Many Things Happen

364 34 1
                                    

Warning // Character death

.
.

Datangnya sore hari adalah salah satu hal yang paling Sakura nantikan; sinar matahari oren kemerahan, angin malam yang mulai berhembus, serta para pelanggan dengan wajah lelah sekaligus bahagia karena sudah menyelesaikan pekerjaan atau tugas mereka.

Tapi tidak untuk sore ini, segala hal yang terjadi bukanlah sesuatu yang Sakura nanti-nantikan. Meski langit sore ini masih indah sama seperti kemarin, tetapi suasananya berbeda jauh dengan yang biasa Sakura hadapi.

Seorang dokter, suster, maupun seorang petugas kebersihan melangkah, bolak-balik di depan Sakura dan Sasuke yang tengah duduk di lorong rumah sakit, keduanya sama-sama terdiam, fokus pada lamunan masing-masing. Sakura mengambil kesempatan untuk melirik suaminya, tapi sayang pria itu terlampau menundukkan kepala hingga wajahnya tak bisa dilihat oleh siapapun.

Beberapa waktu lalu, Sakura melakukan tes kesehatan untuk memeriksa lebih jauh apakah ada penyakit lain dalam tubuhnya, hal ini berkaitan dengan rasa sesak yang terus-menerus Sakura rasakan di dadanya. Sakura sendiri tidak ingat ia mengidap asma atau penyakit bawaan, satu-satunya yang ia ingat adalah sang ibu mengalami gagal jantung dan meninggal setelah melahirkan dirinya.

"Aritmia. Kondisi ketika detak jantung seseorang tidak normal, entah itu terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan."

Itu yang dikatakan seorang dokter ahli jantung tadi, sekitar satu jam yang lalu. Setelah mendengar penjelasan dokter tersebut, tubuh Sakura langsung terasa kaku, detak jantung yang tadi dibicarakan pun mulai beradu cepat dengan napasnya.

"Ini kondisi yang cukup umum , akan tetapi, kami perlu memberi perhatian lebih karena Anda punya masalah serius pada area lainnya, belum lagi gejala yang Anda rasakan itu cukup mengkhawatirkan, yang mungkin bisa saja membahayakan diri Anda jika tidak ditangani dengan cepat."

"Apakah ini berbahaya?"

"Sulit untuk mengatakan apakah aritmia berbahaya atau tidak, Tuan. Yang pasti, semua akan lebih baik jika ditangani dengan cepat dan tepat."

Setelah beberapa kalimat perbincangan, baik Sakura maupun Sasuke keluar dari ruangan dokter, keduanya sama-sama murung dan terdiam. Sakura mencoba untuk menghibur Sasuke dan membuat pria itu yakin bahwa semua akan baik-baik saja, tapi percuma, bagaimana bisa Sakura menolong orang lain saat dirinya sendiri dikuasai perasaan yang sulit dijelaskan?

Sejak awal, Sakura tidak pernah takut mati.

Sakura tidak pernah merasakan apapun saat dihadapkan dengan kematian, yang pertama adalah sang ibu, lalu ayahnya, belum lagi ada beberapa orang terdekat yang pergi untuk selamanya. Sakura merasa kehilangan, tentu saja, itu adalah perasaan yang wajar untuk dimiliki, tapi tidak ada setetes air mata pun yang jatuh dari matanya.

Saat awal diberitahu oleh dokter bahwa ada kanker dalam tubuhnya, satu hal yang pertama kali sakura pikirkan adalah Sasuke. Bagaimana cara memberitahu Sasuke? Bagaimana jika Sasuke tahu nantinya? Akankah pria itu bersedih dan terpukul? Sakura tidak punya banyak waktu untuk memikirkan dirinya sendiri. Hanya Sasuke seorang yang bersemayam di dalam kepalanya.

Sakura tidak takut mati, satu-satunya ketakutan dalam dirinya adalah Sakura takut membuat Sasuke merasa bahwa hidupnya hanya akan dipenuhi kehilangan. Sakura tidak mau Sasuke berpikir bahwa pria itu hanya akan ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Katakan saja pemikiran Sakura ini tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya. Dan jika sang ayah masih hidup pun, mungkin orang pertama yang hadir dalam kepala Sakura adalah kepala rumah tangga keluarga Haruno itu.

SasuSaku: The Rest Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang