chapter - 9

4 1 0
                                    

Aula sekolah ramai di penuhi oleh anggota OSIS dan pramuka yang sedang menyiapkan berbagai properti untuk pentas drama, disana juga hadir pembina OSIS dan Pramuka yang mengawasi latihan para murid asuhannya itu. Mereka juga yang membuat naskah cerita untuk pentas drama ini.

Seseorang datang dari arah pintu masuk yang membuat semua orang disana terdiam melihatnya, Alvaro menyeringai melihat seseorang yang datang ia melambaikan tangannya memberi tahu posisinya sekarang.

"Hey disini!" Teriak Alvaro sambil melambaikan tangannya.

"Iya.." Jawab Arya melangkah ke tengah aula menghampiri Alvaro dan anggota OSIS yang lain.

"Nahh gaiss, ini Arya dia bakal gabung OSIS mulai hari ini, jadi mohon bantuannya!" Ucap Alvaro memperkenalkan Arya kepada anggotanya OSIS dan pembinanya yang saat itu ada. "Silahkan kenalin diri lo ke yang lain."

"Hai semuanya, nama gue Arya dari kelas 2-3, mulai hari ini gue gabung OSIS atas undangan kak Al, jadi mohon bantuannya semua!" Ucap Arya dengan menundukan sedikit kepalanya.

"Hai salam kenal Arya!" Anggota OSIS lainnya menyambut Arya dengan hangat. Mereka saling berjabat tangan dan memberikan sambutan yang positif.

"Oooh jadi ini orang yang sempet rame di omongin ama murid di sekolah ini beberapa waktu lalu!" Celetuk Clara, membuat Arya heran kebingungan dengan ucapan Clara saat itu.

"Maaf, gue nggak begitu ngerti, apa yang kalian omongin?" Arya mencoba meminta penjelasan yang di ucapkan Clara barusan.

"Oh, cuma omongan sepele kok. Tapi jangan khawatir, di sini semua udah berteman baik." Jawab Clara sambil tersenyum santai ke arah Arya yang terlihat kebingungan.

"Jadi beberapa waktu lalu lo sempet jadi bahan gosip gara-gara lo misahin si Surya yang hampir berantem waktu itu." Alex mencoba menjelaskan secara singkat kepada Arya.

Tiba-tiba, ada keributan kecil yang meletus antara dua anggota OSIS yang sedang mempersiapkan properti. Alvaro dengan sigap melangkah ke tengah keributan itu untuk melerai mereka.

"Iih pea gak gitu bentukan senjata nya Rizkiiii pke yeee!" Teriak Fatur pada rizky yang tengah membuat sketsa-sketsa senjata yang akan di gunakan pada pentas drama nanti.

"Biarin napa tur ini keren senjatanya, lo mah gak ngerti trend! " Balas Rizky menjaga sketsa senjata yang di buatnya.

"Iiya keren sih keren, tapi nanti pas di potong nya ribet pea, udah buat senjata yang simpel aja ngapa! " Fatur dengan nada tingginya mengambil sketsa senjata.

"Pak liat nih masa begini bentuknya," teriak Fatur menunjukan sketsa senjata yang dibuat Rizky pada pembina OSIS.

Semuanya tertawa ketika melihat sketsa senjatanya, pembina OSIS menggelengkan kepalanya tidak habis fikir dengan kelakuan kocak Rizky dari dulu.

"Hey, tenang, kita harus bekerja sama, jangan ada keributan disini, kii lo buat senjata yang simpel aja buat yang lain, yang ini buat senjata lo aja," ucap Alvaro dengan nada yang tenang.

Sambil berbicara, pembina OSIS yang berdiri di pinggir juga ikut berusaha meredakan situasi. Setelah keributan mereda, pembina OSIS memberikan instruksi baru.

"Baik, untuk pentas drama ini, Arya, kita akan memberikanmu peran sebagai tentara Belanda, Kamu memiliki wajah yang mirip orang luar negeri, jadi peran ini akan pas untukmu," ucap pembina OSIS sambil memberikan naskah drama.

Arya mengangguk mengerti. Meskipun dia belum pernah berakting sebelumnya, dia siap untuk mencoba yang terbaik dalam peran barunya sebagai tentara Belanda.

Arya terlibat aktif dalam persiapan pentas drama di aula sekolah. Dia merasa senang bisa berkontribusi dalam hal-hal yang berhubungan dengan drama dan seni pertunjukan. Bersama Alvaro dan anggota OSIS dan pramuka lainnya.

Unconscious in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang