17. curiga

39 5 0
                                    

Dari kapan kita ga jumpa nih?
Sehari? Seminggu? Sebulan? Atau bahkan Setahun? ;)

Dah lah, lama pokoknya.
maaf ya manteman :v

Sebaiknya baca pelan pelan, biar feel nya dapet :)

•selamat membaca•

Chelin melangkahkan kakinya dengan cepat menuju gerbang sekolah. Ia terus berlari sampai-sampai hampir menghabiskan napasnya.

Saat sudah sampai tepat di tempat parkiran motor, ia memberhentikan langkahnya. Chelin memegangi lututnya yang terasa pegal akibat berlarian diiringi dengan napasnya yang tersengal-sengal.

Rayan reflek menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan random adiknya itu. Ia berjalan mendekati sang adik lalu mengelus puncak kepalanya yang terbalut hijab itu dengan sayang. Rayan menyimpulkan senyuman manisnya kepada sang adik.

"Lain kali jangan lari-lari, "peringatnya.

Chelin mendongak. Ia hanya menyengir menampakkan gigi kecilnya yang berbaris rapi.

"Nih," Rayan memberikan suatu bungkusan panjang berwarna biru pada Chelin. "Sesuai pesanan, tuan putri." Ia sedikit membungkukkan badannya ala pengawal kerajaan.

"WAW.. OREO!!" Teriak Chelin kegirangan saat mengetahui bahwa itu adalah jajanan yang ia pesan saat abangnya hendak membeli makanan ringan tadi.

Rayan tersenyum simpul melihat adiknya yang terlihat bahagia. Tanpa basa-basi, Chelin pun langsung membuka bungkusan jajanan tersebut. Ia mulai mengambil satu oreo yang berbentuk lingkaran itu dan mulai memakannya. Saat baru beberapa kunyahan, Chelin tiba-tiba meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya yang terasa pedih.

Rayan terlihat panik saat adiknya meringis. Matanya tertuju pada pipi chubby adiknya yang terlihat merah. Ia berusaha untuk menggapainya, akan tetapi dengan cepat Chelin memegang pipinya untuk menutupi warna kemerahan itu.

Rayan mengerutkan keningnya. "kenapa dek?." tanya nya khawatir.

Chelin yang mendapat pertanyaan itu terdiam kaku. "A-anu b-bang.." ia terlihat gugup saat hendak menjawab pertanyaan abangnya.

"Anu kenapa?, hm??."

Chelin terlihat membolak-balikkan bola matanya. "Haaa, abang~~, Gigi Chelin sakit.." secara tiba-tiba, Chelin merengek seperti anak kecil dan hal itu mampu membuat Rayan mengeluarkan ekspresi yang bahkan entah seperti apa ekspresinya itu. Sangat sulit untuk di tebak.

"Giginya sakit?.. adek banyak makan permen?," Tanya Rayan dan di jawab Chelin dengan gelengan kepala.

"Atau banyak makan coklat?"

Lagi dan lagi Chelin hanya menggelengkan kepala untuk kedua kalinya, menjawab pertanyaan abangnya itu.

"Ya sudah deh.. kalau begitu, abang antar kamu ke dokter gigi aja. Biar gigi kamu di periksa," Ujar Rayan.

Chelin membulatkan matanya setelah mendengar kata dokter. Ingin saja rasanya ia memukul abangnya ini dengan sangat keras.

Dengan cepat Chelin menggeleng kuat dan mengangkat suara. "Chelin ngga mau!." Ketusnya.

"Kalau nda di bawa ke dokter nanti giginya makin sakit.." ucap Rayan dengan nada yang lembut khasnya.

Lagi-lagi Chelin menggeleng untuk yang keempat kalinya. "Haa, adek nda mau ke dokter. Lagian gigi Chelin juga nda terlalu sakit kok.." Chelin berusaha untuk membujuk rayu sang abang serta memastikan bahwa giginya kali ini sudah tidak terasa sakit dan tidak perlu sampai di bawa ke dokter gigi.

Tiada Yang Mengetahui TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang