Kiara Anatta tengah terduduk di rerumputan hijau taman, maniknya seolah tak bisa beralih dari novel yang tengah Ia baca. Walaupun Ia termasuk wanita feminim tapi Ia sangat suka dengan novel tentang mafia dari pada novel bergenre romance, pasalnya Ia sudah bosan bahkan muak dengan kisah percintaan.
Seekor kupu-kupu melintas di hadapan Kiara membuat fokusnya teralihkan, Ia memandang kemana kupu-kupu itu akan pergi. Kupu-kupu itu hinggap di bunga putih yang tertanam di taman. Kiara dengan langkah perlahan mendekati ke arah kupu-kupu itu.
"Hai cantik," seru Kiara pada kupu-kupu itu, kalimat pertama yang terucap dari bibirnya pada hari ini, pasalnya Ia belum berbicara sama sekali. Selain membaca novel Ia juga sangat suka mengobrol, kalian berpikir bahwa dia suka mengobrol dengan manusia? Tentu tidak, lebih tepatnya Ia suka mengobrol dengan hewan bahkan dengan benda mati, seperti boneka. Ia tidak punya teman mengobrol jadi anggap saja kebiasaannya mengobrol sebagai olahraga agar rahangnya tidak kaku.
Sesekali orang-orang berlalu lalang di hadapan Kiara memandang ke arahnya dengan tatapan aneh, siapa yang tidak aneh dengan orang yang suka mengobrol sendiri, namun Kiara sama sekali tak peduli, Ia hanya sibuk memandangi sayap kupu-kupu yang berbalut warna ungu dan hitam ditambah bintik putih yang menghiasi kupu-kupu itu, seolah Ia takjub dengan sayapnya yang terlihat berseri.
Ting....
Ponsel Kiara berdenting menandakan adanya pesan masuk, Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ternyata kembarannya yaitu Tiara yang mengirimnya pesan, Ia dengan segera membukanya.
Tiara
Lo dimana sialan!
Setelah membaca pesan yang Ia terima, tanpa berpikir Ia langsung merapikan novelnya dan memasukannya ke dalam tas, jika adiknya sudah mengirim pesan artinya Ia harus segera pulang, jika terlalu lama akan timbul masalah besar.
:):):):):):):):):):):)
Tiara tengah bercakap dengan kedua orang tuanya di ruang keluarga, obrolan mereka juga terasa menyenangkan bahkan sesekali gelak tawa terukir di sana. Atmosfer hangat keluarga ini sungguh terasa. Kendati atmosfer itu berubah dalam sekejap ketika melihat kedatangan Kiara ketiganya terlihat begitu dingin menyambut kepulangan Kiara.
Tiara langsung menghampiri Kiara "Masak sana, gua udah laper," perintahnya.
Andi Mahardika Dhamendra sang ayah dan Amel Clarissa Anatta sang bunda hanya diam melihat perlakuan Tiara. Keduanya lahir hanya berbeda 5 menit Kiara lahir lebih dulu, artinya Kiara adalah Kakak. Namun perlakuan Tiara kepada Kiara seolah memandangnya sebagai pembantu bukan sebagai kakak.
Kiara tak kaget di perlakukan seperti itu pasalnya Ia sudah terbiasa di perlakukan kurang baik tidak hanya oleh adiknya bahkan oleh kedua orang tuanya. Ia tidak ingin membuat keributan jadi Ia memilih untuk menurut saja, Ia patuh lalu Ia berjalan ke arah dapur untuk memasak. Kiara memasak beberapa hidangan untuk makan malam keluarganya, setelah selesai Ia langsung menatanya di meja makan.
"Eh! ngapain lo?!" sentak Tiara ketika Ia melihat Kiara yang baru saja akan mendudukkan bokongnya di kursi, membuat Kiara mengurungkan niatnya.
"Lo boleh makan kalo udah nyelesain pekerjaan rumah!" peringatnya.
"Biarin gua makan dulu, setelah makan gua beresin semuanya," mohon Kiara pasalnya Ia belum memakan apa pun dari tadi siang.
"Gabisa!, kerjain semuanya dulu!" suruhnya lagi.
Kiara menghela nafas kasar, Ia sebenarnya sangat kesal di perlakukkan seperti tidak memiliki harga diri, namun apa yang bisa Ia lakukan sekarang jika Ia melawan itu bisa membuat hubungan Kiara dan keluarganya semakin berantakan.
Tiara, Amel dan Andi tengah menikmati makan malam buatan Kiara, sedangkan Kiara tengah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci, menyapu, mengepel, menyetrika dan pekerjaan rumah lainnya, Ia harus menyelesaikan semuanya sendirian, sebenarnya ini sangat melelahkan apalagi menyapu dan mengepel rumah Kiara terbilang megah dan luas, untuk melakukannya butuh banyak waktu.
Empat jam berlalu Kiara telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya, Ia melihat ke arah jam antik yang bertengger di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia merasa tenaganya terkuras habis, perutnya melilit bahkan berbunyi seolah cacing di dalam perutnya berdemo meminta makanan.
Kendati sebelum makan Ia memilih untuk memberesihkan tubuhnya yang terasa lengket, agar Ia bisa makan dengan tenang dan setelahnya Ia bisa langsung beristirahat. Setelah mandi Ia bergegas keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, Ia menuruni anak tangga, menuju ke ruang makan.
Kiara baru saja menginjakkan kakinya di ruang makan namun harapan untuk mengisi perut meredup, Ia menelan air liur ketika Ia melihat bahwa tidak ada makanan yang tersisa untuknya, di meja makan hanya tersisa piring-piring kotor.
Hatinya mencelos, Air mata luruh tanpa aba-aba dari netra cokelat miliknya, seraya Ia membereskan piring-piring itu dan mencucinya, padahal Ia lahir dari keluarga yang bergelimang harta tetapi untuk makan saja sulit bagi Kiara.
Ia mencari makanan untuk mengganjal perutnya "Mungkin di kulkas ada roti atau apa pun itu yang bisa di makan," gumam Kiara. Ia membuka kulkas namun kulkas terlihat kosong tidak ada makanan, sedetik kemudian Ia ingat bahwa ini akhir bulan pantas saja kulkasnya kosong, tapi besok pasti sang Bunda memintanya untuk belanja bulanan, jadi Ia bisa sembari membeli makanan untuk Ia makan, terpaksa malam ini Kiara harus menahan lapar.
"Gapapa minum air aja, semoga bisa nahan laper." Ia menengguk habis segelas air.
Tiara menatap Kiara yang keluar dari ruang makan dengan ekor matanya sembari menikmati cemilan, lalu Ia menyunggingkan senyum menyeringai seolah Ia sangat amat puas dan bahagia dengan penderitaan kembarannya itu. Selamat menahan laper, ledeknya dalam hati.
Kiara mengambil benda pipih miliknya yang Ia letakan di atas nakas, lalu Ia membuka room chat sang Kakak yaitu Ansel yang sekarang tengah menjalankan bisnis di luar negeri.
Kiara
Ka Ansel
Ka Ansel
Iya sayang, ada apa? kamu butuh apa?
Kiara mulai mengetik dan menceritakan semua perasaannya, namun sedetik kemudian Ia memiilih untuk menghapusnya, jika Ia mengeluh kepada sang Kakak, Ia takut Kakaknya itu khawatir dan tidak fokus pada pekerjaannya.
Kiara
Hmm ... gapapa kok Ka, Kia cuma kangen aja.
Ka Ansel
Kakak juga kangen sama Kia, kakak janji pulang secepatnya
Kiara memeluk ponsel miliknya, Air matanya bagai sungai mengalir deras seraya matanya terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}
Teen FictionSebelum baca follow! Cerita ini sudah lebih dari 40 Chapter dan akan terus bertambah tapi sekarang sedang tahap revisi! Sejak kecelakaan itu membuat kehidupan Kiara benar-benar berubah, orang tua dan keluarganya sangat membenci Kiara, Mentalnya bena...