06. Syal rajut

145 63 1
                                    

Tepat 1 bulan Kiara bekerja di restoran Korea, Hari ini Ia bekerja dengan penuh semangat pasalnya ini akan menjadi hari Kiara menerima upah atas kerja kerasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat 1 bulan Kiara bekerja di restoran Korea, Hari ini Ia bekerja dengan penuh semangat pasalnya ini akan menjadi hari Kiara menerima upah atas kerja kerasnya.

Waktu istirahat tiba, kali ini Kiara tak berencana makan di jam istirahat, Ia malah sibuk berkutat dengan ponselnya mencari inspirasi hadiah yang bagus untuk sang Bunda.

"Tas ini kayanya bagus deh buat bunda," gumamnya.

"Eh ngga deh kayanya hadiah tas terlalu pasaran, yang ini kayanya lebih bagus," Kiara tak mampu menyembunyikan mimik wajah bingungnya.

"Kamu kenapa Kia kok kaya bingung gitu," tanya Aluna Ia mendudukan dirinya tepat di samping Kiara sembari sang empu melirik ke arah ponsel Kiara. Ia juga memberikan makan siang kepada Kiara.

"Lagi cari hadiah?,"tanyanya lagi.

Kiara mengangguk "Aku bingung cari hadiah buat Bunda," tutur Kiara.

Kiara menatap ke arah Aluna "Kamu punya ide ngga?, tapi aku mau hadiah yang ngga pasaran."

Aluna berpikir sejenak sebelum memberi ide kepada Kiara "Menurut Aku gimana kalo kamu kasih syal rajut bertulisan nama Bunda Kamu?," ucap Aluna.

"Syal? Tapi aku ngga bisa ngerajut," Kiara berkata.

"Kebetulan aku punya syal hasil rajutan aku sendiri, tinggal di tambah nama bunda kamu kalo kamu mau."

"Kamu serius?," tanya Kiara dengan tatapan penuh harap.

"Aku serius Kia, kamu boleh ambil kok, gratis buat kamu, anggep ini hadiah buat kamu sebagai sahabat aku, nanti kamu bisa hadiahin itu ke bunda kamu lagi."

"Aku ga enak kalo gratisan Aku bayar aja ya Luna," pinta Kiara.

Aluna menggeleng "Udah aku bilang, anggep aja itu hadiah buat kamu Kia."

Mata Kiara berbinar seraya berkaca-kaca, betapa baiknya Aluna padanya padahal mereka belum mengenal lama, tapi Kiara merasa persahabatan mereka seperti telah berjalan bertahun-tahun. "Makasih ya Luna," ucap Kiara lalu Ia memeluk Aluna.

:):):):):):):):):):):)

Kiara dan Aluna baru saja keluar dari restoran tempat mereka bekerja "Kayanya kita udah terima gaji deh," Cakap Aluna. Ia mengecek saldo rekeningnya dari ponsel.

Aluna menyodorkan ponsel miliknya kepada Kiara "Tuh kan bener Kia udah ada, coba cek punya kamu," suruh Aluna.

Kiara dengan segera mengecek saldo rekeningnya juga, "Ia bener udah ada," jawab Kiara ketika melihat saldo rekeningnya telah berubah.

"Yaudah sebelum kita ke rumah kamu, kita makan dulu gimana? Aku yang teraktir kamu, sebagai ucapan terima kasih," ajak Kiara.

"Ngga usah, uangnya lebih baik di simpen buat keperluan kamu," tolak Aluna dengan lembut.

Kiara tetap mengotot "Gapapa kan ga tiap hari."

:):):):):):):):):):):):):)

Setelah makan mereka kembali melanjutkan perjalananya mengunakan taksi ke rumah Aluna. "Rumah kamu masih jauh Lun?," tanya Kiara yang tampak sudah tak sabar.

"Bentar lagi kok," jawab Aluna.

Kiara mengangguk paham, beberapa menit kemudian taksi itu berhenti. Mereka membayar taksi dan langsung turun. Pupil mata Kiara melebar, takjub dan tak menyangka ketika melihat rumah Aluna yang begitu megah.

"Lun rumah kamu besar banget," Kiara terkekeh.

Aluna memunculkan senyum "lebih tepatnya rumah orang tua aku," jawab Aluna.

Tanpa lama-lama Aluna langsung menyuruh Kiara untuk masuk. Pintu utama terbuka menampilkan seorang lelaki yang terlihat tengah sibuk, Aluna menghampiri pria itu, Kiara mengekori di belakang Aluna.

"Tumben, udah pulang Ka," sapa Aluna kepada pria itu.

Pria itu mengangkat pandangannya yang sedari tadi tertunduk kepada kertas-kertas yang berceceran di meja. Dalih-dalih Ia memandang ke arah sang adik yang menyapanya, malah maniknya memandang ke arah lain yaitu ke arah Kiara. Kini memang terlihat penampilan Kiara setelah keluar dari penjara sangat berbeda, kini tubuhnya memiliki berat badan yang ideal, di tambah kini Ia memperhatikan penampilannya rambutnya tertata rapi, Ia sungguh terlihat cantik sekarang.

Aluna melambai-lambaikan tangannya tepat di hadapan sang Kakak ketika Ia menyadari bahwa sang Kakak melihat Kiara tanpa berkedip.  

Tangan Aluna mampu membuat sang Kakak kembali mengedipkan matanya "Kenalin Ka dia Kiara, sahabat aku," ucap Aluna.

"Kia ini Seon Kakak Aku," tutur Aluna memperkenalkan sang Kakak.

Kiara menyapa dengan menyunggingkan senyum kepada Seon menampilkan gigi ginsulnya.

Aluna menarik lengan Kiara, mereka berjalan menuju kamar Aluna. Sesampainya di kamar Kiara mengedarkan pandangannya ke segala arah, sesekali juga Ia melihat foto-foto Aluna yang terpajang.

"Siapa nama Bunda Kamu?," tanya Aluna.

"Amel Clarissa Anatta,"

Aluna mulai merajut untuk membuat nama di syal itu, "Aluna aku mau tanya deh."

"Boleh Kia mau tanya apa?."

"Kamu memang ngga kuliah, dan kenapa harus kerja padahal orang tua kamu berkecukupan," Kiara penasaran dengan hidup Aluna, yang sekarang menjadi sahabatnya.

"Aku cuti kuliah, Aku kerja karena penasaran gimana rasanya kerja dan di gaji sama orang lain."

"Aku ketemu banyak orang hebat ketika Aku kerja, mereka harus kerja di bawah tekanan tapi mereka tetap Kuat."lanjut Aluna.

"Oh,"ucap Kiara paham.

"Ini udah jadi," Aluna memberikan syal berwarna coklat itu kepada Kiara.

Ada 3 kalimat yang tertulis di syal itu nama Kiara, nama sang Bunda, dan I Love you Bunda. Kiara berjalan ke arah cermin lalu Ia menatap pantulan dirinya.

Kiara melilitkan syall itu di leher jenjang dan mulus miliknya "Cantik,"puji Aluna.

"Bunda pasti suka deh sama syal ini, syal buatan kamu bagus banget lun," Kiara balik memuji Aluna. Kiara terus memandangi syal itu, Ia sungguh-sungguh kagum dengan syal buatan Aluna.

 Kiara terus memandangi syal itu, Ia sungguh-sungguh kagum dengan syal buatan Aluna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang