He Said: Please Be Honest

442 46 4
                                    

Chapter ini rada panjang, gapapa ya? Hehe. Happy reading!

.

.

Sudah lebih dari seminggu Sakura menunda pekerjaannya untuk pergi bertemu dengan seorang perwakilan dari supplier bahan mentah yang akan diolah menjadi roti di tokonya. Bukan tanpa alasan pertemuan itu ditunda, belakangan ini ada banyak sekali kejadian di luar dugaan dari kedua belah pihak sehingga mereka baru bisa bertemu dua minggu setelah janji dibuat. Sakura yang menerima kabar dari pihak supplier tersebut pun menginformasi bahwa ia setuju untuk bertemu.

Semalam, Sakura sudah berencana untuk pergi sendiri, tetapi begitu mengabari Sasuke, pria itu langsung memutuskan untuk mengantarnya, jadilah mereka pergi bersama. Lokasi pertemuannya di sebuah kafe modern yang ternyata sangat jauh dari apartemen Sakura dan Sasuke. 

Sepanjang perjalanan menuju lokasi pertemuan, Sakura terus mengucapkan kata syukur di dalam hatinya, untung saja dia tidak bersikeras menolak bantuan Sasuke semalam. 

Atau mungkin lebih tepatnya, untung saja semalam Sasuke tidak mengubah pikirannya dan tetap memutuskan untuk mengantar Sakura.

Pada pertemuan kali ini, Sakura dan pihak supplier membahas sesuatu tentang bahan baku roti. Sakura dengar ada usul dari pihak sana untuk mengganti jenis tepung dan gula yang digunakan, ini berkaitan dengan harga beberapa bahan baku yang sedang melonjak naik. Sebenarnya Sakura juga sudah mendengar semua penjelasan melalui telepon, akan tetapi dia mau membicarakannya empat mata agar tidak terjadi kesalahane.

"Baik kalau itu keputusanmu, Haruno-san, kami hanya bisa menyarankan yang terbaik pada saat seperti ini," seorang pria berambut seperti mangkuk tersenyum, dia duduk di hadapan Sakura dengan postur tegap layaknya seorang tentara. 

Mendengar itu, Sakura mengangguk. "Sejujurnya itu adalah saran yang sangat baik, tetapi saya ingin mempertahankan cita rasa dari produk kami, dan untuk masalah harga bahan baku yang naik, saya bisa membicarakannya dengan pihak lain. Sekali lagi terima kasih atas saran dan masukannya," ujarnya sambil sedikit membungkuk canggung. Sakura memang sudah lama bekerja sama dengan supplier ini, tetapi baru dua atau tiga kali dia bertemu dan berhubungan langsung dengan pria di hadapannya.

"Sudah menjadi kewajiban kami untuk mengomunikasikannya dengan Anda," pria itu mengibaskan tangannya di depan dada. "Ah, saya belum meminta maaf karena malah mengundang anda jauh-jauh ke sini. Anda datang sendirian?"

Sakura terkekeh, pria di hadapannya ini belum lama mengalami kecelakaan saat berolahraga dan itu adalah salah satu alasan mengapa pertemuan keduanya diundur. "Tidak masalah, saya mengerti anda belum bisa bepergian jauh, Lee-san. Saya diantar oleh suami saya, dia duduk di sana," jawab Sakura, ia menunjuk Sasuke yang tengah duduk santai di pojokan dengan kopi dan ponselnya Sasuke langsung menoleh seolah menyadari bahwa Sakura sedang membicarakannya.

"Begitu rupanya..." Lee, pria itu, menggaruk tengkuknya sambil tersenyum. "Baiklah, saya mohon undur diri. Terima kasih banyak untuk hari ini, Haruno-san," dia bangun dari duduknya dan pergi ke arah timur.

"Eh, tapi pintu keluarnya.. bukan di sana..." tegur Sakura dengan suara pelan dan ragu.

"Oh iya... Terima kasih," Lee membungkuk kecil dan memutar tubuhnya, kemudian keluar melalui pintu yang lain.

Setelah Lee tidak terlihat lagi, Sakura menghabiskan milkshake yang ia pesan tadi dan bangun dari duduknya. Sakura memperhatikan Sasuke, pria itu masih fokus dengan ponselnya, mungkin dia sedang membaca berita di internet. Sakura ingin kembali duduk tapi Sasuke sudah lebih dulu menoleh dan menatapnya.

SasuSaku: The Rest Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang