©a jaemren local story by fanaqiel
Sore ini, Sas dan Jaedan pulang bersama. Ada beberapa bisikan dari para siswa disana karena ini baru pertama kalinya melihat pemandangan baru. Mereka bertanya-tanya, sejak kapan Jaedan dekat dengan Sas?
Sebelum pulang kerumah, Sas dan Jaedan mampir di toko buah dan membeli beberapa cemilan di mini market. Jaedan juga membeli bahan-bahan untuk membuat sup karena Sas bilang kalau Ravin sakit, pasti akan nafsu makan jika dengan sup. Jaedan menurut saja, demi calon pacar. Aish menggelikan, fikirnya.
Setelah semua selesai dibeli, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Sas agak kerepotan karena membawa banyak barang. Demi temannya yang satu itu, Sas rela seperti ini. Berharap Ravin membalas semua ini karena telah membuat dirinya repot.
Selama kurang lebih 15 menit, mereka tiba dirumah Jaedan. Sas melihat-lihat arah rumah yang terlihat sepi itu. "Kok tumben sepi banget keliatannya rumah lo?."
"Mungkin pada didalem. Sini gue bantuin bawain."
Sas memberikan kantong belanjaan yang berisi buah-buahan dan jajanan dari minimarket tadi, sedangkan dirinya hanya membawa sayur untuk membuat sup. Sengaja dia berikan banyak pada Jaedan, toh tangannya sudah pegal saat dimotor tadi.
Kemudian mereka masuk kerumah berpintu putih itu.
Sepi.
Benar kata Sas, keadaan rumah sangat sepi. Biasanya saat Jaedan pulang, dia akan disambut oleh Bunda. Tapi kali ini tidak ada.
"Pada kemana ya?." Monolog Jaedan.
"Dikamar lo mungkin? Kali aja Bunda lo nemenin Ravin."
Jaedan mengulum bibir. "Kaga deh kayanya. Bunda kalo masuk kamar ga pernah nutup pintu lagi, apalagi kalo cuma ngecek Ravin. Mungkin pada pergi."
"Ya udah bawa sini sayurnya, biar gue masak. Lo bawa buah sama jajan ini ke kamar gue, Ravin disana kok. Kamar gue yang pintu coklat itu."
"Oke, gue kesana dulu ya."
Setelah itu, Sas menuju kamar Jaedan dengan tangannya yang penuh. Karena susah untuk mengetuk pintu, Sas langsung saja membuka kamar itu sedikit brutal. Bodo amat, yang didalem kan cuma Ravin. Pikirnya.
"WOI!"
"Brengsek lo! Ketok dulu apa susahnya sih anjir!"
"Lo ga liat gue bawa apa? Tangan gue penuh ya."
Ravin merolling bola matanya. Tidak akan ada habisnya jika berdebat dengan perempuan berisik yang sayangnya sahabat nya ini.
"Udah mendingan lo?"
"Lumayan."
"Hadeh."
"Bawa apaan sih itu. Padahal gue ga minta."
"Dih gatau terima kasih lo. Gue udah effort bawa ini sambil naik motor ya! Pegel tangan gue tau ga. Minimal pijitin kek sebagai balas budi."
"Lo kalo ga ikhlas ya udah ga usah tadi. Gue ga minta lo bawain ini semua. Tapi thanks."
"Nah gitu kek. Lagian ini juga ide nya Jaedan. Kalo ga karena Jaedan ngide gini, gue juga ogah kali."
Ravin menatap Sas yang bersungut tidak berhenti itu. "Berarti lebih cocokan Jaedan buat gue jadiin sahabat dari pada lo. Perhitungan banget gue liat-liat."
"Asal lo tau, Jaedan gini buat syarat PDKT kali. Dia mana mau dijadiin sahabat sama lo, orang dia suka sama lo."
"Dih ngaco, sok tau banget lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
i wanna be yours - JaemRen [✔]
Fiksi PenggemarJaemRen local story (completed) ps: beberapa part belum terevisi. ©fanaqiel