What Did I Just Hear?

416 46 10
                                    

"Jadi, kau selalu berangkat dan pulang sendirian?"

Seorang wanita dengan setelan kemeja dan celana bahan mengaduk kopi yang ia pesan. Wanita itu menatap Sakura dengan matanya yang agak menyipit, tampak seperti sedang berusaha untuk mendominasi, padahal memang begitulah tatapannya.

"Tidak selalu, Ino," jawab Sakura, tangannya bergerak memindahkan dua buah roti ke bagian tengah meja. "Sasuke-kun sering mengantar atau menjemputku."

Ino Yamanaka adalah sahabat kecil Sakura, seorang dokter umum yang belum lama ini pindah kerja ke sebuah klinik di kota kelahirannya. Sakura sendiri belum tahu alasan spesifik mengapa sahabatnya itu memutuskan untuk pindah dari rumah sakit, meski klinik itu cukup besar dan terkenal, tetap saja bekerja di rumah sakit terkesan jauh lebih baik.

"Oh begitu..." Ino mengangguk-anggukkan kepala, rambutnya yang sengaja dia gerai jadi bergerak ke sana ke mari. "Aku senang ternyata lokasi toko rotimu cukup dekat dari tempat kerjaku, kalau ada waktu senggang, kita bisa bertemu seperti ini. Ah.. inilah kehidupan yang aku inginkan sejak dulu..." ia tersenyum puas sembari menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

Sakura terkekeh. "Kau tidak mengabariku, kalau tau kau akan pindah, aku pasti bisa membantu," ujarnya. Memang benar, kepindahan Ino bisa dibilang sangat mendadak sampai Sakura tidak bisa berkata-kata saat mendengar kabarnya.

"Kau tau aku sibuk, Jidat," celetuk Ino. "Pada awalnya aku pesimis, apakah aku bisa bekerja di kampung halamanku atau tidak itu tergantung lowongan yang tersedia."

Benar juga, Ino pasti sangat sibuk mengurus semuanya. Lagi pula sepertinya Sakura juga tidak bisa banyak membantu, yang penting sekarang semua sudah selesai dan Ino bisa bekerja tidak jauh dari rumah orang tuanya.

"Oh iya, aku lupa, bagaimana dengan Sai? Kalian tidak masalah kalau harus berjauhan seperti ini?" tanya Sakura, padahal sudah setengah jam bercengkrama dengan Ino, tapi dia baru teringat akan Sai, pacar Ino yang juga merupakan kenalan Sakura.

"Kami sudah putus."

Mata Sakura membelalak, terkejut bukan main, terlebih lagi karena Ino menjawabnya dengan santai seolah tidak terjadi masalah yang besar. "Apa— bagaimana? Apa yang terjadi?"

Posisi duduk Ino berubah jadi lebih tegak, pun dengan ekspresi wajahnya yang berubah menjadi masam. "Tidak tau, Sakura, dia itu sangat aneh dan sulit dipahami. Sudah seminggu dia tidak menghubungi atau menjawab pesanku, dan yang seperti ini bukan hanya sekali dua kali. Kuanggap saja hubungan ini sudah selesai, sepertinya dia tidak tertarik lagi padaku."

"Tapi kalian sudah berpacaran lama..." Sakura memperhatikan Ino, ada kesedihan dan kemarahan di dalam sorot matanya. Sebenarnya Sakura bisa memahami apa yang Ino rasakan, Sai memang pria yang sulit dimengerti, meski tentu saja dia adalah orang yang baik.

"Entahlah, masa bodo, aku bisa pergi lebih dulu sebelum dia benar-benar berpaling. Dasar menyebalkan, aku bersumpah tidak akan membuka blokiran nomornya sebelum dia menghubungiku lebih dulu dengan cara apapun."

Sakura hanya bisa menggaruk tengkuknya, ternyata urusan percintaan sahabatnya sedang tidak baik-baik saja. Selama ini Sakura pikir Ino dan Sai sudah merencanakan pernikahan atau paling tidak masih bersama dan berhubungan baik seperti yang diketahuinya.

Dehaman keluar dari mulut Ino, dia mengerucutkan bibirnya sambil mengikat rambut dengan asal-asalan. "Kau tau kan, Sakura, dalam sebuah hubungan, cinta saja tidak akan cukup, ada hal penting lainnya yang harus dipenuhi, entah itu waktu atau kepercayaan. Sementara Sai, meluangkan waktu untuk menghubungi dan mengabariku saja sangat sulit, bagaimana aku bisa yakin kalau dia percaya padaku dan bisa dipercaya olehku?" dia menggerutu. "Kalau dia tidak percaya padaku, apalagi yang bisa kuharapkan?"

SasuSaku: The Rest Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang