Kiara menghentikan langkahnya di depan pintu utama. Entah mengapa Setiap akan memasuki rumah hatinya terasa berat dan penuh ketakutan. Karena Ia merasa rumah itu merupakan tempat yang membuatnya terluka . Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang, tapi seperti neraka baginya tidak ada orang yang menyayanginya di rumah itu.
Bagai air hujan dan lautan, keluarga seharusnya bisa menjadi seperti payung yang mampu melindungi anggotanya dari derasnya air hujan, bukan malah mendorongnya ke dalam lautan. maksudnya keluarga itu seharusnya jadi tempat anak berteduh dari berbagai cobaan dan masalah yang menimpa bukan malah membuat mereka terluka dan menjerumuskannya ke kehidupan yang sulit. Kiara melemaskan bahu dan menunduk sebentar. Napasnya begitu berat.
Ia memegang knop pintu dan perlahan Akan membukanya namun tangannya tampak bergetar. Keringat sebesar biji jagung menghiasi plipisnya.
"Gapapa Kia, gausah takut," ujarnya menyemangati diri sendiri.
Kemudian Ia membuka knop pintu dan Ia berjalan dengan gontai. perasaan yang berat terasa ketika Ia memasuki rumahnya. Kiara menapakkan kakinya di ruang keluarga, Ia melihat kedua orang tua, dan adiknya tengah asyik menonton televisi.
Ketiganya yang menyadari kehadiran Kiara, menatap tajam ke arahnya.
"Baru balik, dari mana lo? Abis ngelonte?," cibirnya dengan tatapan seolah menunjukkan permusuhan.
Andi mulai beranjak dari sofa tempat duduknya dan berjalan mendekati Kiara. Ia mengangkat tangannya dan sontak mendaratkan tamparan dengan sempurna di pipi mulus milik Kiara,
Plak!, dengan kontan tamparan itu membuat wajah Kiara terhempas ke arah kanan. Bunyi Tamparan langsung terdengar menggema di ruangan itu.
"Dari mana aja kamu anak sialan! Abis jual diri?," bengis Andi semua urat leher tercetak membuat rahangnya menegang kemarahan terlihat jelas dari sorot matanya.
"Mau jadi perempuan murahan kamu?!," tanya Amel mengintimidasi.
Kiara tak bisa menjawab pertanyaan yang ditanyakan dan Ia juga tidak bisa melawan kedua orang tuanya itu, Ia hanya bisa menundukkan kepalanya, seraya Kiara hanya diam menatap lantai yang dingin, tetesan air mata berangsur-angsur jatuh mengenai permukaan lantai. Indra pendengarannya terus mendengarkan ocehan yang menyakitkan dari mulut kedua orang tuanya. Sembari Ia terus memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.
:):):):):):):):):):):)
Ansel yang sedari tadi tengah sibuk menurunkan barang-barangnya, sontak kaget mendengar suara gaduh yang terdengar di dalam rumahnya. Karena penasaran Akhirnya Ia meminta sopirnya untuk menurunkan barang-barang bawaannya. "Tolong ini turunin terus nanti bawa ke dalam ya," pinta Ansel kepada sang sopir.
Sopir itu mengangguk paham, "Baik bos."
Ansel dengan langkah cepat bergegas berjalan masuk ke dalam rumah, setelah sekian lama Ia baru menapakkan kakinya lagi di rumah namun Ia langsung di suguhkan dengan pemandangan keluarganya yang sedang bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiara Anatta {Last memories In Beijing China}
Teen FictionSebelum baca follow! Cerita ini sudah lebih dari 40 Chapter dan akan terus bertambah tapi sekarang sedang tahap revisi! Sejak kecelakaan itu membuat kehidupan Kiara benar-benar berubah, orang tua dan keluarganya sangat membenci Kiara, Mentalnya bena...