Azka menggerutu dengan kaki dihentak hentak
"Ih...mau kamu apa sih , papa bingung. Dikasih ayam gak selera dikasih ramen malah mual , masa papa harus gofood mulu tiap hari? Dikira uang papa banyak apa." Frustasi Azka mengabaikan tatapan ibu ibu yang melihatnya aneh
Azka putari lagi supermarket tapi gak ada satupun yang buat selera makannya membaik.
Lalu tiba tiba tatapannya terkunci oleh daging segar juga ikan salmon yang sudah dibersihkan.bibirnya digigit menahan gemas.
"Mentang mentang papamu orang kaya, makannya pengen daging sama salmon_ Tau sama yang enak"
Dari pada gak makan sama sekali, akhirnya Azka ambil potongan daging juga satu potong salmon.
Saat hendak berbalik untuk bayar, Azka malah berhadapan dengan seseorang yang paling dihindari
Satya
"Ck, males banget anjir" ujar Azka sambil putar balik buat hindari Satya
"Azka gua mau minta maaf, Plis kasih waktu buat gua bicara sama Lo"
"Gak ada yang perlu diomongin, urusan Lo sama gua udah selesai S.E.L.E.S.A.I"
Satya tahan keranjang belanjaan Azka meminta atensi penuh
"Gua nyesel, makanya kita bahas ini dari awal. Gua janji gak akan kecewain Lo lagi"
Tatapan sungguh sungguh dari Satya meluluhkan hati Azka
"Oke, ngomong sekarang. Gua buru buru"
"Di cafe depan yah?"
"Kok jadi Lo yang mutusin tempatnya"
Satya lirik kanan kiri, malu diliatin orang orang
"Gak enak lah Azka, sini keranjang nya gua bawain. Ada lagi yang mau dibeli?"
Azka menggeleng acuh tinggalkan Satya sendirian
"Duh orang hamil nyeremin klo marah"
...
"Jadi dia sekarang umurnya berapa?"
"Dia siapa?"
Satya pukul bibirnya karna salah bicara
"Maksudnya anak _kita"
Uhukk
"Hati hati minum nya"
Satya ambilkan tisu untuk Azka.
"5 Minggu "
Satya mengangguk faham mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Dengan perlahan kedua tangan Azka digenggamnya hangat
"Azka, Satya siap tanggung jawab_Tapi butuh waktu buat bisa terus terang ke ayah papa, apalagi bang raga"
Tatapan mereka bertemu.
Satya gak bohong kok, setelah berhari hari memikirkan sampai waktu tidurnya terganggu. Pada akhirnya Satya menyerah dan mencoba membuka hati untuk Azka, untuk anaknya juga.
"Gak usah khawatir , urusan bang raga biar Satya yang urus. Azka fokus aja sama si bayi" lain dimulut lain dihati.
Dada Azka berdetak kencang. Tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya dengan Satya nanti
"Biasanya klo cek kedokter kapan? Kalo mau kabarin yah, gua temenin periksa"
Mereka berbincang lama layaknya orang dekat. Tanpa tau haris_temannya saraga memandangi keduanya curiga.
