PROLOG

343 80 14
                                    

Hi😊

ini cerita pertama Aku maaf kalo masih banyak kesalahan. Semoga kalian suka sama ceritanya dan jangan lupa di vote sama komen ya, jika kalian keberatan untuk komen boleh di vote aja, untuk vote tidak membutuhkan waktu 2 detik. hargai penulis ya jangan menikmati karya tanpa apresiasi.

Derasnya hujan yang menghentak-hentakan daratan, petir sekaligus guntur yang terus menunjukkan kebolehannya menghiasi langit, Kendatipun itu tak kunjung membuat seorang gadis beranjak dari balkon kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derasnya hujan yang menghentak-hentakan daratan, petir sekaligus guntur yang terus menunjukkan kebolehannya menghiasi langit, Kendatipun itu tak kunjung membuat seorang gadis beranjak dari balkon kamarnya.

Kiara terduduk di lantai balkon kamar yang dingin. Ia memeluk lututnya dan menopang dagunya di sana. Dengan tatapan yang menyiratkan kesedihan, kehampaan, kekecewaan dan luka yang teramat dalam, air mata yang meleleh lirih menjalari sudut pipinya menganak sungai di tambah dengan sapuan air hujan yang menampar pipinya membuat wajah gadis itu semakin banjir bak sungai yang deras. Suara tangisan terus mengayun dengan sendu di tengah kebisingan percikan hujan, Ia merasa hidupnya sangat nelangsa.

Pikirannya terus menerawang tanpa henti menunjukkan siluet-siluet kejadian yang menyakitkan di hidupnya yang mampu membuat sela-sela rongga dadanya seolah terkoyak, katub jantungnya menyumbat, membuatnya terasa sesak bahkan membuatnya harus bersusah payah menghirup oksigen.

Ia selalu berharap ada keajaiban dari tuhan yang mampu merubah hidupnya. Jika di berikan kesempatan Ia ingin kembali ke masa itu, Ia ingin mengubah semuanya, kendati bak mustahil karena Ia sadar Ia bukan Tuhan, Ia hanya manusia biasa, Ia juga bukan doraemon yang mampu pergi ke dimensi waktu.

Hanya keheningan dan kesunyian yang kini menyelimuti raganya. Raganya yang hampir mati, hatinya yang sudah pecah seperti butiran kaca yang setiap pecahannya berceceran ntah ke mana, Jika di perbaiki atau di satukan kembali pun tak akan pernah kembali utuh. Sekarang Ia merasa hidupnya sungguh-sungguh sudah tak memiliki tujuan.

Gadis itu mendongkakan kepalanya menatap langit-langit dengan awan hitam pekat yang menggumpal, atmosfer malam ini terasa mencekam. Hujan turun semakin deras seolah mengikuti alunan suara tangisannya, membuat dirinya semakin terhanyut enyuh dalam kesedihan. Kiara mengulas segaris senyum pilu melihat semesta seperti ikut menangis melihat hidupnya yang berantakan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang