7.

2.4K 374 26
                                    

Malam ini, Nabila pulang diantar Paul. Sorry for Sandra yang harus pulang sendiri.

"Lo utang banyak penjelasan sama gue Nab. Nanti sampe rumah lo harus langsung telpon gue." Pesan Sandra sebelum naik taxi yang dipesankan Paul.

"Ayo Nabila, katanya mau lihatin wajah aku pas nggak ada orang." Lagi. Sepertinya Paul suka sekali menggoda Nabila.

"Apasih Kak. Jangan gitu ih." Nabila berjalan mendahului Paul.

"Mau kemana heh, jalannya kesini." Paul menarik tangan Nabila dan menggenggamnya.

"Kalo salting jangan keliatan banget lah Nabila. Sampe salah jalan." Paul terkekeh.

"Tau ah mau pulang naik taxi aja. Kak Paul ngeselin." Nabila mengerucutkan bibirnya.

"Iya iya maaf. Jangan ngambek dong. Ayo keburu malem. Temenin aku syuting dulu, ya?"

"Hah? Nemenin kamu syuting? Nggamauuu. Malu." Si paling tiba-tiba minta temenin banget nih artis.

"Kenapa malu? Ayolah please."

"Aku belum izin Ayah, Kak."

"Aku udah izin kok ke Ayah kamu."

"Hah? Kapan? Kok bisa, emang ada nomer Ayah?"

"Ada dong, pas di toko kue kamu aku sempet tukeran nomer hehe."

"Kok aku nggak tau."

"Ya kenapa harus tau? Udah ayo Nabila. Nanti di mobil kamu telpon Ayah, tanya aja sendiri aku udah izin apa belum."

Mereka akhirnya menaiki mobil Paul. Ditengah perjalanan Paul banyak bercerita pada Nabila tentang kehidupannya sebagai penyanyi terkenal.

"Keren banget Kakak bisa ngejaga mood gitu pas diatas panggung." Nabila memuji Paul yang bercerita saat salah satu penyelenggara acara membuat masalah.

"Iyasih Nab, cuma kamu nggak tau aja gimana keadaan di belakang panggung. Bener-bener nggak terkendali. Bahkan aku pernah hampir dilaporin ke polisi gara-gara banting salah satu kamera. Untung aja mereka yang melakukan one prestasi. Jadi aku tuntut mereka balik atas kejadian tidak mengenakkan yang aku alami." Memang, Paul seringkali ribut dengan penyelenggara event hanya karena tidak sesuai dengan perjanjian awal. Paul bukan orang yang akan diam saja jika ada yang bertindak tidak sesuai prosedur, sekecil apapun itu Paul tidak akan mau memaklumi.

"Sejujurnya aku nggak mudah jaga mood Nab. Moodku sangat berantakan. Beberapa kali aku ribut sama penyelenggara acara karena nggak sesuai sama yang aku mau. Untung aja fansku banyak, jadi mau nggak mau penyelenggara acara masih sering undang aku." Lanjut Paul.

"Kayanya Kakak butuh seseorang yang bisa nenangin kakak deh. Coba cari asisten yang berani sama Kak Paul. Bukan berani yang gimana-gimana, seenggaknya dia berani kasih tau kalo Kakak keterlaluan." Nabila mencoba memberikan saran pada Paul.

"Sebenernya udah ada sih kandidatnya. Cuma aku nggak mau jadiin dia asisten aku. Maunya jadi orang yang terdekat aja. Temen, sahabat atau apapun itu. Pokoknya dia bisa sering ada sama aku" Paul menimpali saran Nabila.

"Yaudah Kakak ajak aja dia kalo pas ada acara-acara. Siapa tau dia mau kan?"

"Kamu mau?"

"Hah kok aku?" Nabila heran, kenapa jadi dirinya yang diminta untuk menemani Paul.

"Emang kamu yang aku maksud Nab."

"Aku nggak seberani itu ya sama Kak Paul." Nabila tidak habis pikir, memangnya Nabila sudah melakukan apa, sepertinya mereka tidak sedekat itu?

"Nggak seberani apa? Kamu aja cubit-cubit aku terus pas nonton tadi." Paul mengelus bekas cubitan Nabila.

"Ya Kak Paul ngeselin modus mulu."

Cutie FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang