11.

2.8K 409 59
                                    

Nabila terbangun dengan balutan perban di tangan kanannya. Ia ingat semalam ada orang asing yang menolongnya dan mengantar Nabila ke rumahnya. Syukurnya Nabila tidak kehilangan kesadaran saat itu sehingga Ia bisa dirumah hari ini.

Semalam Mama dan Papanya bertanya apa yang terjadi padanya. Jawabannya seperti biasa, Nabila melindungi David dan mengatakan ada orang tidak dikenal yang secara tidak sengaja menyerempet Nabila.

Toktoktok.

Nabila mendengar pintu diketuk.

"Masuk aja, nggak dikunci."

Nabila melihat Paul masuk dengan membawa buah-buahan.

"Kak Paul."

Paul meletakkan buah yang Ia bawa dan duduk dikasur Nabila.

"Siapa Nab?" Todong Paul langsung.

"Apanya Kak?"

"Siapa yang ngelakuin ini?"

"Oh, ini kemarin aku nggak sengaja keserempet orang. Tapi orangnya kabur, jadinya aku nggak tau."

"David?"

"Kak...."

"Jangan bohong sama aku. Jujur Nab. Kamu kemarin pergi sama dia kan? Terus kenapa kamu jadi sendirian dan tiba-tiba ada orang yang nyelakain kamu. Ini pasti ulah David kan?"

Nabila tidak bisa menjawab. Ia memilih memunggungi Paul dan menangis.

"Kalo kamu nggak mau ngomong sama aku, aku bakal keluar." Paul sudah berdiri tapi Nabila berbalik dan bersusah payah untuk duduk.

Melihat itu Paul kemudian membantu Nabila untuk duduk.

"Aku kan udah bilang, jadikan aku tempat cerita kamu Nabila. Jangan menyimpan semuanya sendiri."

"Iya, David yang udah celakain aku."

Paul mengepal tangannya, sungguh David kali ini benar-benar keterlaluan.

"Aku akan bales apa yang udah dia lakuin ke kamu."

"Jangan Kak, plis. Setidaknya demi aku. Aku nggak mau Kak Paul terlibat lebih jauh, aku nggak mau karir Kakak rusak karena aku."

"Nggak akan ada yang rusak Nabila."

"Kak, please." Air mata Nabila sudah tidak bisa ditahan. Ia takut Paul akan bertindak yang akan merugikan dirinya sendiri.

"Oke oke aku nggak akan ngelakuin apapun sama dia."

Nabila masih menangis. Paul menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan Nabila menangkup pipi Nabila dan mengusap air mata Nabila yang sepertinya makin deras.

"Hei, udah. Kenapa makin jadi nangisnya hm? Ada yang sakit?"

Nabila menggeleng.

"Terus kenapa?"

Nabila menggeleng.

Paul membawa Nabila ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Nabila sayang.

"Nangis sepuas kamu Nabila. Keluarin semua kekesalan kamu, kemarahan kamu, kesedihan kamu. Kalo kamu marah, pukul aku aja. Asal jangan di pendam. Im here for you."

"Kenapa aku Kak? Kenapa aku yang selalu jadi sasaran kemarahan David?"

Nabila menangis sesenggukan.

"Kemarin pas mau makan, dia izin ke toilet dan hpnya ditinggal di meja. Terus karena gabut, aku mau pake hpnya buat main game. Aku sama sekali nggak ada niat buat liat chat atau apapun itu. Tapi tiba-tiba ada chat masuk."

Cutie FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang