16. ujian

44 4 2
                                    

Ga bosen baca cerita mimin kan??

Hehehhee..

~happy reading~

Motor yang dinaiki Rayan dan Chelin mulai memasuki parkiran sekolah. Rayan memarkirkan motornya terlebih dahulu setelah itu masuk ke sekolahnya.

Chelin hendak berlari masuk sekolah dan meninggalkan Rayan, tetapi langkah nya terhenti. Ia pun kembali berlari mendekati abangnya dan langsung merangkul tangan sang empu dengan erat.

Rayan yang melihat tingkah adiknya langsung menyimpulkan senyumannya. "Kenapa? hm??.." tanyanya dengan nada lembut.

Chelin hanya terdiam. Ia terlihat takut saat melihat sekolah nya itu. Ini cuman ujian kenaikan kelas chel, bukan mau perang!.

Rayan mengelus puncak kepala Chelin untuk menenangkan sang adik. "Udah, nda papa kok. Abang yakin kalau adik abang ini pasti bisa."

Chelin menatap abangnya itu dengan tatapan yang sulit untuk di tebak.

Rayan yang melihat itu langsung merasa gemas, melihat ekspresi wajah sang adik yang terlihat takut membuat ia menjadi gemas sendiri.

Rayan mendaratkan benda hangat tepat di kening Chelin. "Dah, sebagai tanda kalau kamu pasti bisa." Rayan memberikan senyuman manis untuk adiknya. Khusus untuknya.

Tubuh Chelin seakan berdesir setelah mendapatkan perlakuan itu dari sang abang. Jarang sekali ada abang yang mau mensupport adiknya dalam keadaan apapun. Mungkin ada, tetapi hanya satu dari seribu. Betapa beruntungnya ia mendapatkan abang seperti Rayan.

Rayan tersenyum. Ia lalu mengambil tangan mungil Chelin untuk ia genggam dengan erat.

"Yuk.." ajak Rayan. Ia pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke sekolah diikuti dengan langkah kaki Chelin yang mengikutinya dari belakang.

💐💐💐

Sesampainya di kelas, mereka di hadiahkan dengan keadaan kelas yang ributnya seperti pasar. Mereka berdua menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu.

Ardian yang melihat mereka berdua seakan darah nya terasa mendidih. Di tambah lagi ia melihat Rayan sedang menggenggam tangan Chelin membuat dirinya semakin memanas. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat untuk melampiaskan amarahnya.

Rayan menatap dalam Chelin dan memberikan senyuman manis pada adiknya. "Ya udah, yuk masuk." ucap Rayan lembut.

Chelin hanya mengangguk menanggapi. Mereka pun melangkahkan kaki menuju bangku kelas mereka masing masing, dan jangan lupakan Ardian yang masih menatap Chelin dengan tatapan tidak suka.

Saat sudah duduk, kedua sahabat Chelin langsung menyerbu Chelin dan mendekatinya. Chelin yang terlihat gelisah semakin di bikin gelisah karena tingkah mereka berdua yang selalu membuat ia jengah. Tapi, untung saja sahabat. Tidak masalah lah, agar kehidupan Chelin juga tidak terlalu sepi.

"Eh, Chel.. lo tau ngga, ada gosip.." seru Dania.

"Iyah, bener tuh Chel.." sambung sindy tak mau kalah.

Chelin menghembuskan napasnya jengah. "IIHH.. apaan sih kalian!. Masih pagi juga, udah ngegosip aja." kesel Chelin.

Sindy dan Dania seketika diam seribu bahasa. "Ih, sensi amat!!.. Lagi pms lu yah?," cibir Dania.

Tiada Yang Mengetahui TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang