Nabila dan Paul kini sedang berada di rumah Nabila. Mereka sedang membahas mengenai bukti-bukti yang bisa digunakan untuk menuntut David.
"David pernah ancem kamu melalui chat nggak?" Tanya Paul. Sepertinya pengancaman bisa menjadi salah satu bukti.
"Sering banget Kak."
"Kira-kira disana ada nggak bukti kalau David pernah pukul kamu?"
Nabila berpikir keras, tapi otak kecilnya membuatnya melupakan hal-hal kecil. "Gatau, aku lupa Kak."
"Coba bawa sini hp kamu."
"Kan rusak Kak gara-gara dibanting sama dia."
"Ya aku bawa ke tukang servis dulu lah Nabila."
"Yaudah bentar aku ambil dulu."
Nabila memasuki kamarnya dan mengambil hpnya yang sudah hancur.
"Ini Kak, parah kan?" Nabila menyerahkan ponselnya yang Ia bungkus plastik pada Paul.
"Lumayan, semoga masih bisa deh." Paul kemudian menyimpan hp Nabila kedalam plastik.
"Bukti chat apa bisa jadi bukti yang kuat Kak?"
"Harusnya ada bukti tambahan sih Nab. Tapi gapapa, kita proses satu-satu dulu aja. Pertama kita cari bukti-bukti di hp kamu dulu aja."
Nabila mengangguk, dalam hatinya terus merapalkan harap agar semuanya bisa sesuai rencana. Sejujurnya Ia masih khawatir, bukan lagi tentang dirinya, tapi tentang pria dihadapannya ini.
Paul Fernand, seorang penyanyi terkenal yang entah kenapa malah seakan menjebloskan dirinya sendiri kedalam permasalahan yang dalam.
Nabila sungguh khawatir jika David malah berbalik menyerang Paul. Entah menyerangnya secara fisik ataupun karir.
Nabila tahu perjalanan Paul. Tidak mudah bagi laki-laki itu sampai pada puncak kesuksesan seperti sekarang. Itulah mengapa dirinya selalu menolak bantuan dari Paul.
Tapi pria blesteran Swedia ini terus-menerus membujuk Nabila agar diizinkan membantunya. Paul bahkan jauh lebih bersemangat dibanding Nabila untuk mencari bukti-bukti kejahatan David.
"Hello Nabila, mau ikut nggak?" Paul menggoyangkan tangannya didepan wajah Nabila.
"Eh gimana Kak?" Nabila mengerjapkan matanya.
"Ngelamunin apasih hm? Ada yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya Paul. Pria itu memberikan seluruh atensinya untuk Nabila.
Gadis itu menggeleng kemudian mengangguk.
"Kenapa? Masih takut sama David?" Tanya Paul lembut.
"Aku khawatir sama Kak Paul." Jujur Nabila.
"Aku udah dewasa Nabila, aku bisa jaga diriku sendiri. Lagian David bukan lawan yang sepadan buat aku, bocah ingusan kaya dia nggak ada apa-apanya. Kamu gaperlu khawatir ya?"
Paul kemudian menangkup pipi Nabila yang bersemu.
"Jaga diri kamu baik-baik, fokus dimanapun kamu berada dan percayakan semuanya sama aku, oke?"
Nabila mengangguk patuh.
"Aku minta izin buat selalu sambungin lokasi kamu sama aku gapapa?" Tanya Paul.
Nabila kembali mengangguk, membuat Paul tersenyum.
"Sebisa mungkin David jangan sampai tahu kalau kamu ada hp baru, kamu bilang aja hp kamu masih di benerin." Pinta Paul, lagi.
Dan Nabila masih sama, mengangguk patuh atas semua permintaan Paul. Toh semua keinginan Paul adalah untuk kebaikan dirinya, jadi untuk apa Nabila menolak kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cutie Fans
ChickLitCerita tentang seorang gadis manis bernama Nabila. Ia tidak menyangka hidupnya akan se-roller coster ini setelah berhasil lebih dekat dengan idolanya. "Dari awal aku yang salah, terlalu berharap sesuatu yang tidak mungkin bisa ku gapai." - Nabila An...