4 | Anasir

227 112 361
                                    

Music play: Seperti Takdir Kita yang Tulis - Nadin Amizah

···

Anala kembali bermimpi buruk. Ingatan masa kecil saat ia menggenggam sebuah boneka di karnaval yang menakutinya. Matanya langsung membulat diiringi napas yang tersekat. Ritme napasnya semakin memburu sebanding dengan irama detaknya yang makin berdebar. Anala berupaya menopang tubuhnya dengan tangan dan mencoba menghitung dari satu sampai dirasa tenang.

Pagi sudah menyapanya ketika ia menoleh ke arah jendela. Walau ditutupi gorden hijau lumut, sinarnya bagai membekas dan membentuk pola di gordennya. Belum sepenuhnya terang, mungkin saja baru pukul enam lewat. Pada hari yang telah lalu, mamanya selalu berteriak ketika subuh sudah menampakkan dirinya. Tapi anehnya hari ini ia dibiarkan terlelap sampai bangun satu jam lebih lambat dari biasanya. Merasa sedikit pusing, Anala meraih botol di nakas dan meneguknya. Rutinitas pagi sebelum turun dan sudah dibiasakan sejak ia kecil; meminum air mineral sebelum beraktivitas. Mamanya sangat rewel mengenai hal ini, tak pernah lupa untuk mendelik ketika Anala absen atas rutinitas pagi ini. Mungkin ini yang menyebabkan mamanya masih terlihat bugar dan cantik walau tahun depan usianya menginjak kepala lima.

Perbedaan usia Anala dengan kedua orang tuanya terbilang cukup jauh. Mama dan ayahnya menikah di usia yang bisa dikatakan cukup matang di zaman keduanya. Mamanya juga bercerita bahwa keduanya baru dikarunia Kanandra selang tiga tahun menikah. Mamanya sering membicarakan kelahiran Kanandra yang bagai mukjizat karena setelah kelahirannya yang ditunggu pun mamanya diberikan anak lagi, yaitu dirinya. Ditambah Kanandra adalah bibit unggul yang sedari kecil sudah sering mengikuti perlombaan dan memiliki banyak prestasi. Kebalikannya, mamanya terhitung jari saat membicarakan tentang dirinya—kecuali mengenai kelahirannya yang merupakan salah satu keberuntungan yang dibawa Kanandra.

Baru saja ia melalukan peregangan, pintu kamarnya dibuka dengan kasar, "Putri tidur baru bangun nih ceritanya." Itu suara Kanandra yang muncul dengan kaus dan training selututnya. "Kenapa, Mbak?"

"Kenapa lagi? Buat sarapan dong! Mama lagi pergi sama ayah."

Kalimat yang terucap memang sebuah permintaan, tapi melihat Kanandra yang merengut dan bersandar pada pintunya membuat Anala kesal. Nala mengambil kuncirannya, lalu membasuh sebentar wajahnya. Ia lantas mengikuti Kanandra bagai anak ayam. Sesampainya di dapur Anala langsung membuka kulkas dan memindai cepat akan memasak apa. Sedangkan Kanandra menunggunya dengan patuh di meja makan. Salah satu kelebihan yang tak dimiliki oleh Kanandra adalah memasak. Entah memasak sayur, lauk-pauk, atau camilan dipastikan berakhir dengan rasa dan bentuk yang tidak dapat Nala jelaskan. Kedua orang tua mereka pun melarang Kanandra memasak karena hanya akan berakhir sia-sia. Bahkan untuk menggoreng telur saja sekalipun.

"Masak apa nih, Suhu?"

"Paling cuma sayur sup sama dadar telur aja. Aku males masak yang berat."

"Ada kornet enggak, Dek? Masakin itu dong!"

"Digoreng apa dicampur sama sup, Mbak?"

"Goreng tepung enak tuh kayaknya."

Anala dengan sigap meracik bumbu dan memotong sayurannya. Kanandra kini beralih ke ruang tamu, didengarnya suara televisi yang menampilkan siaran kartun.

"Mbak, ganti dong sama Doraemon!" Karena melihat jam dinding yang terus bergerak, Anala teringat dengan kartun favoritnya yang tayang hari ini.

"Bosenlah, kamu 'kan enggak liat. Conan aja udah paling bener."

Nala kembali disibukkan dengan kegiatan memasaknya. Setelah selesai dengan sayur supnya, ia beralih dengan kornet goreng yang dipesan Kanandra. Pembuatannya sederhana, hanya mencampurkan bumbu yang sudah dihaluskan ke dalam kornet bersama dengan tepung, lalu membalurinya dengan kocokan telur. Nala mengganti telur dadarnya dengan kornet ini karena dirasa saat sarapan keluarganya tidak makan terlalu banyak jenis. Setelah sayur, lauk, dan nasi siap, ia menghela napasnya, "MBAK NANA CEPAT AMBIL MAKAN SEKARANG!"

Apriori: Jangan Pernah Menaruh Asa di KepalakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang