7. Rumah kedua

581 57 2
                                    

©a jaemren story by fanaqiel


Jaedan buru-buru mengambil jaket miliknya kemudian keluar dari kamar. Yuna dan Agung kaget melihat Jaedan seperti terburu-buru itu.

"Mau kemana, Nak? Ini udah malem." Tanya Yuna.

Raut wajah Jaedan terlihat sangat khawatir. Dirinya terpaksa berhenti dari keterburuannya karena harus meminta ijin kepada kedua orang tuanya itu dulu. "Bun, Yah, Nuel ijin keluar sebentar aja. Ini penting."

Yuna dan Agung mengernyitkan dahinya. "Sepenting apa? Ini udah malem dan diluar hujan. Nanti sakit."

"Bun, temen Nuel kabur dari rumah. Nuel harus cari dia."

Agung dan Yuna terhenyak. "Plis Bun ijinin Nuel sebentar aja." Jaedan kembali memohon.

Akhirnya dengan berat hati Yuna mengangguk. "Bunda ijinin. Tapi Bunda mohon buat kamu juga jaga diri, jangan sampai sakit."

Jaedan tersenyum dan mengangguk semangat. "Makasih Bun, Yah."

"Hati-hati." Ucap Agung.

"Aman, Yah."

•••

Jaedan mencari Ravin dengan tanpa bantuan apapun. Jaedan juga tidak bisa melacak Ravin melalui ponsel karena anak itu meninggalkan ponselnya. Dirinya sempat putus asa karena tidak tau harus mencari Ravin kemana.

Saat melewati gang perempatan didekat rumahnya, Jaedan melihat seorang pemuda didepan ruko kosong. Pemuda itu duduk disalah satu kursi panjang dan terlihat menunduk. Jaedan yakin itu Ravin. Jaedan tanpa berbasa-basi langsung menghampiri pemuda itu.

Melihat sorot lampu motor yang semakin mendekat, Ravin mendongakkan kepalanya.

"Ravin!"

Ravin terkejut. Jaedan datang menghampirinya dengan keadaan basah semua seperti dirinya. "Ravin?! Ini beneran lo kan? Lo baik-baik aja?." Tanya Jaedan beruntut.

Ravin masih memproses apa yang terjadi. "Jae.."

"Lo bisa kabur dari rumah kenapa?"

"Jae.."

"Sekarang ikut gue, pulang kerumah gue. Tinggal dirumah gue buat sementara."

"Jaedan!"

Jaedan terdiam, menatap Ravin dengan pandangan yang sulit diartikan. Raut wajah khawatir tercetak jelas disana, dan Ravin menyadarinya. "Maafin gue."

"Hey, kenapa minta maaf?."

Ravin menggeleng, tidak bisa menjelaskan. "Lo kok bisa kesini?."

"Sas. Sas yang ngasih tau gue."

Oo, Sas. Ravin kemudian sadar bahwa dirinya tidak membawa ponselnya. Ravin tebak, Sas memberitahu Jaedan lewat ponselnya.

Kemudian tindakan nekat yang dilakukan Jaedan, dengan menuntun Ravin untuk berdiri dari duduknya. Kemudian mengusap dahi dan rambut Ravin yang lepek karena basah hujan.

i wanna be yours - JaemRen [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang