Happy reading...
________⸝⸝⸝⸝________
Hari ini setelah mengantar Amecca ke sekolah, Azizah memutuskan untuk berkunjung ke kediaman mertua. Sesampainya disana mama Vernita menyambutnya nya dengan hangat, wanita paruh baya itu merasa senang, sudah lama juga ia tak berjumpa dengan sang menantu.
Mama Vernita mengajak Azizah untuk bersantai di halaman belakang rumah sambil menikmati secangkir kopi. Keduanya pun larut dalam obrolan sampai tak menyadari jika waktu dhuhur sudah tiba. Baik Azizah maupun mama Vernita bergegas untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur.
Setelah selesai sholat, keduanya duduk di ruang keluarga, mama Vernita melirik sebentar ke arah Azizah yang sedang merenggangkan ototnya itu.
"Zah, kamu istirahat aja dulu. Nanti biar mama suruh supir sama mbak aja yang jemput Mecca."
Azizah menganggukkan kepalanya. "Iya mah, kalau gitu Azizah ke kamar dulu ya."
Mama Vernita hanya mengamati kepergian menantunya. Lalu beranjak pergi ke dapur untuk melihat stok bahan makanan yang sudah habis, rencana nya siang ini ia akan berbelanja kebutuhan dapur.
Kini wanita paruh baya itu sudah berada di minimarket terdekat, dengan membawa catatan bahan makanan yang sudah habis. Ia memilih beberapa daging segar lalu menuju tempat yang menyediakan telur.
Namun pada saat akan memilih buah yang ingin ia tuju, tiba-tiba tanpa di sengaja bahunya bertabrakan dengan seseorang.
"Maaf mbak saya nggak sengaja." Kata mama Vernita sopan, walaupun belum sepenuhnya ini kesalahannya, tetapi tidak ada salahnya bukan untuk meminta maaf terlebih dulu.
"Iya Bu. Nggak papa."
Rasanya seperti tak asing mendengar suara itu, lantas ia segera membalikkan tubuhnya guna ingin melihat siapa perempuan asing ini.
Dan sialnya perempuan itu juga membalikkan tubuhnya. Mereka pun berhadapan dengan ketegangan yang menyelimuti keduanya.
"Shella..."
"Mama Vernita.."
Shella tersenyum haru, tangannya ingin menyentuh punggung mama Vernita namun sayangnya langsung di tepis.
"Saya bukan mama mertua kamu. Jadi tolong, biasakan memanggil tante bukan mama." Ucap mama Vernita yang terdengar sangat ketus.
Perlahan senyum Shella luntur, apa tak ada maaf untuknya dari wanita paruh baya dihadapannya ini? Sebesar itukah kesalahannya di masa lalu? Entah lah, yang jelas Shella hanya ingin memperbaiki hubungan nya dengan keluarga Arhan.
"Maaf tan-te."
"Saya nggak ada waktu, saya permisi."
Baru saja kakinya hendak melangkah, pergelangan tangannya sudah lebih dulu dicekal oleh Shella.
"Tolong kasih Shella kesempatan buat bicara sama tante. Shella mohon.."
Mama vernita melirik sinis, sebenarnya dia ogah sekali jika harus berdekatan lama-lama dengan Shella. Tetapi jika dilihat dari sorotan mata Shella yang nampak sayu, sepertinya ia harus mengesampingkan egonya demi mendengarkan apa yang ingin Shella bicarakan.
Mereka pun memutuskan untuk berbicara di cafe dekat minimarket tersebut.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Sebelumnya saya mau minta maaf, saya tau mungkin kesalahan saya di masa lalu sulit untuk tante maupun om Vito maafkan tapi demi tuhan saya benar-benar ingin memperbaiki semuanya."