Bonus Chapter [Selesai]

797 54 3
                                    

Menjadi pasangan sesama jenis ternyata lebih sulit dilakukan didunia perkuliahan. Dulu, waktu jaman SMA, Jaedan dan Ravin bisa saja santai dan terang-terangan menunjukkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun setelah masuk kuliah, ternyata mereka lebih berhati-hati.

Ada banyak hal yang terjadi, lingkungan pendidikan mereka yang ternyata tidak bersahabat baik dengan pasangan sesama jenis. Mereka pernah mendengar desas desus ada pasangan gay yang dirundung. Walau mereka adalah geng motor yang cukup lumayan jago dalam hal bela diri, tapi mereka berfikir 2 kali jika harus melakukan didunia perkuliahan.

Ravin dan Jaedan sudah memasuki semester tiga. Mereka melanjutkan di Perguruan Tinggi Negeri yang sama di daerah Bandung. Ravindra mengambil jurusan DKV karena dirinya ahli dalam urusan seni, sedangan Jaedan memilih jurusan Manajemen atas saran Orang tuanya.

Sebelumnya, Jaedan sempat menolak untuk melanjutkan berkuliah. Namun dukungan teman, kekasih, dan Orang tuanya yang meyakinkannya untuk tetap lanjut dan untuk mendapat gelar Sarjana nya.

Hubungan mereka sudah terjadi kurang lebih 3 tahun lamanya. Pertengkaran kecil tak terlewat begitu saja. Bahkan mereka sempat akan putus saat menjelang 2 tahun jadian karena ada masalah yang cukup sepele. Namun, dengan kedewasaan Jaedan dalam menghadapi sikap Ravin yang kadang kekanakan, mereka bisa melanjutkan hubungannya lagi sampai sekarang.

Ravin dan Jaedan sudah jarang bertemu saat kuliah. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sesekali mereka bertemu dikampus, itupun tak lebih dari lima menit.

Tapi, bukan berarti mereka sudah lost interest. Jaedan setiap saat masih mengabari Ravin. Jaedan juga mengikuti beberapa organisasi kampus, hanya untuk menambah pengalaman. Sedangkan Ravin, anak itu memilih menjadi mahasiswa biasa agar tugas-tugasnya tidak keteteran.

Winda dan Chandra sebenarnya tidak setuju dengan Ravin yang mengambil jurusan dibidang seni, Chandra mau anak semata wayangnya itu mengikuti jejaknya sebagai arsitektur. Namun, Ravin menolak keras. Ia sama sekali tidak berminat dengan keahlian Papa nya itu, ia juga tak mau anaknya nanti merasakan apa yang ia rasakan sekarang. Melihat Orang tuanya yang super sibuk, Ravin tidak mau. Tapi, tentang anak ya..

Ravin sempat berfikir, bagaimana hubungannya dengan Jaedan kedepannya. Anak? Jelas Ravin tidak bisa memberi anak. Bahkan menikah? Belum tentu keluarga besarnya menerima bahwa dirinya adalah seorang gay. Disaat Ravin yang sedang overthinking, disitu pasti ada Jaedan yang selalu meyakinkan bahwa kedepannya pasti ada jalan keluar.

°•°•°•°•°•°

"Kamu weekend dikosan, kan?"

"Iya."

Terdengar helaan nafas gusar diseberang sana. Ravin menggigit bibirnya, cemas.

"Aku kangen kamu."

Ravin semakin terdiam kala suara itu terdengar kembali. Ia dan Jaedan sudah tidak bertemu kurang lebih 2 minggu lamanya. Walaupun mereka berada dikampus yang sama, tapi tetap saja mereka jarang bertemu. Ini bukan masa SMA yang bisa membuat mereka bertemu setiap hari, makan dikantin bersama, dan mungkin hanya sekedar bersantai dikelas salah satu dari mereka.

"Aku juga kangen."

Sambungan telfon itu hening kurang lebih selama 2 menit.

"Sayang."

"Hm?"

"Aku pindah ke kos kamu aja gimana?"

i wanna be yours - JaemRen [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang