08. Rumah Aluna

130 65 0
                                    

Dentingan sendok mengultimatum di ruangan makan yang mewah bak ruang makan di istana kerajaan, Terdapat lima orang yang tengah menikmati makan malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dentingan sendok mengultimatum di ruangan makan yang mewah bak ruang makan di istana kerajaan, Terdapat lima orang yang tengah menikmati makan malem. Aluna, Kiara, Seon, Ayah dan Bunda Aluna.

"Ayo sayang makan yang banyak," ucap bunda kepada Aluna.

"Kia juga makan yang banyak, Bunda sengaja tau masak banyak buat nyambut Kia yang baru pulang dari rumah sakit, biar Kia bisa makan enak makanan rumah sakit kan hambar" Bunda Aluna berkata sembari sedikit tertawa.

Kiara menyengir kuda, "Makasih tante, udah masakin buat Kia, Kia jadi ngerepotin." Kiara masih terasa canggung.

"Hust, panggil aja Bunda jangan tante," celetuknya.

Kiara menengok ke arah Aluna seolah bertanya apakah boleh dirinya memanggil Bunda tanpa berbicara, Aluna yang mengerti langsung menganggukkan kepalanya, menandakan boleh.

"Makasih Bunda," Kiara mengulanginnya lagi.

"Sama-sama sayang."

"Kia juga kalo butuh apa-apa bilang sama om," sahut Ayah Aluna.

"Duh om Kia jadi makin ngerepoton," kekeh Kiara.

"Kalian baik banget sama Kia," lanjutnya.

Ayah Aluna melihat ke arah kedua anaknya itu yang duduk bersebelahan "Anggep aja kita keluarga, iya ga bro, sist," Seon dan Aluna mengangguk serentak.

Kiara terdiam sejenak, Ia merasakan atmosfer kehangatan ketika sedang bersama keluarga Aluna, Ia tidak menyangka bahwa keluarga Aluna sungguh bersikap sangat baik dan perhatian.

Kini perasaan yang Kiara rasakan campur aduk, Ia senang di perlakukan dengan baik oleh keluarga Aluna, tapi Ia juga sedih kenapa keluarga orang lain yang memperlakukan dirinya dengan baik, kenapa bukan keluarganya.

:):):):):):):):):):):)

"Kia gimana kondisi kamu sekarang?," tanya Aluna.

"Aku udah baikan kok, apalagi makan banyak, pasti bisa lebih cepet pulih," Timpal Kiara memegang perutnya yang begah karena kekenyangan.

Keduanya merebahkan tubuh di kasur Aluna, yang berbalutan warna pink. Mereka menatap atap kamar "Ini pertama kalinya lagi aku bawa teman ke rumah, setelah sekian lama." Aluna mulai membuka pembicaraan. Kiara langsung mengalihkan bola matanya menatap ke arah Aluna. Kiara penasaran, apakah dulu Aluna tak memiliki teman "Kenapa?."

"Dulu Aku punya teman, nama dia Dayana."

Napas Aluna sempat tersendat, lalu Ia kembali melanjutkan ceritanya "Tapi dia meninggal karena kecelakaan," ceritanya kembali terputus, Aluna menarik napasnya, air mata tumpah begitu Aluna kembali mengingat sang sahabat yang dulu meninggal dengan tragis

Kiara menarik Aluna ke dalam pelukannya. "Walaupun Aku ga pernah ngerasain, tapi Aku paham perasaan kamu, sedih dan pasti selalu terbayang dalam pikiran kamu."

"Kalo kamu ngga ngelanjutin ceritanya aku paham kok," tambah Kiara.

"Aku gapapa, semenjak kehilangan sahabat Aku, Aku terpukul, aku sulit bergaul dan sulit dapet teman baru, aku selalu sedih, murung, jadi setelah kepergian Dayana aku ngga pernah punya teman lagi."

"Tapi sekarang Aku punya kamu, sahabat Aku." Lontarnya, lalu Aluna menampilkan senyum dengan mata sipitnya.

"Aku seneng bisa jadi teman baik kamu Aluna, Aku janji kita akan sama -sama terus."

:):):):):):):):):):):)

Pintu Aluna terdengar terketuk dari luar, suara itu masuk ke dalam indara pendengaran Aluna dan Kiara yang tengah tertidur dengan pulas.

Keduanya mengerjapkan mata, yang masih terasa katuk.

"Masuk bunda," suruh Aluna.

Sang Bunda berjalan ke arah gorden, Ia membukannya lalu Ia mendekat ke arah kedua gadis yang masih berbaring di tempat tidur.

Sinar matahari seolah menusuk kornea mata mereka, membuat keduanya dengan serentak menutup wajah "Bangun sayang Bangun, ini hari libur kita jalan-jalan,
" ajak Bunda Aluna.

Aluna menarik selimutnya sehingga selimut itu menutupi wajahnya "Ngga ah bun, Aku sama Kiara mau di rumah aja, kita masih ngantuk, Iya kan Kia?."'

Kiara yang sudah terduduk di kasur hanya diam Ia bingung harus menuruti siapa.

"Ngga seru kalo kalian ngga ikut, bunda marah ini," ancamnya lembut.

Aluna membuka selimutnya lalu Ia menatap ke arah sang Bunda, sedetik kemudian maniknya beralih menatap Kiara "Yaudah Iya."

:):):):):):):):):):):)

Tiara, Andi, dan Amel menunggu sarapan yang biasanya di buat Kiara, namun sampai 30 menit mereka menunggu Kiara tak kunjung keluar dari dapur.

"Coba kamu cek ke dapur," suruh Andi kepada Tiara.

Mereka tak menyadari bahwa sedari kemarin Kiara tak pulang ke rumah. Mereka mencari Kiara hanya ketika butuh saja, ketika tidak butuh bahkan ada dan tidaknya Kiara di rumah mereka tak peduli.

Tiara mengecek ke seluruh penjuru dapur bahkan ke kamar mandi dapur, namun Ia sama sekali tak melihat keberadaan kembarannya itu.

"Sialan!" maki Tiara.

Ia kembali menghampiri Ayah dan Bundanya yang masih menunggu di meja makan.

"Kiara ngga ada ya,bun," adunya.

"Kemana anak sialan itu!" cicit Andi.

"Memang itu anak gabisa di atur!" sambar Amel.

Tiara mengambil ponselnya dan Ia langsung menghubungi Kiara.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi," hanya suara oprator yang terdengar.

"Bangsat!, so paling di butuhin!" geramnya murka.

"Bangsat!, so paling di butuhin!" geramnya murka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang