013. Sad life

122 55 2
                                    

Gemerlap langit secara perlahan merangkak berganti menjadi sinar sang surya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemerlap langit secara perlahan merangkak berganti menjadi sinar sang surya. Kiara menyeka peluh yang menetes dari dahinya, lalu Kiara menggerakkan tangannya ke belakang untuk melepas celemek yang melekat di tubuhnya.

Kiara mendekatkan indra penciuman dengan masakan yang Ia buat, aroma wangi rempah-rempah membuat Ia ingin cepat melahapnya. "Aduh jadi laper," lontarnya.

Kiara berjalan ke arah ruang makan dengan membawa satu wadah nasi goreng dan Ia meletakannya di meja makan, nasi goreng ini bukanlah nasi goreng biasa, Ia membuatnya dengan banyak rempah, Ia melihat cara memasaknya di youtube, jujur saja sebenarnya Kiara tak bisa memasak namun setelah Ia keluar dari penjara, karena keluarganya meminta Ia untuk mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak, Ia banyak menonton youtube agar mengetahui cara memasak.

Karena sebentar lagi matahari akan terbit dengan sempurna, dan Kiara akan berangkat ke restoran untuk bekerja, Ia kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Kiara Anatta

Amel, Andi, dan Ansel sudah berada di meja makan. Amel menyindukan nasi goreng lalu Ia menaruhnya di beberapa piring. Kemudian Amel berjalan menaiki anak tangga untuk ke lantai 2, saat dirinya kini tepat berada di depan kamar milik Kiara, dalih-dalih Ia mengetuk pintu kamar Kiara untuk mengajak Kiara sarapan, namun untuk melihat saja sepertinya Amel tak sudi.Amel hanya melewatinya begitu saja, Ia malah melanjutkan langkahnya menuju kamar ke 2 yaitu kamar Tiara.

Amel mengetuk pintu kamar Tiara. Tok...tok...

Kiara yang tengah memoles riasan di wajahnya dan melihat pantulan dirinya di cermin, seketika Ia menghentikan kegiatannya ketika mendengar bunyi ketukan pintu. Kiara mencoba untuk memfokuskan pendengarannya, lagi-lagi bunyi ketukan pintu terdengar. Kiara beranjak dan menghampiri pintu kamarnya, Ia membuka sedikit pintu kamarnya hanya untuk memberi celah agar Ia bisa melihat ke depan kamar. Ketika Kiara melongkokkan sedikit kepalanya, Ia melihat bahwa sang Bunda tengah berdiri di depan pintu kamar Tiara sembari Ia terus mengetuknya.

Sudah beberapa kali Amel mengetuk pintu anak kesayangannya itu, tapi Tiara sama sekali tak menjawab, mungkin anaknya itu masih tetidur, pikir Amel. Jadi Amel mencoba membuka pintu kamar Tiara , saat Ia memegang knop pintu dan menggerakannya ke bawah pintu kamar Tiara terbuka dengan mudah. Amel melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar Tiara. Ia melihat bahwa Tiara masih tertidur dengan pulas, Amel mendudukan dirinya di kasur, tepat di samping Tiara.

"Sayang bangun, bukannya hari ini kamu kuliah?," tanyanya kepada Tiara yang masih saja belum membuka matanya, tampaknya Ia tengah sibuk dengan mimpi dalam tidurnya.

Air mata tumpah ruah dari manik indah Kiara, "Bunda Kia juga mau di bangunin Bunda," lirihnya.

"Kia juga anak Bunda, Apa Bunda udah ngga nganggep Kia?."

"Kia di sini Bun, Kia di sini." Air mata tanpa henti mengalir, Kiara berjalan kembali masuk ke dalam kamarnya, lalu Ia mengambil tasnya yang berada di lemari, dan bergegas turun ke bawah.

:):):):):):):):):):)

Ansel yang tengah berkutat dengan nasi goreng miliknya, perlahan menengokkan kepalannya ke belakang ketika menyadari bunyi langkah kaki.

Mata Ansel mendarat kepada Kiara yang baru saja turun dari tangga "Kia sini sarapan dulu."

Kiara menengokkan wajahnya ke arah sang Kakak, tanpa menjawab Ia langsung melengos dan Kiara kembali membawa langkahnya. Seolah Ia merasa lelah jika harus kembali berurusan dengan keluarganya, lebih baik Ia segera berangkat ke restoran untuk bekerja.

Ansel tak bergeming beberapa saat, otaknya berpikir kenapa hari ini Kiara aneh, tidak biasanya Ia mengabaikannya. sedetik kemudian Ansel beranjak dari tempatnya, Ia mengambil satu roti tak lupa Ia juga mengoleskan selai stroberi.

Andi mengerutkan jidatnya seolah bingung "Kamu udah makan nasi goreng, sekarang mau makan roti lagi?," tanya Andi.

"Bukan buat Ansel, Ansel pamit dulu," ucap Ansel, Ia berjalan meninggalkan sang Ayah.

Ansel berjalan dengan langkah cepat, agar Ia bisa menyusul Kiara. "Kia tunggu Kakak," teriak Ansel saat melihat punggung Kiara yang berada di depan gerbang.

Entah Kiara tak mendengar atau apa, tapi Kiara terus berjalan, kepalanya Ia dongkakkan ke arah langit, Tuhan Kia capek, Kia ngga kuat, keluhnya dalam hati, air matanya tak henti menetes. Kiara lelah bahkan sangat amat lelah, hari-hari harus di jalani dengan penuh kesedihan, penuh air mata, sepertinya Tuhan sama sekali tak pernah memberi kesempatan Kiara untuk menikmati kebahagiaan.

Tatapan mata yang dahulu berbinar kini berubah menjadi tatapan kosong, penuh kesedihan, penuh luka, seolah hidup tak punya harapan, tak punya tujuan bahkan Ia merasa hanya tubuhnya yang hidup, jiwa dan raganya terasa sudah mati.

Ansel menahan lengan Kiara, sehingga membuat langkah Kiara otomatis terhenti. "Kia kenapa?," tanya Ansel.

Kiara memejamkan matanya dan menghela nafas berat "Kia ngga papa kok ka," jawab Kiara, tapi Ia sama sekali tak melihat ke arah sang Kakak, Kiara terus membelakangi Ansel.

Ansel menarik lengan Kiara, membuat tubuh Kiara mundur beberapa langkah dan posisinya sejajar dengannya.

"Kia liat Kakak," pinta Ansel karena Kiara terus membuang muka dari hadapan Ansel.

"Kia," Ansel mencoba membujuk Kiara.

Kiara kembali menghela nafas, Ia menghapus air mata yang membanjiri wajahnya, dan perlahan Kiara mengarahkan wajahnya ke arah sang Kakak.

"Kia ngga papa Ka," lontarnya sembari mengukir senyum tipis.

Ansel memfokuskan dua bola matanya menatap mata sang adik," Kia ngga usah bohong sama Kakak, Kia kenapa nangis, sayang?, Kia udah janji kan kalo ada apa-apa cerita sama Kakak," peringat Ansel soal janji Kiara waktu itu.

Kiara kembali mengukir senyum, kali ini Ia tersenyum nan manis, menunjukkan gigi gingsul miliknya "Kia bener-bener ngga papa kok ka."

"Yaudah ngga papa, kalo Kia belum mau cerita sama Kakak," jawab Ansel seraya mengelus lembut rambut cokelat Kiara.

Kiara mengangguk sebagai jawaban. "Kia mau kerja kan, Ayo kakak anter," ajak Ansel.

"Ngga usah Ka, Kia mau berangkat sendiri."

"Yaudah, yaudah, Ini Kakak bawa roti buat Kia, sebelum berangkat Kia sarapan dulu," Ansel memberikan roti selai stroberi yang tadi Ia bawa.

Kiara mengambil roti itu "Siap bos."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang