|| Chapter 26

535 20 3
                                    



Walcome To My New Chapter

Udah siap buat jungkir balik sama pasutri gaje itu?

Siapin hati! Siapin jantung! Siapin jari kalian buat pencet bintang dan kolom komentar di bawah sana!😅

Ada Typo tandai ya!


--•••♥️SELAMAT MEMBACA ♥️•••--

***

Setelah makan malam, Aishan dan Arsyi kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, terlihat Aishan sedang mengipas-ngipas dirinya dengan tangan, entah apa yang sudah membuatnya terasa gerah, padahal AC di kamar Arsyi nyala lho.

“Bisa bukain hijab lo nggak? gerah gue lihatinnya.”beo Aishan.

Arsyi memicingkan matanya.

“Emang lo ngapain sampe kamar masih pake hijab? malu sama gue?”

“Siapa yang malu? sebentar lagi gue buka kok.”ralat Arsyi, lalu berjalan ke lemarinya untuk mengambil baju tidur.

“Kenapa tiba-tiba lo suruh gue lepas hijab? di rumah sendiri nggak pernah?”tanya Arsyi.

‘Karena lo cantik kalau lepas hijab, Syi.’ batin Aishan, sedikit melengkungkan senyumnya.

“Karena gue cantik ya?”

Glep!

“Eng-gak, cantik darimana? sok kepedean lo!!”

Arsyi menyirnyir dengan bibir kerucut, kalau mau jelek-jelekin, kenapa tadinya senyam-senyum? cowok aneh, pikirnya.

Arsyi langsung pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, setelahnya ia keluar dan mendapati Aishan dengan santainya telponan sambil guling-guling di atas kasurnya. Dari cara bicaranya yang terkekeh sendiri, sepertinya dia sedang telponan dengan Listia.

“Ekhem!”dehem Arsyi saat Aishan baru saja menutup telponnya.

“Napa lo?”

“Gue mau tidur. Lo bisa minggir nggak?”

Aishan mengerutkan keningnya. “Kok gue disuruh minggir? nih kasur juga punya gue 'kan?”

“Siapa bilang? tuh sono! Lo tidur di bawah! amit-amit gue tidur ama lo,”sinis Arsyi.

“Kurang ajar lo, suami disuruh tidur di bawah, mau jadi istri durhaka lo?!”

“Emang ngapain juga gue ta'atin suami yang nggak pernah cari nafkah buat istrinya? lagian ya, lo tuh seharusnya berterima kasih karena Papa udah nanggung semua biaya hidup lo, jadi ... Lo juga harus nurut sama gue, ngerti?”

Lagi-lagi Aishan terdiam mengalah, terpaksa malam ini ia harus tidur di lantai. Padahal selama hidupnya, Aishan belum pernah melakukan itu.

“Nih bantal!”Arsyi melempar salah satu bantal di sampingnya ke muka Aishan. Pria itu langsung mengumpat kesal dalam hatinya.

Sial.

Aishan langsung menjatuhkan bantalnya, kemudian mulai merebahkan tubuhnya di sana, untung saja ada karpet ambal, jadi ia tidak akan terlalu kedinginan.

Jarum jam yang berada di pukul 10:50 terus berjalan hingga akhirnya tepat di pukul 01:00 dini hari, Arsyi yang tadinya berusaha untuk tidur masih belum bisa tidur sedikitpun. Biasanya jika susah tidur seperti ini, Arsyi akan menelpon Haris untuk menemaninya hingga akhirnya ia tertidur, tapi sekarang, semuanya sudah tinggal kenangan.

AIS & SYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang