13 | Jumbuh

52 18 154
                                    

Music play: Semua Aku Dirayakan - Nadin Amizah

···

Pagi menyambut kamar dengan satu ranjang yang dihuni oleh beberapa orang. Sinar mentari mencuat, mencari celah untuk menyapa pemilik kamar sementara. Dikarenakan kondisi yang kurang kondusif, terjadi perpindahan kamar agar pemulihan Anala dapat berjalan maksimal.

Berdiri di samping ranjang dengan wajah lesu, Kanandra mengamati lelapnya Anala yang semalam sudah sadarkan diri. Adiknya didiagnosis terkena hematemesis, di mana faktor penyebabnya adalah gastritis.

Sudah dua kali gastritis Anala kambuh, namun terakhir hanya berakhir dengan bed rest yang ditemani beberapa obat serta penjagaan asupan. Kali ini bukan hanya sekadar disuntik dan diberikan obat saja, melainkan sampai terjadi muntah darah.

Kanandra lagi-lagi mengembuskan napas. Pukul sembilan nanti ia memiliki kelas. Rasanya enggan untuk menghadirinya melihat kondisi pucat adiknya yang kunjung membaik.

"Pagi-pagi udah lesu aja sih."

Kanandra bergumam kecil, membuat lawan bicaranya berdecak. "Berangkat aja, Mbak. Kita yang jaga."

"Justru karena kalian yang jaga, jadi gue khawatir."

Mendengar ucapan Kanandra, perempuan yang sedari tadi membisu pun bersuara, "Mungkin emang tampang kita enggak bisa dipercaya, apalagi Raja, tapi aman kok, Mbak."

Lagi-lagi Nana mengembuskan napas, memperlihatkan wajah lelah yang turut serta sejak sepuluh menit lalu mereka datang. "Lagian kenapa kamu mau aja ikutan bolos?"

"Ratu mau belajar bandel." Itu suara laki-laki yang duduk di sofa. Perempuan dengan kacamata bening dan rambut yang dikuncir tinggi ganti mendengkus, "Cuma mau liat Nala."

"Alasan aja itu mah! Bilang aja lu mulai muak 'kan sama sekolah."

Laki-laki yang dipanggil Raja mengomentari sembari memainkan buah-buahan yang berada di meja sebelahnya. Ia tampak memilih dan memutuskan untuk melahap sebutir anggur.

"Bukan, males aja ketemu Bu Rami."

Setelah melontarkan beberapa obrolan, Kanandra pamit dan memutuskan untuk mempercayai adiknya yang masih terlelap kepada mereka. Orang tuanya baru saja pulang dan bertukar jaga dengan Kanandra. Baru saja setengah jam ia tiba untuk menjaga adiknya, notifikasi dari kelasnya menguapkan semangat pagi yang ia miliki. Perubahan jadwal yang semula berada di jam tiga sore, kini dimajukan menjadi sembilan pagi.

"Lu beneran mau bolos?"

Ratu yang sedang membenarkan letak kacamatanya menoleh tanpa minat, "Berapa kali lagi gue harus jawab, Raja Wiyangka?"

"Ya ... abis lu tumben aja mau bolos. Biasanya ada hujan, badai, halilintar, gempa bumi, tanah longsor, puting beliung juga tetep masuk."

"As always, too much." Ratu terlihat memutar bola matanya, memberikan cercaan non verbal karena adik kembarnya yang hiperbola itu.

"Gue serius, Ratu. Lu beneran oke kalau bolos gini?"

"Raja," Ratu memutar tubuhnya menghadap ke arah laki-laki itu, kemudian melanjutkan, "gue mau bolos dan oke. Lagian kalau gue maksa masuk sekarang, udah telat kali. Siapa coba di jam delapan lewat baru berangkat sekolah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apriori: Jangan Pernah Menaruh Asa di KepalakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang