Karena satu-satunya yang Jihoon lakukan hanyalah mencintainya.

'seorang pelukis baru bisa bernafas dengan tenang saat melukis lukisannya kan? maka akupun baru bisa bernapas dengan tenang disaat aku mencintai kamu dan baru bisa bernafas dengan tenang disaat kamu ada disisi aku.'

'jadi, aku mohon tolong jangan tinggalin aku!!'

Hyunsuk segera terbangun dari posisi berbaringnya, ia menatap tangannya yang sedang bergetar sekarang. Dan tanpa ia sadari pipinya sudah basah karena air matanya.

Kenapa dia baru menyadarinya sekarang?

Bahwa seperti Jihoon yang baru bisa bernafas dengan tenang saat bersamanya, maka ia pun baru bisa bernapas dengan tenang saat ia bersama Jihoon.

Dan juga kenapa dia baru menyadari hal ini? bahwa dia sangat mencintai Jihoon lebih dari apa yang ia bayangkan.

Haha.

Hyunsuk merasa ingin tertawa sekarang, kemana sikap sombongnya yang mengatakan ingin putus pada Jihoon tadi?

Menyedihkan.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang