|| Chapter 30

619 28 2
                                    

Walcome To My New Chapter

.
.
.

Ada yang kangen nggak?
Kangen Ais & Syi, apa kangen Author 😂

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

⬇️Happy Reading⬇️


***

“Saya, saya yang akan menikahi Qisti.”

Deg!

Seorang lelaki berkemeja coksu muncul secara tiba-tiba dan apa yang diucapkannya barusan sudah berhasil membuat semua anggota keluarga memandang ke arahnya.

“Kak Haris?”gumam Arsyi yang juga ikutan tertegun.

“Saya yang akan menikahi Qisti,”Haris mengulang kembali ucapannya agar keluarga Qisti percaya kalau ini bukan sebuah rekayasa.

Haris begitu percaya diri mengatakan hal itu tanpa memikirkan bahwa ada yang terluka dengan perkataannya. Jelas siapa lagi kalau bukan Arsyi, gadis itu sudah terdiam beku dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, ingin sekali menyuruh Haris menarik kembali perkataannya, namun belum sempat bertindak, Aishan lebih dulu menahannya, dia mengerti bagaimana sakitnya perasaan Arsyi sekarang, tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk Arsyi meluapkan kesedihannya.

“Siapa kamu?”tanya Papi Haydar.

“Pak Haydar, saya Haris, saya adalah sepupu dari orang yang sudah membuat putri Bapak seperti ini. Kedatangan saya kesini karena saya ingin melamar putri Bapak menjadi istri saya, saya ingin menebus semua kesalahan saya, mungkin saya telah salah mendidik Varrel hingga dia sampai berbuat sekejam ini kepada Putri Bapak.”

“Saya minta maaf karena saya telah lancang melamar putri Bapak, saya memang tidak memiliki apa-apa, penghasilan saya juga tidak seberapa, tapi saya janji pak, jika Pak Haydar mengizinkan, saya pastikan kalau Qisti akan kembali tersenyum, saya juga janji bahwa saya akan menjadi imam yang baik untuk putri Bapak.”

Semua pasang telinga dibuat takjub dengan penuturan Haris yang begitu tulus diutarakannya. Pria mana yang rela menikahi seorang gadis seperti Qisti sekarang. Tapi Haris, dari sorot matanya, Papi Haydar dan Mami Widya bisa melihat bahwa ada ketulusan dan cinta di sana.

Papi Haydar melangkah mendekati Haris dan memegang pucuk kepalanya. “Mulia sekali hatimu, Nak.”satu kalimat pujian yang sepantasnya Haris dapatkan.

“Tapi semuanya tergantung Qisti sendiri, jika Qisti menerimanya, maka restu kami juga ikut serta bersama kalian.”

Haris paham dengan maksud Papi Haydar, dengan sedikit keberanian yang tersisa, perlahan Haris mendekati Qisti yang masih menangis dalam pelukan Maminya. Haris berlutut di hadapannya, Qisti sendiri masih belum percaya dengan apa yang sedang berlaku.

“Qisti,”panggil Haris, Qisti menoleh sekilas.

Haris merogoh saku celananya, ada sesuatu yang ingin diambilnya, ketika dikeluarkan refleks Qisti kaget sekaligus tak yakin bahwa ini benar-benar nyata bukan mimpi.

Sebuah kotak kecil merah berbentuk hati, ketika Haris membukanya, terlihat sebuah benda bulat kecil bersinar. Ternyata itu adalah cincin pernikahan, apa Haris benar-benar yakin melamarnya?

AIS & SYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang