7

575 65 6
                                    

"𝚂𝚘𝚜𝚘𝚔 𝚙𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚒 𝚎𝚜𝚘𝚔 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚓𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚎𝚗𝚌𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜 𝚊𝚜𝚊."
🌾



"Rita!" Panggil Ruka dan Asa secara bersamaan, keduanya langsung berlari ke belakang dimana Pharita terduduk.

"Ta, sadar Ta! Kamu jangan lepas kontrol gini!" teriak Ruka sambil terus menggerak-gerakan tubuh Pharita agar kesadarannya kembali, takutnya dia terbawa ke dimensi lain lewat alam bawah sadarnya.

"Pharitaaa.." lirih Asa yang tanpa disadari dirinya mengeluarkan bulir benih dari balik kelopak matanya. Melihat Pharita membuka matanya kembali sedikit memberi kelegaan pada Asa dan Ruka.

"Kamu liat apa Ta? Kasih tau ke kita!".

Pharita sedikit lebih tenang, tubuhnya tidak lagi gemetar hebat. Walaupun masih tersisa secercah ketakutan dan rasa trauma di dalam dirinya. 

Pharita sendiri juga berusaha untuk mengendalikan emosi dalam dirinya untuk melawan semua rasa takut. Tetapi tatapannya masih tidak bisa diartikan. Pharita menatap kosong arah pintu. Merasa bahwa memang dia benar-benar melihat sosok penghuni rumah ini. 

Tetapi dirinya merasa tidak yakin, takut-takut bahwa dirinya berhalusinasi karena sedang dalam keadaan panik dan gusar. 

"Pharita.. You okay?" Tanya Asa, tangannya melambai di depan wajah Pharita. 

Asa dan Ruka mengikuti arah pandang Pharita, yang dimana sekarang mereka bertiga menatap pintu yang masih tertutup. 

Aneh rasanya jika rumah tua ini memiliki pintu yang masih sangat kokoh, sedangkan yang lainnya sudah rapuh. Bahkan tadi untuk membuka atau menutup saja, tak ada kendala sekalipun, tapi mungkin hanya pintu kamar ini.

Krrrttt!

Brugh!

Mereka bertiga dibuat terkejut oleh pintu yang tiba-tiba terbuka lagi dengan sendirinya, seolah mempersilahkan mereka untuk pulang kembali.

Mungkinkah memang pelaku tersebut adalah hantu dari penghuni rumah ini? semuanya bungkam, namun pikiran mereka sudah sependapat.

Asa dan Ruka lagi-lagi dibuat terkejut oleh Pharita, pasalnya gadis tersebut tiba-tiba berdiri tanpa aba-aba. Pharita langsung menggenggam kedua lengan temannya. 

"Ayo kita pergi dari rumah ini, sekarang juga!" Ucapnya dengan menekankan kata 'Sekarang'. 

"Tunggu sebentar!" Ruka menahan tangan kedua temannya. 

"Semua barang-barang yang kita jadikan bahan bukti jangan lupa dibawa. Semuanya! Jangan sampai ada yang tertinggal, dan mulai sekarang kita juga harus saling percaya". Sambungnya. 

Pharita dan Asa mengangguk setuju, mereka sudah susah payah datang kesini. Mereka juga melewati masalah yang tak kalah mengerikan, jadi setidaknya mereka kembali dengan hasil. Maka tidak sia-sialah perjalanan mereka, yang juga harus menghadapi sesuatu walaupun secara tak langsung. 

Semua barang yang mereka bawa untuk dijadikan bahan bukti dibawa, tanpa terkecuali. Lalu mereka keluar dari ruangan tersebut secara tergesa-gesa. 

Baru saja keluar dari ruangan, Pharita bukannya mengikuti kedua temannya berlari, dia malah terdiam. Ada sesuatu yang menarik atensinya, dapur. Dirinya seperti melihat sosok perempuan yang sedang menatap dirinya dari balik pintu, yang hanya terlihat setengah tubuhnya. 

6 PM [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang