CH 22.

666 72 4
                                    

Setelah pulang dengan terburu-buru dari apartemen Jihoon, Hyunsuk langsung merebahkan tubuhnya di ranjang hangat miliknya, ia menatap langit-langit kamarnya dan mencoba untuk menguraikan pikirannya satu persatu.

Pertama, kasus narkoba ayahnya yang mengganjal.

Kedua, fakta ia mencurigai Park so jung selaku direktur tempat ayahnya bekerja.

Ketiga, dimana ia mencurigai semua hal yang terjadi pada Siyoon adalah ulah Jihoon.

Keempat, Jihoon yang selama ini ternyata telah membohongi dirinya.

Dan kelima, fakta bahwa Park so jung yang ia curigai ternyata adalah kakek kekasihnya sendiri, Jihoon.

Hyunsuk merasa ingin memberi penghargaan pada otaknya yang tetap waras karena telah menerima semua fakta tersebut dalam waktu berdekatan. Untuk saat ini ia akan mencoba mengabaikan persoalan tentang Park so jung terlebih dahulu, karena bagaimanapun dia tidak mengetahui kebenaran dari bagaimana ayahnya bisa menyentuh narkoba. Jadi yang bisa ia pikirkan sekarang adalah tentang Jihoon yang telah membohonginya.

Kenapa Jihoon berbohong padanya? Apa selama ini dia selalu melakukan hal hal kejam di belakangnya tanpa ia sadari? Apakah Jihoon jugalah yang menghancurkan perusahaan Siyoon seperti pesan yang masuk di ponselnya? Jika semua itu benar maka yang manakah Jihoon yang sebenarnya?

Apa Jihoon yang selalu tersenyum saat bersamanya?

Atau.

Jihoon yang akan melakukan hal-hal kejam di belakangnya?

Hyunsuk merasa hidungnya sedikit masam ketika memikirkan ini, ia mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis. Saat ini ia tidak tahu apakah harus kecewa pada Jihoon atau tidak, karena rasa terlindungi dan rasa terkhianati seperti sedang bergelut dalam pikirannya.

Ia menghela nafasnya dan pada akhirnya memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Jihoon besok, dan jika Jihoon menjawab dengan jujur maka kemungkinan ia akan memaafkannya, namun jika Jihoon berbohong, apa yang harus ia lakukan saat itu?

Saat Hyunsuk sedang memikirkan ini, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka hingga mengejutkan dirinya, ia menoleh untuk melihat ibunya masuk ke dalam kamarnya sembari membawa nampan.

"Ibu?" panggil Hyunsuk.

"Kamu ngapain aja? Ibu ketok ketok kok ga ada sautan?" tanya Jennie sembari menaruh nampan yang berisikan air putih dan obat di meja belajar Hyunsuk.

"Ah maaf, aku tadi lagi mikirin sesuatu makanya ga denger." jawab Hyunsuk yang lalu segera beranjak dan menghampiri ibunya.

"Kamu mikirin apa emangnya sampe ga fokus gitu?" tanya Jennie menatap anak semata wayangnya itu.

Hyunsuk melihat ke arah obat yang tergeletak di nampan, sepertinya sudah lama sekali dirinya tidak meminum obat itu, haruskah ia meminumnya sekarang?

"Ada sesuatu yang bikin aku penasaran."

"Apa itu? Apa kamu mau cerita ke ibu?" tanya Jennie lagi sembari mencoba mengobrol dengan putranya.

Hyunsuk menoleh dan berpikir sebentar, apa ibunya tahu kalau hal yang terjadi pada ayahnya itu terasa janggal? Ia ingin sekali bertanya mengenai hal ini, tapi entah mengapa dirinya menjadi sedikit takut. Haruskah ia bertanya tentang Park so jung terlebih dahulu?

"Ibu, apa ibu kenal sama orang yang namanya Park so jung?" tanyanya sedikit gugup.

Jennie segera membelalakkan matanya terkejut, ia dengan cepat mencengkram kedua bahu Hyunsuk hingga mengejutkan si empunya dengan pergerakkan yang sangat tiba-tiba itu.

"HYUNSUK, KENAPA KAMU BISA TAU ORANG ITU???" tanya Jennie dengan suara yang lantang.

Hyunsuk menatap mata ibunya yang bergetar ketakutan, "I-ibu? Apa ibu tau orang itu?"

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang