CHAPTER 03

9 4 1
                                    

"Bagus, anak itu mulai nurut" anak remaja yang menghalangi jalan ketiga anak Rajendra tersebut ternyata adalah anak Vandama. Ya kalian pasti tau kan?

Saat istirahat, Mario mencari Gisel di kelas dan melihatnya sendirian. Dia ingin menghampiri Gisel namun Gisel langsung menghindar dari Mario.
Mario langsung keluar juga dan bertemu dengan temannya untuk menanyakan apakah sudah menemukan nomor telepon Gisel.

"Woy Aidan, dah nemu belum no nya?" tanya Mario
"Udah, nih!" tunjuk Aidan
"Oke gw coba"

WhatsApp
Ka Mario

[Hai, lo Gisel?]
"mampus, ini orang yg tadi kah?" batin Gisel
[Iya, kenapa?]
[Gw Mario, save ya..]
"Ohh, untung aja. Tapi eh, Mario? Dia dapet no gw dari mana?? Dahlah ga peduli, gw blok aja" ucap Gisel
[Kok lo bsa dpt no gw, dri mana?]
[Aidan. Btw, lo knp sih kok tiba" menghindar dari gw?]
[Gpp, knp emng? Buat km risih?]
[Iya!]
[tanda seru?]
[Biar kliatan marah]

"Yaahh.. Di blok woy!" ucap Mario
"Dahlah, ntar gw bilangin ke orangnya" balas Aidan
"Yaudah, bilangin sampe mau loh ya" tambah Mario
"Besok kita dateng aja ke rumahnya" ucap Reyga
"Eh, bener tu kata Rey" balas Aidan
"Yaudah, boleh. Buru lo telpon Dan" suruh Mario
"Iyo, iyo" jawab Aidan malas

Setelah Gisel memberi tahu kenapa dia menjauh dari Mario, Aidan langsung memberitahukan kepada Mario agar besok menjemput Gisel dan adik-adiknya saat ingin berangkat sekolah. Mario pun menyetujui.
Keesokan paginya..
Mereka bertiga langsung bersiap dan langsung otw ke rumah Gisel. Saat sudah sampai di rumah Gisel, mereka langsung mengetuk pintu dan mengucap salam. Bramasta yang sedang bersantai di ruang tamu pun langsung membukakan pintunya.
Saat Bramasta keluar, mereka mengucap salam dan menyampaikan tujuan mereka. Bramasta pun meminta menunggu sebentar dan memanggil Gisel.

"Tante Cia!!" teriak Aidan saat melihat Patricia melewati pintu
"Eh, kalian" sapa Patricia
"Iyaa tante" ucap Aidan tersenyum
"Hehee.. Maaf ya tante, temen saya emang gini" ucap Mario menyenggol lengan Aidan
"Apa sih lo, orang gw udah akrab sama keluarganya Gisel. Apalagi tante Cia" sahut Aidan tak terima
"Yaudah. Tapi sopan dikit gitu lohh" tambah Mario dan melihat Patricia sambil tersenyum
"Berisik lu, iri kan lu?" tanya Aidan meledek
"Kaga, lu aja yang sewot. Sopan dikit gitu loh" jawab Mario
"Apaan orang lu yang sewot Mario!" balas Aidan memutar bola matanya
"Serah gw lah, berisik banget lo. Sok akrab" timpal Mario tak terima
"Apa sih kalian, di rumah orang berantem. Mana ada nyonya rumahnya lagi di depan kalian" sela Reyga
"Dih, sok ngasih tau" jawab Aidan
"Udahlahh, ngapain sih ribut" ucap Mario
"Lo duluan Mar. Ya Tuhan.." balas Aidan
"Ah, berisik lu juga. Sama aja" ucap Reyga terakhir kalinya

Mereka pun terdiam namun masih senggol-senggolan. Reyga yang tak mau ikut campur pun diam saja dan menepuk jidatnya lelah.
Patricia yang juga melihatnya pun sedikit pusing dengan tingkah mereka yang seperti anak kecil, berantem terus. Dan tiba-tiba Patricia membuka suara yang membuat mereka terdiam menjadi patung dan menundukkan kepala mereka.

"udah?" tanya Patricia yang tiba-tiba menatap mereka dengan tajam
"eh.. tante. Maaf tante, ini nih Mario, tante. Ngeselin" sindir Aidan
"Aidan, awas lo!" ucap Mario sedikit kesal
"Kalian mau berangkat bareng?" tanya Patricia
"Iya tante, boleh ya tante?" tanya Mario
"Boleh, tapi kalian hati-hati ya.. Kalo tante boleh minta tolong, tolong jagain anak-anak tante yaa.." nasihat Patricia
"Siap tante! Pasti kita jagain kok, ya ga?" kompak geng motor ber 3

Sialnya, mereka diikuti oleh anak Vandama. Anak Vandama yang tak terima terutama Jolicia langsung mau menjalankan misinya lagi.
Tanpa sepatah katapun, mereka langsung pergi cepat-cepat ke jalan yang kemarin lagi.

"Woy! Berhenti kalian! Turun dari mobil kalian!" teriak mereka dari luar
Mario dan teman-temannya langsung turun dari motor dan menyuruh Gisel dan adik-adiknya tetap di dalam mobil mereka.
Aidan, dia meminta masuk mobil Gisel untuk memotret bukti-bukti serta barang-barang yang mereka bawa untuk memastikan apa benar mereka anak Vandama yang iri melihat Mario dekat dengan Gisel.
"Ngapain lo ganggu mereka terus?" tanya Mario
"Ga usah ikut campur deh lo" jawab remaja perempuan yang tinggi itu
"Urusan mereka urusan gw juga ya!" ucap Mario mendorong remaja yang hendak maju mendekati mobil Gisel
Dorr! Suara tembakan terdengar yang membuat Gisel, adik-adiknya serta teman-teman Mario terkaget dan terdiam. Mereka tak menyangka bahwa Mario kena tembakan salah satu dari mereka.
Gisel hendak turun dan menghampiri Mario namun ditahan oleh Aidan.

"Gis, jangan Gis. Nanti lo yang kena." ucap Aidan
"Dan, gw harus bantu kak Mario! Lo sebagai temennya ga kasian apa liat dia ditembak gitu?" paksa Gisel
"Yaudah, tapi gw ikut. Dan kalian disini aja oke?" ucap Aidan pada adik-adiknya Gisel
"Iya-iya, tapi kalau kalian butuh kita bilang ya?"
"Iya, iya, tenang aja"
"Yaudah ayo?"
"Iyaa"
"Mario!" teriak Gisel
"Keluar juga lo"
"Diem disitu atau nasib lo sama kaya anak ini?" ancam mereka
"Ga bisa!" paksa Gisel mendekati tubuh Mario yang tergeletak di jalan

Afshen dan Electra yang melihat kakak mereka hampir di tembak, mereka langsung turun dari mobil dan mengajak Reyga mengambil pistol milik mereka. Dan tiba-tiba saja..
Brukk! Suara salah satu remaja itu terjatuh dan pingsan karena tendangan Afshen dari belakang.
Electra langsung mengambil pistol milik remaja itu dan menodongkannya ke arah remaja yang ingin menembak kakaknya itu.

"Kalian gila ya!"
"Diem atau aku tembak!"
"Ck, gw bakal tembak lo duluan ya!"
"Coba aja kalau bisa" ucap Electra dengan senyum sinisnya

Yepp, lagi-lagi Afshen membuat salah satu remaja tersebut bernasib sama dengan remaja sebelumnya. Dan Reyga pun ikut membantu membuat nasib ketiga remaja tersebut bernasib sama. Tinggal tersisa 1 anak yang keras kepala itu.

"Tuh liat? Mereka udah kaya anak pertama lo tadi kan? Lo mau kaya mereka atau apa?" tanya Electra tak lupa senyum sinisnya lagi
"Ck! Diem kalian!" ucap remaja itu sambil maju dan menyiapkan pistolnya
"Cih, let's go ga sih guys?" ucap Electra yang lebih dahulu menembak remaja tersebut
"Kena juga kan lo"
"T-tolong dong.. Buka masker mereka." pinta Mario yang sudah dibantu bangun oleh Gisel dan Aidan

Setelah Electra, Afshen, Reyga dan Aidan membuka masker mereka...

BERSAMBUNG ...


*Ternyata anak Vandama yg telah meneror anak Rajendra, bagaimana mereka kalau ketahuan yaa??
Saksikan kisah kelanjutannya di chapter selanjutnya.
*Sorry everyone.. Maklumi kalo misal di beberapa chapter aku typo / salah tulis nama :D
Maklum jg namanya orang Indo, kadang klo bikin cerita suka diluar prediksi otak manusia. Tapi bukan yg itu ygy😇
Kalau misal ceritanya mulai ga nyambung, nanti komen aja, aku bakal bikin ceritanya se nyambung dan seenak mungkin untuk dibaca, bukan dimakan😁
BTW jangan lupa vote yaa ..
Oke guys, happy reading and waiting!!

𝗔𝗪𝗘𝗦𝗢𝗠𝗘 [HIATUS & SEDANG DALAM TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang