Sepercik butiran kristal bening tak henti luruh dari netra indah milik Kiara di balik jeruji besi yang mengelilingi dirinya, jeruji besi yang mengurungnya bahkan kini menjadi tempat yang harus Ia diami dalam beberapa waktu. Ia merasa buncah memikirkan bagaimana nasibnya dimasa depan. Bukankah jika seseorang yang pernah di penjara akan selalu di pandang sebagai penjahat? entah benar bersalah atau tidak, entah karena jebakan atau karena memang benar melakukan kesalahan.
Di dalam sana setiap harinya Ia harus bergelut dengan pikirannya sendiri, memikirkan bagaimana hidup setelah ini, Bagaimana nasib cita-citanya yang telah Ia perjuangkan mati-matian, apakah Ia harus menyerah begitu saja karena keadaan, apakah Ia harus melanjutkan memperjuangkan segala mimpinya yang sudah di pastikan rintangannya akan sangat amat berat, apakah Ia mampu? Apakah Ia masih punya ambisi setelah ini?.
Ketika tengah sibuk berperang dengan pikirannya sedetik kemudian teralihkan ketika melihat Satu persatu teman satu selnya keluar untuk menemui keluarga mereka yang hampir setiap akhir pekan menjenguk mereka ke lapas. Ia memandang dengan tatapan sendu dan penuh harap , jujur saja Ia juga selalu menanti kehadiran keluarganya, Ia sangat berharap keluarganya bisa menemuinnya ke lapas , kendati harapan hanyalah harapan yang tak menjadi kenyataan nasibnya begitu malang sudah hampir satu bulan Ia mendekam di penjara namun tidak ada satu pun keluarganya yang datang ke lapas.
Sekarang Kiara berpikir keluarga adalah omong kosong. Katanya keluarga itu akan selalu menemani ketika kita senang, sedih, ketika dalam keadaan sulit, namun kenyataannya? Mereka juga menjauh ketika kita mengalami kesulitan. Memang benar Keluarga, sahabat dan pasangan sifat asli mereka akan terlihat ketika kita mengalami kesulitan, Apakah mereka bersedia membantu atau sebaliknya mereka malah meninggalkan kita sendirian.
Kini Kiara harus menjalani Hari-hari yang sulit sendirian tanpa bantuan siapa pun, Andai sang Kakak berada di indonesia, Kiara sangat yakin sang Kakak yaitu Ansel akan selalu menemani dan menguatkannya dalam kondisi apa pun, bahkan mungkin akan melakukan apa pun agar Kiara tak merasakan dinginnya jeruji besi, Kiara ingin sekali mengabari sang Kakak kendati Ia takut keberadaan dirinya malah akan membuat bisnis sang Kakak berantakan.
Hari demi hari Kiara lewati tak luput dari tangisan, tubuhnya yang dulu gempal kini terlihat sedikit lebih kurus, wajahnya yang dulu cabi kini juga tampak tirus, matanya menjadi cekung, tak jarang tatapannya terlihat kosong.
"Permisi, mba ada surat," bicara seorang polisi yang kini berdiri tepat di hadapan Kiara namun keduanya masih terhalang oleh besi.
Tanpa banyak berpikir tangan Kiara langsung tergerak dan menerima amplop itu "Terima kasih pak," bilangnya sembari menyunggingkan sepatah senyum.
Kiara memandang tulisan yang tertera di amplop itu yaitu nama kampus tempat Kiara mengenyam pendidikan. Apakah kampusnya sudah mengetahui bahwa Kiara di penjara? Apakah ini adalah surat pemberhentian dirinya dari kampus? pikir Kiara. Padahal Ia sudah mengetahui semua jawabannya tapi Ia seolah skeptis karena Ia belum bisa menerima kenyataan, bahwa hidupnya sudah berubah 90% dalam hitungan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}
Teen FictionSebelum baca follow! Cerita ini sudah lebih dari 40 Chapter dan akan terus bertambah tapi sekarang sedang tahap revisi! Sejak kecelakaan itu membuat kehidupan Kiara benar-benar berubah, orang tua dan keluarganya sangat membenci Kiara, Mentalnya bena...