chapter - 10

6 1 0
                                    

Setiap orang punya cara untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang dan mengembalikan mood-nya kembali.





Keesokan paginya, di sekolah yang masih terbilang sepi, Arya datang lebih awal dari biasanya. Ia berjalan di koridor kelas dengan santai, terlihat disana masih ada petugas kebersihan yang membersihkan sekolah setiap pagi dan sore hari. Suara sapuan dan aroma pembersih lantai mengisi udara di tiap-tiap ruangan.

Arya duduk dengan tenang di bangkunya, seraya memakai headphone di telinganya yang memutar lagu favoritnya. Netranya tertuju pada layar ponsel yang sedang menampilkan lirik dari sebuah lagu yang di dengarnya. Ia sejenak melupakan kekhawatiran yang akan datang pada hari ini.

Dalam momen ini, Arya merasa damai. Suasana sepi sekolah memberinya kesempatan untuk merenung, meresapi lirik lagu yang ia nikmati, dan menenangkan pikirannya sebelum segala aktivitas dan tanggung jawabnya sebagai anggota OSIS yang baru.

Petugas kebersihan masih melanjutkan pekerjaannya dengan tekun, Arya duduk di bangkunya seraya memejamkan netranya sejenak. Musik adalah jalan baginya untuk menghadapi semua perubahan yang akan datang dalam hidupnya. Ia tahu bahwa sukses membutuhkan keseimbangan antara kerja keras dan momen relaksasi seperti ini.

Terdengar suara langkah kaki mulai mendekat. Langkah kaki yang berat dan santai, mengindikasi kedatangan seseorang. Arya membiarkan matanya tetap terpejam sejenak, ia mencoba merasakan siapa yang datang tanpa harus membuka mata.

Setiap langkah semakin mendekat, hingga akhirnya Arya bisa merasakan seseorang berdiri di dekatnya. Ia tidak perlu membuka mata untuk tahu siapa itu, karena Arya sudah tahu dari aroma parfum yang dipakai oleh orang itu.

"Kalau lo tidur di sini, lo bakal ketiduran, Arya," ucap seseorang dengan suara lembut. Itu adalah Salma, teman satu kelasnya yang beberapa waktu lalu bertemu di toko buku.

"Biarin, gue cuma butuh istirahat sebentar, sambil meditasi," masih dengan netranya yang terpejam dan headphone di telinganya.

"Oiyaa, btw apa yang di omongin sama Kak Al waktu di kantin?" ucap Salma seraya menaruh tas yang di bawanya lalu duduk di bangkunya yang tak jauh dari Arya.

Arya membuka netranya sebentar melihat ke arah Salma, dan membuka headphone yang ada di telinganya.

"Alvaro? dia ngerekrut gue jadi anggota OSIS, dan gue terima," jawab Arya dengan suara pelan yang menghadap ke arah Salma.

"Hmmm jadi begituu, sekarang lo udah jadi anggota OSIS, bagus deh jadi nambah satu lagi dari kelas kita yang ikutan OSIS setelah Alex," ujar Salma yang balik menatap wajah Arya.

"Begitu deh," jawab Arya singkat membalikkan tubuhnya ke posisi awal seraya memakai kembali headphone miliknya lalu memejamkan kembali netranya.

Sementara mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, suasana kelas makin ramai dengan langkah kaki dan obrolan dari penghuni kelas yang datang satu per satu. Arya masih terfokus menikmati alunan musik favoritnya melalui headphone miliknya.

Tak lama kemudian, Surya datang dan menyapa Arya yang masih memejamkan netranya, ia hanya mendapatkan gumaman dari Arya sebagai balasan dari sapaannya itu. Lalu Surya duduk di bangkunya yang tepat berada di belakang Arya. Surya menyapa Salma juga yang tengah membaca buku novel fiksi yang dibelinya beberapa waktu lalu.

Surya tersenyum melihat Arya yang tampak damai dalam meditasinya, dia tahu temannya itu perlu waktu untuk merenung dan mengatur pikiran. Dia berbicara dengan suara pelan agar tidak mengganggu konsentrasi Arya.

Di tengah keramaian suasana kelas, Putri datang dengan ekspresi yang gembira terpancar di wajahnya, seperti hari biasanya ia menyapa Arya dengan percaya diri meski jarang di gubris olehnya. Namun, Putri tidak memperdulikan itu, ia tetap menyapa dengan senang hati.

"Hufttt dateng masalah nih," Arya menghela nafas dalam-dalam menghirup udara segar yang ada di kelasnya. Surya menyeringai mengetahui apa yang Arya rasakan juga, Surya menghitung dari satu sampai tiga, tepat di hitungan ke tiga Putri dan Raja secara bersamaan datang.

"Selamaat pagii Aryaaa! Apa kabaaar? Makin kece aja tiap harii!!!" Putri menyapa dengan penuh semangat membuat suasana kelas menjadi tambah ramai, lalu mencubit pipi Arya karena saking gemesnya pada laki-laki tersebut. Namun, Arya hanya bergumam membalas sapaan Putri, sama seperti ia membalas sapaan Surya beberapa waktu lalu.

Bel berbunyi, menandakan jam pelajaran harus segara di mulai, mereka mengambil tempat masing-masing. Tak butuh waktu lama guru mata pelajaran datang dan kelas dimulai, mereka fokus mendengarkan pengarahan dari guru yang mengajar saat itu.

Pelajaran berjalan dengan lancar, dengan dibumbui candaan-candaan agar mereka tidak merasa suntuk belajar. Bel berbunyi kembali menandakan pelajaran telah selesai, para murid berhamburan keluar kelas untuk membeli makanan di kantin sekolah, ada juga yang pergi ke belakang sekolah untuk berkumpul dengan geng mereka.

Alex menepuk pundak Arya memberi isyarat mereka harus pergi ke aula untuk latihan pentas drama kembali, Arya mengangguk mengerti, karena sebelumnya Alvaro memberitahunya lewat pesan pribadi untuk berkumpul selepas istirahat. Namun, Arya bersama Raja dan Surya pergi ke kantin terlebih dulu membeli makanan dan minuman untuk mengisi energi mereka kembali.

Sementara itu di pohon belakang sekolah, sekelompok murid berkumpul yang diketuai oleh Jean. Mereka bermain gitar seraya menyanyikan beberapa lagu di kalangan mereka, sedang asik bersenang-senang dengan murid yang lain, Alvaro menghampiri Jean yang berada disana. Alvaro memberi kode pada Jean untuk pergi ke atap sekolah.

Dengan cermat Jean meninggalkan kumpulan teman-temannya yang masih asyik bermain gitar dan bersenandung. Mereka berdua naik ke atap sekolah, tempat yang biasa digunakan untuk mereka berbicara serius dan eksklusif. Dari atas sana, mereka memiliki pandangan yang sempurna ke area sekolah di bawahnya.

"Udah lama kita gak ke atap kayak gini, lo mau bahas apa disini?" kata Jean sambil menatap Alvaro dengan sebungkus rokok dikeluarkan dari kantong celananya.

"Lo liat ke sana, tau kan dia siapa?" Alvaro mengangguk serius seraya menunjuk ke kantin yang berada di gedung bawahnya.

"Kalo gak salah itu Arya, bukan?" ucap Jean seraya membakar sebatang rokok di tangannya lalu mengisapnya.

"Iyap bener banget," saut Alvaro yang berada di sampingnya.

"Ooh jadi dia yang mau lo jadiin ketua selanjutnya gantiin lo," Jean tertarik dengan rencana Alvaro sekarang.

Setelag berbicara, mereka kembali turun dari atap sekolah dan berpisah setelah sampai di bawah. Jean kembali dengan permainan gitar dan bernyanyi, sementara Alvaro langsung ke aula sekolah.

Setelah istirahat Arya berpisah dengan kedua temannya di koridor kelas, Arya menuju aula sedangkan Raja dan Surya kembali ke kelas. Arya berjalan menuju aula melewati beberapa ruangan kelas 3.

Ia melewati sekelompok siswa yang lebih tua darinya, pandangan salah seorang dari mereka membuat Arya merasa tidak nyaman. Namun, Arya menghindari konfrontasi yang selalu datang pada dirinya selama ini.

"Ooh jadi ini, anak kelas 2 yang ngelawan anak buah gue waktu itu!"








TERIMAKASIH KALIAN TELAH MEMBACA SAMPAI CHAPTER INI!!!
KITA KETEMU LAGI DI CHAPTER BERIKUTNYA!!!
SEE U

Unconscious in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang