Bilangnya miskin tapi nyatanya dulu dibiayain, CHUAKSS
•
•
•
•
Sedih banget lihat live mba joker kemarin malam, like I just want to see Arhan happy..
just want to let you know buat mba joker, kamu diketawain sama jam tangannya arho😭🙏🏻Semoga bisa dijadikan pembelajaran ke depannya ya!
Happy reading.....
_________⸝⸝⸝⸝⸝⸝_________
Arhan terus berjalan tanpa memperdulikan teriakan dari mami Onna. Berulang kali ia merasa ponsel di saku celananya bergetar menandakan ada banyak panggilan masuk yang tak terjawab. Arhan berhenti di samping tangga yang terhubung dengan lantai dua.
Arhan merogoh ponsel di saku celananya, sedikit syok melihat sepuluh kali panggilan masuk dari Azizah. Dengan cepat Arhan langsung menelfon balik Azizah, takut terjadi sesuatu yang kurang baik pada istri dan anak nya di rumah.
Saat telfon sudah terhubung, Arhan justru mendengar suara tangis yang tadi sempat terhenti. Rasa penasarannya pun semakin memuncak apalagi suara tangis itu terdengar sangat dekat dengan tempat nya berpijak sekarang.
"Halo mas?
Mas kamu denger aku kan?
Kamu dimana mas, kok berisik banget?
Mas Arhan..."
Tut Tut Tut
Panggilan diputuskan sepihak oleh Arhan, ponsel kembali ia masukkan ke dalam saku celananya.
Sedangkan di Jakarta tepatnya di rumah Arhan, Azizah tengah khawatir memikirkan keadaan suaminya. Tadi ia sempat menelfon Arhan karena ingin menanyakan makan malam lelaki itu, tetapi sudah berulang kali menelfon malah tak kunjung di angkat oleh Arhan.
"Mama kenapa?"
"Loh sayang kok belum tidur?" Azizah berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Amecca.
"Amecca belum ngantuk mah, boleh nggak Amecca tidur sama mama?"
"Boleh dong."
"Mama kenapa kok sedih?"
"Mama nggak sedih sayang. Mama cuma khawatir sama papa kamu, tadi papa telfon terus tiba-tiba di matiin."
"Mama nggak usah sedih, papa pasti baik-baik aja. Amecca juga udah kangen banget sama papa.."
"Kamu emang anak papa. Nggak bisa jauh dikit dari papa, coba aja mama yang pergi ke luar kota pasti kamu tenang banget, soalnya mama kan nggak spesial kayak papa.."
Amecca tertawa mendengar ucapan mama nya. "Martabak dong mah pakai spesial."
"Eh iyaa, kamu jangan-jangan lagi lapar ya? Pengen martabak?"
"Kok mama tau mecca lagi pengen martabarak?"
"Lah tadi pake nyebut nama martabak spesial."
"Hehe iya Mecca lagi lapar mah... mau martabak."
"Gimana kalau kita pergi beli martabak di ujung kompleks? Nanti kita makan disana terus beli 1 lagi buat orang rumah? Setuju?"
Amecca mengangguk antusias. "Setuju mah."
Azizah menautkan jemari tangan nya dengan jemari tangan milik Amecca dengan erat, keduanya pun berjalan menuju ujung kompleks untuk membeli martabak.
Udara dingin menusuk kulit putih bersih milik ibu dan anak itu. Azizah terus mengeratkan tautan tangan mereka, sementara Amecca sendiri merasa senang bisa menikmati udara malam bersama sang mama.