09.Sea and Happines

121 63 0
                                    

Laut dan langit menampakan warna biru yang selaras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laut dan langit menampakan warna biru yang selaras. Debur ombak terus menari menghantaam karang, cicitan burung juga sesekali terdengar.

Dua sejoli tengah menapakkan kakinya di pasir laut. Kiara memejamkan matanya dan tangannya terlentang lebar-lebar, Ia menghirup oksigen dengan rakus. Angin segar terasa menampar wajah Kiara dengan lembut dan hembusan angin itu juga mampu meliukkan daun-daun pepohonan yang hijau dan menjulang tinggi yang berada di sekitarnya.

Kini hanya ombak yang mampu menembus masuk ke dalam indra pendengaran Kiara. Tidak ada suara riuh-riuh keributan, hatinya terasa begitu tenang.

Kiara perlahan membuka matanya, dan ketika sang empu sudah terbuka sempurna, Ia menolehkan wajahnya ke arah Aluna yang berdiri tepat di sampingnya.

Kiara menggenggam jemari Aluna, Ia ingin mengajak Aluna mendekat ke arah air, Aluna patuh tanpa pernolakan, Ia akan mengikuti kemana langkah sahabatnya itu membawanya.

Dari kejauhan Ayah Aluna menyadari kedua gadis itu berjalan mendekat ke arah air "Sayang hati-hati, jangan terlalu jauh, air laut lagi pasang," teriaknya memperingati.

Kiara menoleh ke arah sumber suara "Oke, om," jawabnya.

"Kamu suka laut?," tanya Aluna.

Kiara mengangguk "Iya, Aku suka laut karena laut salah satu tempat yang paling tenang, Saat ada di sekitar laut aku merasa tenang tanpa beban, seolah air laut mampu menghilangkan masalah dan kesedihan yang ada," jelas Kiara matanya jauh memandang ke depan.

"Kalo kamu? Kenapa suka laut?," tanya balik Kiara kepada Aluna.

"Laut salah satu tempat favorit kami (aku dan Dayana), kami hampir setiap minggu main kesini, banyak kenangan yang ngga akan bisa aku lupain di sini."

"Aku selalu pergi ke sini setiap aku inget dan kangen Dayana, Aku percaya walaupun raga Dayana sudah ngga ada di sini, tapi dia bisa ngeliat aku di sana," lanjut Aluna, lalu Ia menjongkokkan tubuhnya saat melihat kura-kura kecil yang melintas di hadapannya.

Aluna mengangkat kura-kura kecil itu, dan menunjukannya kepada Kiara " Kia liat ini, kura-kura kecil."

Kiara juga ikut menjongkokan tubuhnya "Hai kura-kura lucu," sapa Kiara mengelus kura-kura itu.

Kiara sedang sibuk dengan kura-kura penemuan Aluna, Ia seperti ingin merawatnya, Kiara sangat amat suka dengan binatang-binatang kecil yang lucu. Ia ingin memelihara banyak hewan namun sayang keluarganya sama sekali tak mengijinkannya.

Aluna menyinduk air laut dengan tangannya, dengan jail Aluna menyiramkan air itu kepada Kiara "Luna!" Kiara mengusap wajahnya yang basah karena air menggunakan telapak tangannya.

Ia melepaskan kura-kura itu kembali ke air, sedetik kemudian Kiara menyinduk air dengan tangannya, sebelum sempat Ia menyiramkan air itu kepada Aluna, Aluna sudah lari kabur karena menyadari Kiara akan membalasnya.

Keduanya terlibat kejar-kejaran, dan saling membalas menyiramakan air laut. Riang tawa dari mereka terus terdengar di sana, mereka merasa sangat senang.

:):):):):):):):):):)

Di kejauhan Aluna melihat sang kakak, yang sedang menatap ke arah laut, Aluna menghentkan lanfkahnya. Ia juga menahan tubuh Kiara agar behenti mengejarnya.

"Ka seon," ucap Aluna kepada Kiara, telunjuknya menunjuk ke arah Seon.

"Kita jailin kas seon yu," ajak Aluna.

Kiara terdiam, Ia masih canggung, untuk melakukan itu "Tapi_" ucapan Kiara terpotong.

"Gapapa ka Seon baik kok," sambar Aluna.

Aluna mengelilingkan pandangannya melihat ke arah sekitar. Di samping sang Bunda terlihat satu ember berukuran sedang "Kia kamu tunggu di sini dulu ya bentar," pintanya.

Kiara menahan lengan Aluna "Kamu mau kemana?."

"Ada deh, udah kamu tunggu dulu, bentar aja," Aluna melepasakan jemari Kiara dan Ia lanjut berjalan ke arah sang Bunda, yang tengah terduduk di karpet tepi laut.

"Kenapa sayang?," tanya Bunda Aluna ketika melihat anaknya berjalan ke arahnya.

Aluna mengambil ember yang terletak tepat di samping sang Bunda "Aku pinjem ember dulu bunda," tanpa menunggu persetujuan sang bunda, Ia langsung berlari membawa ember itu pergi.

Kiara tidak bisa menahan tawa dengan kelakuan Aluna, yang jahilnya di ambang batas, "Hust," suara yang terdengar dari mulut Aluna seketika membuat Kiara membekap mulutnya agar tidak menimbulkan suara.

Jarak keduanya dengan sang Kakak yaitu Seon kurang lebih sepuluh langkah kaki orang dewasa, mereka menyinduk air laut menggunakan ember, air itu tersinduk satu ember penuh.

Mereka menggotong ember itu dengan tergopo-gopo ,mereka berjalan perlahan "Berat banget," bisik Kiara.

"Tahan bentar lagi," pinta Aluna.

Entah Seon memang tak menyadari mereka atau memang Ia sengaja mengabaikannya, karena malas meladeni.

Kini posisi mereka tepat di belakang Seon, Mereka mencoba memposisikan ember itu tepat di kepala Seon, namun postur Seon terlalu tinggi mereka tak bisa menjangkaunya.

Akhirnya Aluna dan Kiara mengguyur tubuh Seon di sembarang arah, Byurr....

"Sialan!" umpat Seon ketika jasnya basah tersiram air. Lalu Seon menengok ke arah belakang.

"Kalian!" bentak Seon.

"Lagian Kakak ribet banget orang mau liburan malah pakai jas," ledek Aluna.

Setelah menjahili sang Kakak, Aluna dan Kiara berlari kabur. Seon tak tinggal diam, Ia mengambil ember yang tercecer di bawah lalu Ia menyinduk air, dan berlari mengejari kedua gadis itu.

Karena Seon berlari lebih cepat dari dua sejoli itu, Ia mampu untuk membalap mereka, tepat di belakang keduanya Seon langsung mengangkat ember berisi air, dan Ia langsung mengguyur tepat di kepala Aluna dan Kiara.

Byur...Byur...Bryur..

"Ka Seon," teriak Aluna berbarengan dengan Kiara.

"Syukurin, mangkannya jangan suka jailin kakak!" peringatnya.

Ayah dan Bunda Aluna menghampir ketiganya yang sedang asyik bermain "Hei, berhenti dulu," ucap Ayah Aluna.

"Kita foto dulu," aja bunda Aluna , yang sudah mengarahkan ponselnya untuk selvi.

"Pose-pose," pinta Bunda Aluna.

Mereka saling rangkul-merangkul, posisi Bunda Aluna di depan, memegang ponsel, sebelah Bunda itu Ayah Aluna merangkul Bunda. Di bagian belakang, Seon di tengah Kiara sebelah kanan dan Aluna sebelah Kiri, Seon juga merangkul keduanya, mereka terlihat seperti keluarga cemara, bukan hanya terlihat tapi mereka memang keluarga cemara.

 Di bagian belakang, Seon di tengah Kiara sebelah kanan dan Aluna sebelah Kiri, Seon juga merangkul keduanya, mereka terlihat seperti keluarga cemara, bukan hanya terlihat tapi mereka memang keluarga cemara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang